Bab 20. Kado Terselubung

1105 Kata
Tantria masuk ke ruang kerja Anthony Lin dengan membawa kado yang berisi gaun yang dihadiahkan untuknya. Ia mengira jika Hendri-lah pihak yang menghadiahkan gaun mahal tersebut. Betapa terkejutnya Tantria saat ia masuk ternyata Anthony juga ada di dalam. “Nyonya?” “Maaf, Pak Hendri. Tantri tidak bermaksud mengganggu. Ini ....” Tantria melirik pada Anthony yang berdiri dari kursinya dan berdiri menghampirinya. “Ada apa, Tantri? Apa itu?” tegur Anthony bertanya pura-pura tidak tahu. “Ini kado. Uh, barusan Tantri merayakan sedikit ulang tahun dan ....” “Kamu berulang tahun? Kok gak ngomong?” potong Anthony lagi. Tantria jadi kebingungan dan serba salah. Ia menundukkan kepalanya tak lama kemudian. Sedangkan Hendri mengulum senyuman sedikit menggeleng melihat tingkah Anthony yang pintar bermain drama. Ia masih diam saja dan tidak beranjak dari posisinya. “I-Itu ... uhm, itu ...” “Jadi, kamu datang untuk memberikan kado?” “B-Bukan, Mas. Tantri ... ini ... Pak Hendri yang memberikan. Jadi, Tantri tidak bisa menerima.” Tantria menyodorkan kembali kado tersebut pada Hendri di depan Anthony. “Kenapa kamu tidak mau menerimanya?” Tantria masih menundukkan matanya dan menggeleng sambil tersenyum. “Seharusnya seorang perempuan tidak boleh menerima pemberian dari pria yang bukan Suaminya. Itu gak sopan,” jawab Tantria dengan wajah masih tertunduk. Anthony menarik napas dalam serta mengulum senyumannya. Tantria begitu menjaga dirinya padahal ia hanyalah istri kedua. Anthony pun melirik pada Hendri yang masih memandang Tantria. Saat lengannya disikut pelan oleh Anthony, Hendri terkesiap dan baru menoleh. “Bilang kalau itu bukan kamu yang memberikan tapi Grizelle,” bisik Anthony pada Hendri. Hendri sempat mengernyit heran tapi ia tidak sempat protes. Anthony keburu mendelik padanya. “Oh, maaf Nyonya. Sebenarnya yang memberikan kado itu bukan saya, tapi Nyonya Grizelle. Dia yang menitipkan kado itu pada saya sebelum pergi tadi pagi,” ujar Hendri berbohong atas nama Anthony. Anthony tersenyum dan mengangguk. Tantria akhirnya mengangkat wajahnya. Mata indahnya mengerjap-ngerjap beberapa kali menatap Hendri lalu pindah pada Anthony. Sejenak Anthony terperangah sampai melebarkan mata sipitnya. “Oh, jadi ini pemberian Mba Grizelle. Aduh, Tantri sudah salah sangka,” desah Tantria pelan dengan sikap malu. Anthony tidak berkedip menatap wajah cantik itu kelabakan karena sudah salah paham. Rasanya tidak akan bosan memandanginya seharian. “Iya, jadi tidak perlu dikembalikan,” ujar Hendri menambahkan masih tersenyum. Tantria ikut tersenyum dengan raut masih tidak enak. Ia jadi merasa bersalah sudah langsung menuding Hendri. “Maafkan Tantri, Pak Hendri. Soalnya tidak ada yang tahu ini kado dari siapa. Erna bilang, Pak Hendri yang memberikannya.” Hendri mengangguk mengiyakan. “Memang saya yang menitipkannya pada Erna. Tapi itu bukan saya yang membelikan.” Tantria mengangguk lagi lalu tersenyum cantik. Matanya beralih pada Anthony yang masih menatapnya nyaris tak berkedip. “Kalau begitu, Tantri permisi dulu. Maaf sudah mengganggu.” Tantria yang sudah kadung malu langsung berbalik untuk kembali pergi membawa kado tersebut. Namun, di tengah jalan sebelum membuka pintu Hendri kembali memanggil, “Nyonya Tantria?” Tantria berbalik dan mengangguk sekali. Hendri menoleh pada Anthony yang sepertinya ingin bicara. Anthony melihat pada Hendri dan ia malah menggeleng kecil. Hendri pun menarik napas panjang dan akhirnya bicara pada Tantria. “Selamat ulang tahun yang ke 17. Semoga panjang umur dan selalu sehat, Nyonya,” ujar Hendri memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk Tantria. Tantria ikut tersenyum dan dengan sopan membungkuk pada Hendri yang juga melakukan hal yang sama. “Terima kasih, Pak Hendri. Tantri permisi dulu.” Hendri mengangguk sekali dan Tantria pun keluar. Setelah Tantria pergi barulah Anthony menghela napas panjang nan lega. Hendri sampai menggeleng kecil melihat sikap Anthony. Anthony langsung bersikap datar seperti biasa. “Jangan bilang siapa-siapa soal tadi!” Anthony memperingatkan Hendri. Padahal Anthony tahu persis jika Hendri bukanlah orang yang suka mengumbar apa pun. “Kenapa Bos Lin malah diam saja tadi? Bos kan bisa bicara yang sebenarnya,” ujar Hendri saat Anthony sudah kembali ke meja kerjanya. “Hen, aku gak mau membuat siapa pun kecewa. Jika Grizelle tahu yang aku lakukan, dia bisa marah,” jawab Anthony melipat kedua siku dengan tangan menungkup kedua tangannya di depan dagu. “Jadi Bos takut, Nyonya Grizelle marah?” “Bukan hanya itu. Grizelle bisa saja bersikap buruk pada Tantria. Tantria sedang hamil, Hen. Dia gak boleh stres atau mengalami tekanan apa pun. Aku mau dia menjalani kehamilan dan kelahiran nanti dengan baik. Bayiku harus sehat tanpa ada kekurangan satu apa pun. Dia akan menjadi penerus keluarga ini,” ujar Anthony menjelaskan maksud dari sikapnya. Hendri mengangguk pelan. Ia mengerti beban yang dipikul oleh Anthony saat ini. Meskipun terlihat menyenangkan oleh orang luar, tapi sesungguhnya Anthony seperti terkungkung. Ia bahkan tidak bisa mengungkapkan isi hati dan perasaannya pada Tantria selayaknya seorang Suami. “Apa Bos Lin akan meninggalkan Nyonya Tantria setelah dia melahirkan nanti? Maksud saya, kan Bos Lin sudah memperoleh keturunan laki-laki. Bagaimana jika yang lahir malah perempuan?” tanya Hendri pada Anthony yang menarik napas panjang lebih berat. Ia menyandarkan punggungnya tak lama kemudian. “Itu juga yang mengusik pikiranku selama ini, Hen. Jika Tantria melahirkan nanti dan anaknya malah perempuan, apa yang harus aku lakukan? Jika anaknya memang laki-laki, aku ingin Tantria yang tetap merawatnya sampai dewasa. Anakku gak boleh dipisahkan dari Ibunya,” ujar Anthony dengan nada rendah. “Apa Nyonya Grizelle memberikan batas waktu bagi pernikahan Bos Lin dengan Nyonya Tantria?” tanya Hendri lagi makin mendekat. Anthony memejamkan mata lalu menggeleng pelan. “Tapi bukan berarti dia tidak akan melakukan itu kan? Jika Grizelle kesal dan dia berubah pikiran, aku cemas dia akan mengusir Tantria. Sedangkan kamu tahu Tantria seperti apa, dia sudah gak punya siapa-siapa lagi di luar sana. Aku gak mau dia terlantar.” Hendri kembali mengangguk dengan raut kecemasan yang sama. Biar bagaimana pun, Grizelle tetaplah istri pertama dan utama. Ia punya kekuasaan yang besar di rumah Lin. Sekalipun Anthony adalah kepala keluarga, bukan berarti Anthony bisa mengambil keputusan mutlak. “Hen, aku minta tolong sama kamu. Tolong lindungi Tantria di mana pun dia berada. Aku sangat ingin menjadi Suaminya seperti layaknya pasangan normal, tapi kan kamu tahu posisiku. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun,” ujar Anthony pada Hendri. Hendri mengulum bibirnya lalu mengangguk paham. Ia pun sudah merasakan hal yang sama. Bagi Hendri, ia ingin menjadi pelindung Tantria meski bukan menggantikan posisi Anthony. “Saya berjanji akan terus melindungi Nyonya Tantria, Bos. Bos gak usah khawatir.” Anthony mengangguk lagi. Sementara itu di kamarnya, Tantria merasa sangat senang karena Grizelle memberikan perhatiannya yang begitu besar. Tantria lalu menyimpan gaun tersebut dengan baik dan akan mengenakannya setelah melahirkan nanti. Tantria lalu berdiri di depan cermin besar yang tersambung dengan lemari pakaiannya. Ia tersenyum mengelus perutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN