Bab 39. Pendamping Yang (tak) Sempurna

1083 Kata
Setelah seminggu Hendri menjadi buronan, akhirnya ia menyerahkan diri. Hendri sudah berpikir cara terbaik dan ia ingin membuktikan dirinya tidak bersalah. Anthony terus mengawasi dengan memberikan pengacara yang tepat. Hendri akan tetap diberikan sokongan dari balik tahanan. Proses penahanan Hendri sampai diliput oleh media nasional saat itu. Seorang mantan atlet yang dituduh membunuh pasangan suami istri Michael dan Wilda Kim. “Hendri ga akan pulang untuk sementara waktu. Jadi posisinya akan diganti sama Peter. Dan mulai sekarang latihan Jayden akan kuawasi sendiri sampai Hendri ke luar dari penjara,” ujar Anthony memberikan pengumuman pada seluruh anggota keluarga dan para pekerja di rumahnya. “Untuk saat ini Hendri belum bisa dijenguk. Nanti jika sudah ada kabar terbaru, kalian akan tahu,” sambung Anthony lagi. Tantria perlahan menundukkan wajahnya seraya berpikir. Ternyata perasaan tak enak yang terus menggelayutinya selama ini adalah karena Hendri masuk penjara. Anthony pun kemudian sibuk berbicara dengan Grizelle. Satu persatu para pekerja mulai pergi tapi Tantria masih berdiri di tempatnya. “Lalu sekarang bagaimana, Qin? Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Grizelle pada Anthony. Anthony hanya tersenyum sekilas. Matanya sempat menangkap sosok Tantria masih berdiri di tempatnya sedang melamun. “Untuk saat ini, aku masih ikutin apa maunya polisi. Aku akan terus cari di mana Vincent Winthrop. Tukang tipu itu harus bertanggung jawab atas semua ini!” ucap Anthony masih dengan sikap tenang meski sesungguhnya hatinya bergejolak. Grizelle mengangguk lalu Anthony pun membelai punggungnya memintanya masuk ke kamar untuk beristirahat. Setelah Grizelle pergi, Tantria pun berjalan pelan masuk ke koridor samping menuju dapur dengan kepala tertunduk. Ia masih memikirkan banyak hal sambil berjalan dan tak sadar tersandung salah satu kursi yang berada di koridor itu. “Aduh ....” “Kenapa kamu melamun?” tegur Anthony tiba-tiba. Tantria terkesiap dan berbalik sambil memegang lulutnya yang terbentur, hanya beberapa detik lantas wajah Tantria lalu menunduk lagi. Anthony hanya bisa menghela napas panjang melihat sikap dingin Tantria selama bertahun-tahun padanya. “Enggak kok, Mas. Tantri mau ke dapur.” “Apa yang kamu pikirkan? Hendri?” tebak Anthony membuat Tantria makin menunduk dan tidak menjawab. Seperti ada pisau yang menusuk hati Anthony saat melihat jawaban istri keduanya itu. Sesungguhnya Tantria tidak salah. Anthony memang tidak bisa menjadi suami yang seutuhnya pada Tantria. Selama ini dia kesepian dan sendirian. Hendri begitu sering memperhatikan Tantria sehingga hubungan mereka jadi dekat. Meski tidak pantas, tapi ada hal yang menyebabkannya. “Hendri baik-baik saja. Dia mungkin akan dipenjara selama beberapa tahun tapi dia akan baik-baik saja,” sambung Anthony lagi. Anthony separuh menyesal mengatakan hal seperti itu. Rasanya seperti munafik. Entah apa yang ingin ia tampilkan pada Tantria. Apa Anthony berpikir untuk menarik perhatiannya? “Jika boleh, Tantri ingin menjenguk Pak Hendri. Halim dan lainnya juga pasti ingin melakukannya juga.” Tantria meminta sesuatu dengan suara lembutnya lalu menunduk lagi. Anthony menahan getir di lidahnya setelah mendengar permintaan tersebut. Meski ia tahu jika para pelayan juga akrab dengan Hendri dan ingin bertemu, tapi yang memintanya adalah Tantria. Anthony kemudian membuat pandangannya ke arah lain untuk menyembunyikan kegetiran yang dirasakannya. “Apa kalau aku yang masuk ke penjara, kamu akan seperti ini juga?” tanya Anthony mendesah di akhir kalimat seakan sedang curhat. Tantria mengangkat wajahnya menatap pada sisi wajah Anthony. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sesungguhnya Tantria tidak mengetahui maksud Anthony. “Kenapa kamu tidak memperlakukan aku dengan adil?” desah Anthony seperti kesal. Ia ikut membuang badan ke samping. Tantria pun menyahut kebingungan. “Memangnya Mas Anthony akan masuk penjara juga?” sahut Tantria dengan polosnya. Anthony mencebik kesal dan ingin sekali mencubit pipi Tantria yang menggemaskan. “Kapan sih dia mau mengerti? Apa dia pikir aku gak suka sama dia?” pikir Anthony dengan raut kesal. “Kamu terus-terusan buat aku pusing, Tantria. Kenapa sih kamu gak mau mengerti!” kali ini Anthony meluapkan rasa kesalnya dengan sedikit meninggikan nada. Sayangnya Tantria tidak bisa menangkap apa maksud Anthony sesungguhnya. Ia malah merasa sudah bersalah meski tidak tahu apa salahnya. Anthony yang kesal serta cemburu langsung pergi meninggalkan Tantria begitu saja. Dua hari kemudian, Tantria baru mendapatkan kesempatan untuk bisa menjenguk Hendri saat Halim dan Erna ingin menjenguk. “Ayo Nyonya!” ajak Halim pada Tantria dan Erna. Anthony dan Grizelle tidak ada di rumah. Anthony bahkan sudah tidak pulang selama dua hari. sedangkan Grizelle sibuk dengan urusannya sendiri. Perlahan Hendri seperti dilupakan. Semua orang kembali pada aktivitasnya masing-masing. Ketiganya tiba di penjara kantor polisi pusat dan diperiksa sebelum menjenguk Hendri. Hendri keluar dengan pengawalan ketat tak berapa lama kemudian. Betapa terkejutnya Hendri saat melihat Halim, Erna dan Tantria menjenguknya. Matanya tersenyum pada Tantria yang juga melakukan hal yang sama. “Pak Hendri bagaimana keadaannya?” tanya Halim pertama kali. “Baik, saya sehat di sini. Banyak tidur dari pada bergerak, hehe.” Hendri terkekeh santai seperti tidak ada masalah. Erna lalu menyodorkan rantang berisikan makanan untuk Hendri. “Ini buatan saya dan Nyonya Tantria. Buat Pak Hendri. Dicobain Pak!” “Oh ya? Kebetulan saya lapar,” balas Hendri masih dengan senyumannya. Tantria lalu membukakan rantang tersebut agar Hendri bisa menikmati makanannya. Sebuah sumpit bambu diberikan Tantria untuk Hendri yang tersenyum lebih lebar padanya. “Apa kabar, Nyonya? Bagaimana Jayden? Dia masih latihan kan?” tanya Hendri sambil makan. “Iya, Pak. Sekarang Mas Anthony yang melatih Jayden. Dia menanyakan Pak Hendri terus,” jawab Tantria disambut kekeh kecil Hendri. “Saya gak lama kok di sini. Gak ada bukti sama sekali kalau saya membunuh. Hanya saja, pembunuh utamanya belum tertangkap dan mereka masih mencari tersangka. Ya sudah, saya di sini saja dulu. Tapi saya yakin akan bebas meski harus dihukum, setidaknya paling dua sampai tiga tahun.” “Hah, gak salah itu? Kok bisa gak bersalah tapi dihukum seperti itu?” sahut Erna menyela dengan nada kaget. Hendri tersenyum lagi. “Itu karena saya datang ke sana untuk membunuh tapi ternyata keluarga itu sudah tewas dari awal.” Hendri mengakui semuanya dengan gamblang. Tantria hanya bisa membeku menatap Hendri. Sedangkan Hendri menatap Tantri ingin tahu reaksinya. Hendri tidak ingin menutupi dirinya. Ia tahu jika pekerjaan sampingannya sebagai pembunuh bayaran akan terbuka juga suatu saat terutama pada Tantria. “Pak Hendri ngomong apa?” tanya Erna takut-takut. Hendri balik tersenyum. “Saya ngomong yang sesungguhnya, Erna. Saya punya pekerjaan yang gak baik tapi kalian gak perlu tahu detail soal itu. Yang penting sekarang saya istirahat dulu di penjara. Sebentar lagi juga saya akan keluar, jangan khawatir,” ujar Hendri meyakinkan. Ia masih tersenyum dan makan dengan santai sementara Tantria hanya diam seribu bahasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN