Bab 37. Berbeda

1115 Kata
“Ma, Paman Hendri kok gak pulang? Aku kan harus latihan,” ujar Jayden di hari kedua ia terpaksa libur karena kejadian kemarin. Tantria mengucek kepala Jayden dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya. Ia tersenyum tak lama kemudian. “Paman Hendri sedang ada pekerjaan mungkin makanya belum pulang,” jawab Tantria dengan suara lembutnya. “Kok Mama sedih?” Jayden sempat mengusap wajah ibunya dan Tantria lalu memeluknya. “Gak kok. Mama cuma kecapean saja.” Tantria menjawab masih tersenyum sambil memeluk Jayden. Wangi shampo anak-anak yang digunakan oleh Jayden memenuhi rongga penciuman Tantria dan membuatnya sedikit tenang. Belakangan Tantria mendengar desas-desus tentang pekerjaan “lain” yang dimiliki oleh Anthony selain sebagai seorang pengusaha. Selama ini Anthony dibantu oleh Hendri yang menuntasnya semua pekerjaan tersebut termasuk menjadi pembunuh. Sementara Hendri yang sedang bersembunyi, harus membersihkan namanya. Selesai mengantarkan anak bernama Arjoona ke panti asuhan, Hendri tidak kembali ke sana seperti janjinya. “Aku harus bisa keluar dan pulang, tapi bagaimana caranya?” gumam Hendri mondar-mandir di kamarnya di sebuah motel. Sudah nyaris tiga malam ia tidur di sana. Sebentar lagi polisi mungkin mengetahui posisinya. Ia harus berpindah-pindah agar bisa selamat. Tak lama pintu kamarnya diketuk. Hendri kaget dan langsung mengambil senjatanya. Ia akan menembak jika perlu. Hendri pun mengintip lewat peephole di pintu dan mengernyit. Tangannya dengan cepat membuka pintu. Anthony pun menerobos masuk. “Bos? Bagaimana Bos bisa menemukan saya?” tukas Hendri kembali menyimpan senjatanya. Anthony malah langsung memeluk Hendri daripada menjawab pertanyaannya. “Kamu gak apa-apa?” tanya Anthony cemas. “Gak Bos. Bagaimana Bos bisa tahu?” “Aku punya orang untuk memata-matai, Hen. Apa Polisi menemukan kamu?” Hendri menggeleng lagi. Anthony pun mengangguk. Keduanya lalu duduk di pinggir tempat tidur untuk bicara. Kamar yang ditinggali Hendri memang tidak besar─standar hotel melati. “Aku mencari pengacara dan pejabat yang bisa membersihkan nama kamu. Tapi aku harus tahu apa yang terjadi,” tanya Anthony pada Hendri yang menatapnya serius. “Bukan saya yang membunuh Michael. Saat saya datang, pria itu sudah mati tertembak. Lalu di dalam, ada istrinya yang sudah meninggal. Lantainya bersimbah darah. Hanya ada satu anak yang selamat, anak Michael,” ujar Hendri menceritakan yang terjadi saat itu. “Apa? Jadi ini benar-benar jebakan?” sahut Anthony kaget. “Iya. Kita harus cari Aaron Kim itu!” pungkas Hendri. “Biar itu jadi urusanku. Yang penting sekarang kita harus bersihkan nama kamu dulu. Jangan sampai, kamu menjadi tersangka utama padahal bukan kamu yang melakukannya. Jika benar Vincent Winthrop pelakunya, aku sendiri yang akan menghabisi dia.” Hendri langsung memotong dengan mata terbelalak. “Vincent Winthrop? Siapa itu, Bos?” “Kamu tahu Winthrop Electronics?” Hendri mengangguk. “Presiden Direkturnya adalah Gerald Winthrop. Orang Inggris ....” Kening Hendri pun mengernyit sesaat. “Jadi Vincent itu ....” “Anaknya Gerald. Golden Dragon sudah terlibat dalam konspirasi pembunuhan pada keluarga konglomerat Gotardo. Masalahnya Abimanyu Gotardo itu mitra proyek kita!” Hendri jadi ikut meringis kesal dengan apa yang terjadi. Hal-hal seperti ini memang di luar dugaan. Padahal perintahnya mudah yaitu menghabisi seseorang di rumahnya dan pergi setelahnya. “Sekarang bagaimana, Bos?” tanya Hendri menyerahkan keputusan pada Anthony. “Aku harus ketemu sama beberapa pejabat. Mereka yang akan menangguhkan kasus kamu sampai Vincent Winthrop ditangkap,” ujar Anthony namun dengan nada tidak yakin. “Tapi Bos, apa mungkin menahan anak konglomerat seperti itu? Bukannya Gerald Winthrop pasti mencari cara untuk melepaskan anaknya?” ungkap Hendri lagi. Anthony sempat berpikir sejenak lalu mengangguk. “Kamu benar, ah, aku benar-benar terjepit sekarang. Polisi bisa datang lagi dan menggeledah rumah. Kita gak boleh terlihat bersama, Hen. Aku inginnya kamu menghilang tapi ....” “Bagaimana kalau saya menyerahkan diri pada Polisi? Selama itu Bos bisa mencari bukti soal keterlibatan Winthrop dalam pembunuhan itu,” ujar Hendri memberikan usulannya. “Tapi kalau buktinya gak cukup kamu malah bisa jadi terdakwa dan di penjara bahkan mungkin hukuman mati.” “Apa bedanya sekarang, Bos? Saya dikejar-kejar Polisi jadi buronan padahal saya gak melakukan apa pun. Saya dijadikan kambing hitam!” sahut Hendri dengan emosi yang akhirnya pecah. Anthony terdiam sesaat lalu mengangguk. “Kasih aku waktu dua hari untuk mencari bukti soal pembunuhan itu. Setelah itu kita sama-sama bersihkan nama kamu. Aku gak mau kamu masuk penjara, gak! Jangan sampai ada dari anggota keluargaku yang dijebak seperti ini!” pungkas Anthony ikut marah. Hendri hanya bisa diam dan menahan keharuannya. Anthony pasti akan selalu membelanya seperti seorang kakak. Itulah salah satu alasan mengapa Hendri memilih menyembunyikan rasa cintanya pada Tantria ketimbang harus menusuk Anthony dari belakang. “Aku akan pindahkan kamu ke tempat lain. Tempat ini sudah gak aman.” Anthony menyambung lagi. Hendri pun mengangguk. “Apa saja kebutuhan kamu, beritahukan padaku.” Hendri mengangguk lagi. Saat Anthony masih di luar untuk mengurus masalah, Tantria tetap melakukan pekerjaan rumah sebagai Ibu rumah tangga. Ia harus pergi berbelanja di salah satu pasar dan supermarket tak jauh dari rumah Lin. “Halim, kita berangkat sekarang ya,” ajak Tantria sambil menarik syal yang menutupi lengannya pakaiannya yang pendek. Pemberian hadiah ulang tahun dari Hendri beberapa tahun lalu sering dipakai Tantria menemaninya pergi keluar rumah. “Iya, Nyonya.” Halim dan Tantria pun keluar bersama. Grizelle yang melihat lalu menegur Tantria. “Tantri, kamu mau ke mana?” Tantria dan Halim sama-sama berhenti. “Mau keluar untuk belanja mingguan, Mba,” jawab Tantria dengan nada lembut seperti biasanya. “Kan Koh Anthony sudah bilang gak boleh keluar rumah? Linda dan Jayden saja gak sekolah, kok kamu malah mau belanja di luar sih?” Grizelle meninggikan nada bicaranya. “Maaf, Nyonya. Persediaan bahan makanan harus dibeli. Jika tidak, nanti untuk menu makan siang dan malam tidak mencukupi,” ujar Halim menyela. “Ya sudah, pesan saja sama salah satu yang jaga depan!” perintah Grizelle masih dengan raut wajah tak senang. “Mba, takutnya yang di depan gak tahu apa yang harus dibeli. Lagi pula, penjual di pasar sudah kenal kami berdua kok, Mba,” ujar Tantria yang langsung diberi anggukan oleh Halim. “Tapi Ko Anthony gak ngasih ijin keluar. Kalo kalian ditangkap sama Polisi bagaimana?” “Uhm, lalu bagaimana ini, Mba? Kalau tidak ada yang keluar untuk belanja maka persediaan makanan lama-lama bisa habis.” Tantria masih membantah meski dengan sikap yang mengalah. Grizelle berpikir sejenak. Halim pasti dikenali karena fisiknya yang memang mirip orang Tionghoa tapi Tantria tidak. Tantria sangat berbeda dibandingkan dengan kebanyakan orang-orang di rumah Lin. Rasanya jika Tantria yang pergi sendiri maka tidak akan ketahuan. “Bagaimana kalau kamu saja yang pergi? Polisi-polisi itu pasti gak kenal kamu. Mereka gak tahu kamu tinggal di sini,” ujar Grizelle memberikan usulan. Tantria lalu menoleh pada Halim yang kaget mendengar ide Grizelle.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN