Bab 15. Tertinggal Di Belakang

1711 Kata
“Kamu kenapa sih, Qin? Dari tadi cemberut terus?” tanya Grizelle sambil bergelayut pada lengan Anthony. Anthony melepaskan napas panjang seraya menoleh ke luar. “Qin?” “Harusnya aku gak perlu datang ke pesta macam itu!” sahut Anthony dengan muka kesal. “Lho kenapa?” sahut Grizelle tak tahu soal kekesalan Anthony. Anthony menoleh padanya. “Kamu kan tahu kalo Ardi Wibisono itu salah satu pesaingku? Ngapain sih aku sampai diajak ke sana? Lebih enak aku makan malam di rumah sama kamu dari pada ke pesta tadi,” celetuk Anthony masih dengan kekesalannya. Grizelle mengerucutkan bibirnya. Anthony yang tidak pernah membuat Grizelle marah akhirnya mengalah. “Ya uda, yang penting sudah selesai pestanya.” Anthony masih sedikit menyelipkan gerutuan di dalam kalimatnya. “Kamu cemburu ya?” tanya Grizelle dengan sebelah tangan mengusap paha Anthony. Ada desir halus yang meremang di balik tengkuknya. Anthony sedikit tersenyum nakal pada Grizelle yang berhasil menggoda dirinya. “Ya iyalah aku cemburu. Kamu dan dia kan pernah dekat dan sekarang dia masih main mata sama kamu. Kalau karena gak mikirin kamu, sudah aku congkel matanya!” sahut Anthony seperti suami posesif yang diinginkan oleh Grizelle. Grizelle mengulum senyuman dan mendekat untuk berciuman dengan Anthony yang sudah menunduk tapi tak jadi. “Nanti saja di rumah. Ada pengawal di depan,” ujar Anthony menghentikan keinginan Grizelle. Grizelle tersenyum dan terkikik kecil. Ia mengangguk tapi masih bergelayut manja pada Anthony. “Oh iya, kenapa Hendri gak pulang bersama kita?” tanya Grizelle di pelukan Anthony. “Dia aku suruh membelikan sesuatu.” Anthony beralasan. Grizelle ikut tersenyum. Keesokan harinya, Anthony dan Grizelle menjalankan aktivitas seperti biasanya. Sementara Tantria sudah mulai terbiasa mengikuti aturan di rumah tempatnya tinggal. Tantria ikut memasak dan menyiapkan sarapan. Ia sudah terbiasa bekerja seperti itu di rumah bahkan lebih berat. “Selamat pagi, Nyonya Tantria,” sapa Hendri pada Tantria yang sedang membereskan meja. “Selamat pagi, Pak Hendri. Apa Pak Hendri mau sarapan juga?” tawar Tantria usai meletakkan makanan milik Anthony di atas meja. “Boleh, tapi saya ingin sarapan di dapur saja, boleh?” Tantria mengangguk sembari tersenyum. Hendri pun bergegas ke dapur bersama Tantria yang kemudian menghidangkan makanan untuknya. “Semalam Pak Hendri pulang telat ya?” ujar salah satu pelayan yang ikut melayani Hendri. Hendri tersenyum lalu mengangguk. “Iya, saya ada pekerjaan sedikit di luar. Apa ada masalah?” Hendri balik bertanya dengan senyuman. “Gak kok, Pak. Soalnya saya sudah ketiduran dan gak tahu siapa yang membuka gerbang,” jawab pelayan itu lagi. Hendri tidak menanggapi dan mulai makan makanan yang dihidangkan oleh Tantria. “Mmhhh, enak sekali supnya. Siapa yang membuat?” “Oh, itu buatan Nyonya Muda, Pak. Nyonya Tantria pinter memasak ternyata!” celetuk pelayan itu lagi. Hendri menoleh pada Tantria yang sudah sibuk lagi bersama Halim menghidangkan sup yang ia buat untuk Anthony. Hendri tersenyum lalu mengangguk pelan. Ia kembali menikmati sup buatan Tantria yang bisa menghangatkan tubuh dan hatinya. “Kamu gak tahu berita itu? coba deh setel TV!” ucap Vinda menghubungi Grizelle sore-sore. Grizelle menggantung pesawat telepon dan berjalan cepat ke arah televisi. Ia menyetel berita sore dan kaget sampai menutup mulutnya. “Kok bisa?” Grizelle sampai tidak bisa bicara. Ardi Wibisono ditemukan gantung diri di kamarnya dalam keadaan telanjang. Tidak hanya itu, keluarga meyakini jika Ardi dibunuh tapi tanda-tanda kekerasan tidak tampak. Ardi seperti mati wajar. Grizelle buru-buru berlari lagi ke pesawat telepon dan bicara pada Vinda. Ia mulai ketakutan dan cemas. “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia bisa bunuh diri?” tukas Grizelle dengan nada cemas. “Itu yang juga jadi pikiranku. Perasaan kemarin malam si Ardi baik-baik saja. Dia bahkan bersenang-senang sama pacar barunya ....” “Maksudmu dia main perempuan?” Grizelle memotong cepat. “Iya, kamu tahu kan dia sulit melupakan kebiasaan lamanya. Ya begitu deh dia.” Grizelle menarik napas agak panjang. Ia tahu jika Ardi memang suka jajan dan itu yang membuat hubungan mereka kandas. Grizelle tidak bisa memenuhi keinginan Ardi sementara sang pria lebih senang membagi tubuhnya bagi wanita lain. “Apa mungkin ada yang bunuh dia?” tanya Grizelle pelan. “Itu keluarganya yakin seperti itu. Tapi kan kita gak tahu, Ardi itu banyak musuhnya. Untuk sementara keluarganya menuduh perempuan yang tidur sama dia pas kejadian itu yang bertanggung jawab. Kabarnya dia diracun.” Kening Grizelle makin mengernyit mendengar kesimpangsiuran berita yang dibawa oleh Grizelle. “Aku takut Polisi akan datang buat memeriksa kita,” ucap Grizelle dengan nada bergetar. “Kenapa kamu takut memangnya kamu terlibat?” “Kan kita datang ke pestanya.” “Gak usah takut, aku yakin tamu-tamunya gak akan diperiksa. Lagian gak ada hubungannya kan?” ujar Vinda lagi. Grizelle masih resah dan tidak pernah terpikir jika yang terjadi pada Ardi adalah kasus bunuh diri semata. Karena semua terjadi secara mendadak. Kasus bunuh diri itu pun hilang perlahan ditelan waktu meski sangat heboh di awal-awal kemunculannya. Banyak hal yang ditutupi oleh keluarga demi nama baik Ardi Wibisono. Meski demikian, Anthony Lin dan Grizelle tetap datang pada acara penghiburan dan kremasi Ardi yang dilakukan di sebuah rumah duka. Dua minggu setelah kejadian itu, Anthony pulang buru-buru dari kantornya setelah mendapatkan sebuah berita dari rumah sakit. “Mana Tantria?” tanya Anthony pada Halim yang sedang mengawasi pekerja kebun. “Oh, Nyonya ada di ruang belajar untuk menyulam, Tuan.” Anthony langsung berbalik dan berjalan cepat ke arah ruang belajar. Grizelle yang menerima laporan dari salah satu pelayan, ikut mencegat Anthony. “Ada apa, Qin? Kenapa kamu cari Tantria?” “Ada yang harus aku sampaikan.” Anthony langsung membuka pintu dan terlihat Tantria sedang duduk di salah satu karpet untuk belajar menyulam. Wajah Tantria naik saat ia mendengar pintu terbuka. Anthony masuk tanpa melepaskan pandangan darinya. Begitu pula dengan Grizelle yang ikut masuk ke dalam mengekori Anthony. “Tantri.” Tantria pun berdiri dari lipatan kakinya. “Begini ....” Beberapa orang termasuk Halim dan Hendri sudah berkumpul di belakang. Mereka ikut cemas karena Anthony seperti ingin menyampaikan kabar buruk. “Begini, barusan saya mendapatkan sebuah berita dari rumah sakit. Ibu kamu ... Ibu kamu sudah meninggal,” ujar Anthony melanjutkan berita yang ingin ia sampaikan. Grizelle tampak terkejut begitu pula dengan beberapa pelayan serta Halim. Hendri tampak sedih. Sementara Tantria diam terpaku. “Tantri?” panggil Anthony lagi dengan nada cemas pada Tantria yang tak bergerak. “I-Itu ....” “Saya sudah perintahkan anak buah saya untuk mengurus semuanya. Kamu tidak usah khawatir, saya pasti akan membantu kamu.” Tantria ingin membuka mulutnya tapi kata-katanya tidak mau keluar. Lama kelamaan dia limbung dan tidak kuat menahan beban tubuhnya. Tantria akhirnya pingsan saat akan jatuh, Anthony dengan sigap menangkapnya. “Tantria?” Tantria sudah tak sadarkan diri di dalam pelukan Anthony. “Hen, siapkan mobil!” perintah Anthony dengan nada tegas. Grizelle juga tampak panik. Anthony dengan cepat menggendong Tantria sendirian. Ia tidak membiarkan orang lain menyentuh istrinya sekalipun itu adalah pelayan perempuan. “Nyonya,” lirih para pelayan yang bersedih melihat keadaan Tantria. “Aku ke rumah sakit dulu,” ucap Anthony pada Grizelle. Tanpa menunggu persetujuan Grizelle, Anthony langsung menggendong Tantria masuk ke dalam mobil. “Qin, aku ikut!” “Kamu menyusul pakai mobil lain!” Anthony segera pergi tanpa menunggu Grizelle yang kebingungan. Grizelle pun benar-benar menyusul kepergian Anthony dengan menggunakan mobilnya dan sopir. Di dalam mobil, Anthony dengan cemas masih merangkul Tantria yang terkulai tak sadarkan diri. Ia sedikit menepuk pipi Tantria dengan lembut penuh kasih sayang. “Tantri, bangun Sayang. Kamu pasti syok,” gumam Anthony lalu memeluk Tantria. Di depan, Hendri terdiam kaku saat melihat dan mendengar kalimat Anthony yang begitu lembut pada istri keduanya. Ada rasa tak nyaman di hatinya tapi bukan itu yang menjadi perkara. Anthony selama menikah tidak pernah menunjukkan perhatiannya sama sekali pada Tantria kecuali pernah membelikannya makan malam. Mereka bahkan tidak pernah lagi satu kamar. Sekarang Anthony seperti lepas dari sangkarnya saat Grizelle tak ada. Jika Grizelle tahu apa yang dirasakan Anthony, tentulah dia akan marah dan mungkin menyakiti Tantria. Setelah tiba di rumah sakit, Tantria mulai sadar. Ia segera diberikan pertolongan dan masuk ke ICU. Anthony terus mendampingi Tantria. Grizelle yang tiba pun harus menunggu di luar bersama Hendri. Anthony baru keluar dari ICU setelah 30 menit. Wajahnya tersenyum menghadapi Grizelle dan Hendri yang menunggu. “Tantria hamil.” Anthony berujar singkat lalu menambahkan sedikit senyuman. Grizelle yang semula panik lalu bahagia memeluk Anthony. Kini hal yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sedangkan Anthony sengaja menunggu waktu yang tepat untuk mengumumkan kehamilan Tantria agar semuanya terlihat wajar. “Selamat, Bos.” Hendri mengucapkan selamat pada Anthony yang masih memeluk Grizelle. “Terima kasih. Tolong urus pemakaman Ibunya Tantria dengan baik. Besok Tantria akan menghadiri pemakaman, hari ini dia harus istirahat dulu,” ujar Anthony memberikan perintah pada Hendri yang mengangguk paham. Semua berlangsung seperti yang direncanakan Anthony. Berita tentang kehamilan Tantria diberitahukan pada seluruh keluarga Lin dan orang tua Anthony. Pemeriksaan soal jenis kelamin akan dilakukan pada bulan yang tepat. Meski masih dalam masa berduka, tapi Tantria tidak bisa membantah segala aturan baru yang diberikan untuknya. Tantria harus minum vitamin yang diresepkan untuknya. Seorang pelayan bernama Erna yang akan terus mendampingi Tantria di masa kehamilannya. Sedangkan Anthony mengawasi dari jauh. Hari terus berlalu berganti minggu dan bulan. Kehamilan Tantria makin membesar. Saat itulah Tantria mulai sedikit diisolasi. Ia hanya boleh berjalan-jalan di taman di dalam rumah Lin. Kehamilan Tantria tidak merepotkan. Dokter bahkan datang secara pribadi memeriksa kehamilan tersebut. Sayangnya tidak pernah sekalipun Anthony menemani. Ia terikat perjanjian dengan Grizelle karena harus menjaga jarak dengan Tantria. Namun semua laporan dengan lengkap diberikan oleh Hendri soal Tantria. “Dokter sudah memeriksanya, Bos. Jenis kelamin bayinya laki-laki.” Senyuman Anthony mengembang dan mengangguk. “Terima kasih, Hendri. Tolong jaga Tantria, aku ... aku gak bisa menemani dia,” ujar Anthony sedikit lirih di akhir kalimat. Hendri mengatupkan bibirnya merasa miris dengan nasib Anthony yang terikat pada pernikahan pertamanya. “Bos, kalau saya boleh tahu. Apa Bos Lin akan datang saat Nyonya Tantria melahirkan?” Pertanyaan Hendri membuat Anthony tertegun. Ia sedang berpikir caranya mendekati Tantria tanpa membuat Grizelle marah. Berkali-kali Anthony gagal dan hanya bisa memperhatikan dari jauh. “Aku belum tahu, Hen. Nanti kalau aku tidak bisa, tolong awasi dia ya.” Hendri mengangguk sambil masih terus memandangi Anthony.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN