Bab 22. Dalam Diam Kecewa

1119 Kata
“Qin!” panggil Grizelle yang baru saja menyusul ke rumah sakit setelah pagi menjelang. Ia tergopoh-gopoh dengan dandanan lengkap dan cantik seperti biasanya. Sedangkan Anthony dengan kaos semalam dan celana panjang bahan biasa. “Kok kamu gak bangunin aku sih semalam? Sudah berapa lama kamu di sini?” Anthony hanya tersenyum saja. “Aku gak sempat bangunin kamu soalnya Tantria sudah harus masuk rumah sakit. Ambulansnya datang terlambat dan aku gak mau ambil risiko jadi aku langsung bawa pakai mobil saja. Ada Hendri juga!” Anthony menunjuk pada Hendri yang sama-sama menunggu dengannya di ruang tunggu untuk keluarga pasien. “Huff, aku kan jadi bingung pagi-pagi dikasih tahu Halim kalau Tantria masuk RS!” Grizelle masih mendengus kesal. “Iya, aku minta maaf. Uhm, kamu ke sini sama siapa?” “Sama sopir. Lalu Tantria di mana sekarang?” “Masih di ruang bersalin bersama Erna.” Grizelle mengangguk dan mendekat pada Anthony. “Sebaiknya kamu pulang dan istirahat saja. Biar nanti aku yang menunggui Tantria,” ujar Grizelle menawarkan. “Tapi dia kan belum melahirkan ....” “Iya, tapi kan nanti juga akan lahiran kan? Kamu pulang istirahat pas anaknya sudah lahir baru kamu datang untuk melihat.” Anthony masih diam memperhatikan Grizelle yang malah menyuruhnya untuk pulang. Perasaan Anthony tidak enak apa lagi jika harus meninggalkan Tantria sendirian. Ingin rasanya masuk ke dalam menggenggam tangannya dan menyaksikan kelahiran bayinya. Meskipun hanya Anthony dan Tuhan yang mengetahui jika anak yang dikandung Tantria bukanlah darah dagingnya. “Qin, kok malah melamun?” Grizelle mengejutkan Anthony yang sedang berpikir. “Ah, gak apa. Aku di sini saja. Nanti biar aku ganti pakaian di hotel dekat sini. Daripada pulang ke rumah, jauh. Nanti untuk kembali jadi butuh waktu lebih lama,” ujar Anthony beralasan. Grizelle hanya bisa menghela napas panjang dan tidak bisa melarang. Meski dalam hatinya, ia kesal karena Anthony terlihat cemas pada Tantria. Akhirnya kedua pasangan suami istri itu masih menunggu bersama Hendri yang duduk agak jauh. Hendri sampai mengantuk dan sempat bersandar untuk tidur sejenak. Semalaman ia tidak tidur karena membawa Tantria. “Tuh, Hendri saja uda tidur. Kamu disuruh pulang istirahat malah gak mau. Mana belum mandi lagi!” gerutu Grizelle pada Anthony yang masih kucel dan kurang rapi. Anthony melirik pada Hendri dan tersenyum saja. “Kamu malu ya kalau aku keluar rumah dengan pakaian biasa seperti ini?” “Bukan, cuma kan kalo dilihat orang gak enak, Qin. Orang-orang taunya kamu itu pengusaha terkenal.” “Lho memangnya pengusaha terkenal gak boleh pakai kaos sama sendal jepit begitu?” ujar Anthony sedikit menggoyangkan ujung kakinya yang masih memakai sendal. Berbeda jauh dengan Grizella yang sudah berpenampilan rapi, wangi selayaknya seorang sosialita. “Ah, susah ngomong sama kamu!” Grizelle mulai mengambek dengan sedikit menyampingkan dirinya. “Aku bau ya?” Anthony masih menggoda istrinya itu. Grizelle jadi makin cemberut dengan tingkah Anthony yang malah bercanda dengannya. “Ih, jauh-jauh deh!” Anthony malah makin jail dengan mencolek pinggang Grizelle. “Nanti kalau aku jauh kamu malah kangen!” “Ih, apaan sih! Mending kamu ke hotel terus mandi dan ganti pakaian kamu!” akhirnya Grizelle malah mengusir suaminya. “Memangnya kamu bawa pakaianku gak?” “Enggak. Aku gak ingat!” jawab Grizelle asal. Anthony jadi manyun dan sedikit sebal. Memang dari segi perhatian, Hendri bahkan lebih ingat pada pakaian Anthony dari pada istrinya Grizelle. “Bapak Anthony?” Anthony terkesiap saat namanya dipanggil. Hendri yang sedang tidur-tidur ayam, langsung mengerjap dan berdiri ikut menghampiri Anthony yang mendengar penjelasan dokter. “Selamat ya, Pak. Bayinya sudah lahir berjenis kelamin laki-laki,” ujar dokter yang membantu kelahiran bayi Tantria. Anthony seketika tersenyum diiringi helaan napas panjang dan lega. Begitu pula dengan Grizelle yang juga tersenyum saat mengetahui jika usahanya merelakan Anthony tidaklah sia-sia. “Terima kasih, Dokter! Boleh saya lihat anak dan istri saya?” Anthony meminta dengan wajah berbinar. “Untuk Nyonya Tantria sudah dipindahkan ke ruangan perawatan sementara bayinya kami letakkan di ruang bayi. Nanti akan dipindahkan ke ruangan Ibu.” Anthony mengangguk tersenyum lalu menyalami dokter tersebut. Dokter itu juga menyalami Grizelle dan Hendri sebelum ia keluar. “Kalau begitu, ayo kita lihat Tantria dulu ....” Anthony yang sedang bersemangat lantas dihalangi lengannya oleh Grizelle. “Tunggu dulu, Qin. Biar aku saja yang melihat Tantria. Kamu lihat bayinya dulu. Pastikan semuanya.” Kening Anthony mengernyit tak mengerti dengan yang dimaksudkan oleh Grizelle. “Apa kamu gak percaya kalau itu anakku?” “Bukan itu. Maksudku, bayinya baru lahir. Masa kamu gak mau langsung melihatnya? Kamu kan bisa menjenguk Tantria nanti saja. Yang penting bayinya dulu.” Wajah Anthony tak lagi tersenyum. Padahal ia sudah ingin memeluk Tantria dan berterima kasih padanya. Grizelle keluar lebih dulu sebelum Anthony yang berjalan bersama Hendri. “Kok wajah Bos malah murung? Bos gak senang dengan kelahiran ini?” celetuk Hendri bertanya pada Anthony yang malah berjalan gontai ke ruangan bayi. “Bukan. Aku ingin melihat Tantria.” Hendri lantas berdiri di depan Anthony dan mereka pun berhenti berjalan. “Sebaiknya Bos ke hotel dan membersihkan diri dulu. nanti Bos bisa bertemu dengan Nyonya Tantria dengan penampilan rapi dan ganteng. Bagaimana?” ujar Hendri memberikan usulannya. Kening Anthony yang mengernyit lalu berubah menjadi senyuman. Ia mengangguk tak berapa lama kemudian. Setelah sepakat dengan Hendri, Anthony kembali melanjutkan perjalanan ke ruang bayi. Anthony mengetuk jendela kaca dan seorang bidan lantas berbicara padanya. “Saya ingin lihat bayi saya atas nama Nyonya Tantria Purnama!” Bidan itu mengangguk dan mengangkat seorang bayi yang baru dibalut dan memperlihatkannya pada Anthony. Senyuman Anthony mengembang tulus penuh cinta saat melihat bayi tersebut. Itu adalah bayi laki-laki tertampan yang pernah dilihatnya. “Anakku ....” gumam Anthony menyentuh pembatas kaca. Kulit bayinya putih seperti s**u. Ia sehat dan lengkap tanpa kekurangan satu apa pun. Fisiknya sempurna, tegap seperti Anthony. “Selamat, Bos. Bayi laki-laki Nyonya Tantria mirip dengan Bos,” ujar Hendri pada Anthony yang masih tersenyum. Anthony sejenak menoleh pada Hendri dengan senyuman rasa bangga. “Itu bayiku, Hen. Aku punya anak laki-laki,” ucap Anthony dengan binar bahagia di matanya. Ia melupakan kenyataan bahwa yang dilahirkan oleh Tantria bukanlah darah dagingnya. Namun saat melihat bayi itu, Anthony seperti merasa memiliki ikatan emosional yang sama seperti saat Belinda lahir. Hanya saja kali ini perasaannya lebih bahagia. Di dalam kamarnya, Grizelle datang menjenguk Tantria. Tantria masih terbangun setelah kelelahan berjuang sendirian di ruang persalinan. “Bagaimana keadaan kamu?” tanya Grizelle dengan sikap baik dan ramah. “Tantri baik-baik saja, Mba. Bagaimana dengan bayi Tantri? Tadi hanya sempat lihat sekilas. Apa Mba Grizelle sudah melihat?” Tantria balik bertanya dengan suara lembutnya. “Belum. Kata dokter bayi kamu sehat. Anthony yang sedang melihatnya.” Tantria masih tersenyum dan menarik napas panjang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN