Bab 36. Papaku

1160 Kata
Tantria kaget mendengar perkataan Anthony jika Hendri sedang dicari oleh Polisi. Memangnya apa yang sudah dilakukan oleh Hendri sampai hal itu bisa terjadi? “Pak Hendri,” gumam Tantria mengusap dadanya. Jantungnya berdegup kencang sekaligus cemas. Tantria pun bergegas pergi sekaligus ingin mencari tahu. Tempatnya bertanya hanyalah pada Halim. “Halim?” Halim yang sedang mengawasi pekerjaan tukang kebun langsung berbalik begitu namanya dipanggil. “Iya, Nyonya?” “Apa kamu tahu di mana Pak Hendri sekarang?” tanya Tantria pada Halim yang langsung mengernyitkan keningnya. “Maksud Nyonya?” Tantria tampak gugup sekaligus bingung. Ia tidak tahu bagaimana seharusnya menjelaskannya pada Halim. “Itu ... Tantri cemas pada Pak Hendri. Dia gak kelihatan dari pagi. Apa pekerjaannya belum selesai?” ungkap Tantria dengan sikap gugup. “Biasanya Pak Hendri juga sering gak pulang sampai beberapa hari, Nyonya” “Tapi kan itu kalau bersama Mas Anthony. Tadi malam kami bertemu dan sikapnya aneh, Halim.” Halim mendekat dan sedikit membawa Tantria menjauh dari para tukang kebun yang sedang bekerja agar tidak ada yang mendengar. “Aneh bagaimana maksud Nyonya?” “Dia ... dia bicara tentang takdir dan masa depan. Entahlah, Tantri gak ngerti. Terus tadi ...” Tantria kembali menjeda dan ragu untuk meneruskan. “Tadi kenapa?” selidik Halim makin mendesak. Tantria langsung menggeleng. “Gak ada, tadi Tantri cari Pak Hendri tapi dia belum pulang. Apa mungkin ada masalah?” Halim tampak diam berpikir sejenak. Tidak biasanya Tantria terlihat resah seperti itu terutama jika menyangkut soal Hendri. “Jangan dipikirkan, Nyonya. Mungkin ga ada apa-apa,” ujar Halim mencoba menjelaskan. “Mungkin juga ya. Tapi kalau Jayden mau latihan hari ini bagaimana? Sebentar lagi dia kan pulang sekolah?” Halim ikut berpikir. Ia berdecap pelan lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa tiba-tiba jadi masalah seperti ini? “Atau Tuan Muda gak usah latihan saja hari ini?” Halim mengusulkan. “Apa boleh?” tanya Tantria ragu. “Pak Hendri kan ga ada Nyonya. Mungkin hari ini Tuan Muda bisa libur. Kan tidak apa-apa jika satu hari.” Tantria mengulum bibirnya lalu mengangguk. “Iya, baiklah.” Halim ikut menyunggingkan senyuman sesaat meski hatinya ikut resah. Seperti ada yang akan terjadi dan itu bukan hal baik. Dan benar saja, seiring Jayden pulang ke rumah diantarkan oleh sopir, saat itu pula polisi datang ke rumah Lin. Mereka datang menemui Anthony Lin yang merupakan bos dari Hendri Lau. Jayden sempat berdiri di teras rumah kebingungan dengan apa yang terjadi. Anthony baru keluar setelah beberapa saat kemudian. Ia sampai tidak menyadari jika Jayden berdiri di depan pintu masuk. “Ada apa ini?” “Bapak Anthony Lin?” “Benar ....” “Kami dari Kepolisian datang untuk menahan Bapak Hendri Lau. Dari tadi pagi saudara Hendri sudah masuk ke dalam DPO. Tolong untuk menyerahkan yang bersangkutan pada kami agar dilakukan penahanan,” ujar kepala polisi resor yang datang sendiri ke rumah Lin. Anthony tertegun sesaat dan menoleh. Ia kaget kala melihat Jayden ada di sana berdiri diam terpaku serta mendengar semuanya. “Jayden, sini!” Jayden pun datang pada ayahnya dan Anthony membawanya ke belakang tubuhnya. “Tolong jangan membuat anak saya takut. Kalian datang tanpa surat penahanan, ini sudah pelanggaran!” ucap Anthony melakukan perlawanan meski dengan cara diplomatis. “Kami membawa surat penahanan ....” “Seharusnya kalian melakukan pemanggilan. Bagaimana seseorang bisa langsung dijadikan tersangka tanpa penyelidikan terlebih dahulu? Itu melanggar aturan. Kalian bisa saya laporkan ke kepala polisi!” Anthony terus memberikan perlawanan dengan sikap tubuh yang tenang. “Jika Anda menghalangi kami, kami pun bisa menahan Anda dengan tuduhan menghalangi kinerja kepolisian!” “Kalian tidak boleh masuk tanpa ijin. Yang kalian bawa hanyalah surat penangkapan. Hendri tidak di sini!” Jayden sudah ketakutan. Ia memeluk paha Anthony karena takut ayahnya akan dibawa oleh Polisi. Polisi ingin memaksa masuk dan Anthony langsung mengerahkan anak buahnya. “Aku tidak segan-segan menghubungi panglima ABRI untuk memecat kalian semua!” teriak Anthony benar-benar marah. Polisi-polisi itu mulai ciut dengan gertakan Anthony. Mereka tahu jika Anthony memiliki bekingan pejabat yang luar biasa. Dia nyaris tidak bisa disentuh. Di dalam rumah Lin, berita kedatangan Polisi yang mencari Hendri tersebar sampai ke telinga Tantria. Terlebih ternyata Jayden malah berada di depan bersama Anthony menghadapi polisi. “Nyonya, Tuan Muda ada di depan! Bagaimana ini?” ujar Erna kalang kabut. Tantria langsung berlari melintasi koridor samping dapur menuju lobi utama. Di depan polisi telah memenuhi halaman dan anggota Golden Dragon yang berjaga ikut memblokade jalan masuk. Suasana tegang begitu terasa seakan perang akan pecah sesaat lagi. “Oh Tuhan, Jayden!” Tantria sudah meneteskan air mata ingin maju. Tangannya langsung dipegang oleh Grizelle yang melarangnya maju. “Mba ....” “Biar Jayden sama Papahnya. Aku yakin Koh Anthony bisa menghadapinya, kamu gak bisa ke sana, bahaya!” ujar Grizelle melarang Tantria. Tantria tidak bisa berbuat apa pun. Anaknya terjebak pada perdebatan Anthony dan polisi. “Kami harus menggeledah rumah ini!” ujar polisi bersikeras. “Kalian harus bawa perintah penggeledahan jika memang mau melakukannya. Jangan kira aku bodoh!” polisi pun diam menatap tajam pada Anthony yang tidak mau mundur sejengkal pun. Mata polisi beralih pada Jayden yang mengintip dari balik paha Anthony yang ikut memegang kepala Jayden dengan sebelah tangannya. Jayden memandang tajam dengan rasa tidak suka. Polisi pun akhirnya mundur. “Baik, jika saudara Hendri pulang, tolong untuk melapor atau mengantarkannya ke kantor polisi. Kami menunggu, selamat siang!” Polisi pun mundur dan Anthony menarik napas panjang serta lega. Ia berbalik dan melihat Jayden yang masih ketakutan. Jayden lalu menengadah dan Anthony pun tersenyum. Itu adalah senyuman tulus pertama yang dilihat Jayden pada ayahnya. Untuk pertama kali juga Jayden merasa aman bersama Anthony. “Sudah gak pa-pa. Kamu masuk ke dalam, temui Mama.” Jayden mengangguk pelan lalu berbalik masuk setelah Anthony melepaskannya. Jayden berlari ke dalam dan Tantria langsung memeluknya. “Jaga keliling rumah. Pintu gerbang samping gembok sekarang, gak ada yang boleh keluar tanpa ijin dariku, paham!” perintah Anthony pada anak buahnya. “Siap, Bos!” Anthony mengawasi langsung pengamanan rumahnya. Ia tidak mau ada anggota keluarganya yang ditangkap oleh polisi. “Qin, bagaimana?” tanya Grizelle pada Anthony yang masuk ke ruang tengah. “Polisi sudah pergi, tapi mereka tetap mencari Hendri.” Pandangan Anthony lalu mengarah pada Tantria dan Jayden yang masih belum mengganti seragamnya. “Hari ini Jayden liburkan latihan dan kegiatan sekolahnya dulu. Besok jika keadaan sudah aman, dia boleh bersekolah lagi,” ujar Anthony dengan nada datar tanpa emosi seperti biasa pada Tantria. Tantria pun menundukkan pandangan dan mengangguk. “Papa?” Anthony yang sudah berbalik akan pergi, lantas berhenti. Ia berbalik pada Jayden yang berjalan perlahan ke arahnya. Tantria ikut bingung tapi ia membiarkan anaknya mendekati Anthony. “Aku gak mau Papa dibawa Polisi,” ujar Jayden memeluk paha Anthony. Anthony tersenyum lalu berjongkok. “Papa gak akan ke mana-mana. Sekarang kamu masuk kamar, lepas seragam kamu, makan siang dan istirahat.” Jayden tersenyum lalu memeluk ayahnya lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN