Bab 25. Penawar Hati Yang Gundah

1113 Kata
“Ini namanya adik Jayden. Dia adalah Adik kamu,” ujar Anthony memperkenalkan Jayden pada Belinda sebelum pembaptisan dan pemberian nama Cina untuk Jayden. Belinda tersenyum melihat adik kecilnya yang tampan sedang tidur pulas. Anthony tidak ingin mengikis jarak dengan membedakan keduanya. Meski berasal dari ibu yang berbeda, keduanya adalah anak Anthony Lin. “Sekarang kamu akan menjadi Ibu Baptis Jayden, apa kamu bersedia?” tanya Anthony pada Grizelle yang ikut hadir. Grizelle tersenyum lalu mengangguk. Proses pembaptisan dilakukan dengan khidmat oleh seorang pendeta. Jayden lalu diberikan nama Tionghoa dan menyandang marga Lin yang terhormat. Nama dicari dan disematkan oleh ayah Anthony Lin setelah berdiskusi dengan keluarga besarnya. “Lin Xue Min akan menjadi penerus keluarga ini di masa yang akan datang. Semoga diberkahi panjang umur dan kekayaan yang melimpah, serta kepintaran dan kecerdasan,” ujar ayah Anthony memberikan ucapan selamat. Anthony terlihat bahagia dan bangga. Ia menggendong Jayden beberapa saat lalu memberikannya pada Grizelle. Grizelle pun terlihat bahagia dengan kehadiran Jayden yang melengkapi keluarganya. Belinda tampak antusias terus mengelus lengan Jayden yang lembut. Sementara Tantria hanya duduk di belakang Grizelle sambil melipat kedua tangan di pangkuannya. Dari pagi sampai sekarang, Tantria tidak bisa menggendong bayinya. Tidak ada satu pun anggota keluarga Lin yang mengajaknya bicara ataupun mengucapkan selamat padanya. Ia seperti orang asing di tengah-tengah keluarga suaminya. “Tantri, apa kamu sudah menyetok ASI untuk Jayden? Aku minta beberapa botol ya, biar Jayden di kamarku hari ini,” ujar Grizelle meminta Tantria berpisah dengan bayinya hari ini. Tantria tersenyum getir dan mengangguk pelan. “Sebentar, Tantri ambilkan, Mba.” Tantria pun berdiri dan berjalan masuk ke kamarnya. Ia mengambil hasil perahan ASI untuk diberikan pada Jayden. Padahal Tantria ingin memberikan ASI-nya secara langsung tapi sepertinya Grizelle menginginkan lain. Tantria pun mengalah. Ia ikut membawa popok serta pakaian ganti untuk Jayden. “Kalau dia agak rewel, ganti saja bajunya, Mba. Atau biar Tantri yang lakukan ....” “Gak apa, biar aku saja. Aku uda lama gak mengurus bayi, jadi kangen ingin merasakan lagi,” balas Grizelle dengan senyuman lebar. Tantria tersenyum dan mengangguk. Belinda juga ikut ibunya untuk masuk kamar demi memberikan ASI dalam botol untuk Jayden. Di satu sisi, Tantria bahagia melihat seperti apa anaknya diterima dan disayangi oleh seluruh keluarga. Meskipun untuk itu Tantria harus menyingkirkan dirinya. Baginya itu seharusnya bisa ditelan dengan baik. Waktu berlalu saat Jayden semakin besar. Jayden menjadi magnet baru di keluarga Lin. Semua pelayan menyukainya, Grizelle dan Belinda juga menyayanginya, Tantria nyaris bersamanya selama 24 jam dan Anthony bahkan memasang pengawal khusus untuk Jayden. Sampai akhirnya, Vinda Wiryawan kembali dari US mengunjungi Grizelle setelah lama tidak bertemu. Ia kaget melihat kondisi rumah tangga poligami yang dijalankan oleh Grizelle. “Aku pikir kamu sudah mengusir perempuan kampung itu pergi dari sini!” ucap Vinda dengan kening mengernyit dan sikap sinis. “Aku kan yang membawa dia, gak mungkin aku mengusirnya,” jawab Grizelle masih santai. “Kamu lupa ya, kalau Anthony bisa saja menaruh hati sama dia,” celetuk Vinda lagi mempengaruhi Grizelle. Grizelle masih tersenyum lalu menggeleng. “Gak mungkin. Anthony bahkan enggak pernah datang ke kamarnya. Dia selalu tidur denganku. Tantri itu lebih banyak di dapur dan rumah belakang, gak ada orang luar yang tahu kalau dia Istri.” Vinda masih belum puas. Setelah apa yang dilakukan oleh Tantria dengan merebut kesempatannya menjadi istri kedua Anthony, hal itu menjadikan Vinda dendam. Ia ingin membalas Tantria dengan cara membuatnya diusir dari keluarga Lin. Sayangnya Grizelle sepertinya tidak terpengaruh. “Jadi kamu sudah rela dengan pernikahan itu?” selidik Vinda masih sok cuek. “Kalaupun gak terima juga buat apa, buang-buang energi. Tantria itu bukan seleranya Anthony. Anthony itu cinta mati sama aku,” ucap Grizelle dengan bangganya. Vinda jadi makin kesal mendengarnya tapi ia terpaksa memberikan senyuman. “Baguslah. Tapi menurutku kamu masih tetap harus hati-hati, Grizelle. Namanya kamu melihara ular, satu saat bisa mematok dan membunuh kamu.” “Maksud kamu apa?” Vinda mendekat lagi. “Iya, kamu kan gak bisa mengawasi Anthony 24 jam. Kalau seandainya perempuan macam Tantria itu mencoba menggoda Anthony bagaimana? Kamu gak takut? Apa lagi anaknya makin lama makin besar, makin besar juga kans ibunya menyingkirkanmu,” ujar Vinda memprovokasi Grizelle. Grizelle terdiam saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh Vinda. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut. “Aku hanya minta kamu untuk terus berhati-hati. Kita gak pernah tahu kapan musuh akan menyerang, Grizelle. Aku hanya gak mau kamu disingkirkan dari rumah ini gara-gara istri kedua. Ih, kalau aku jadi kamu uda aku singkirkan dia. Yang penting kan anaknya sudah lahir dan laki-laki, lalu ibunya untuk apa? iya kan?” imbuh Vinda lagi makin menjadi-jadi. “Jadi maksud kamu, aku harus meminta Anthony menceraikan Tantria tapi Jayden tetap di rumah ini?” Vinda mengangguk cepat. “Kalian kan hanya butuh penerus keluarga ini. Dan hal itu sudah terwujud. Jadi untuk apa lagi perempuan itu masih tinggal menjadi Istri? Apa kamu mau menunggu sampai dia merebut semua dari kamu dan melemparkan kamu keluar?” Grizelle mulai tampak resah dengan gambaran yang diberikan oleh Vinda. Vinda yang mencium kegelisahan Grizelle makin gencar mempengaruhinya. “Grizelle, aku sahabat kamu. Aku tahu persis kamu seperti apa. Kamu itu terlalu baik dan gampang kasihan. Sesuatu yang berawal dari niat baik gak selamanya akan berakhir baik lho. Aku gak mau melihat kamu terluka.” “Aku akan bicara sama Anthony.” “Sebaiknya langsung minta saja dia menceraikan Tantria. Kalau dia hanya bertugas melahirkan maka seharusnya tidak sulit. Ingat lho, Grizelle. Semakin Anthony dekat dengan anak laki-lakinya, dia bisa memberikan seluruhnya pada anak itu dan tidak menyisakan apa pun untukmu dan Belinda.” Grizelle makin sesak mendengar hal tersebut. Seluruh pemikiran buruk itu berhasil membuat Grizelle cemas bukan main. “Kamu benar.” Vinda tersenyum serta mengangkat kedua alisnya bersamaan. Ia mengangguk mengiyakan. “Semuanya pasti akan jatuh kalau kamu gak hati-hati. Hidup ini penuh ketidakpastian, Grizelle.” Grizelle mengangguk lagi. Setelah Vinda pergi, kegusaran itu tidak pergi dari Grizelle. Terlebih ia memergoki Anthony sedang berdiri di balkon taman samping memandang Tantria dan Jayden yang sedang bermain di taman. Jayden sedang belajar berjalan dan Tantria yang terus memegangi tangannya. Anthony terlihat senyum-senyum sendiri memandang keduanya. Tawa riang Jayden dan senyuman cantik Tantria adalah pengobat mujarab rasa lelah bekerja selama ini bagi Anthony. “Qin?” tegur Grizelle pada Anthony. Anthony langsung menoleh dan tersenyum. “Kamu sedang apa?” “Oh, cuma melihat Tantria sedang bermain dengan Jayden. Coba lihat, Jayden senang sekali bermain di luar. Anak itu lucu sekali,” puji Anthony masih terus memandang ke arah Tantria. “Kamu gak seharusnya memanjakan dia. Dia kan penerus Golden Dragon. Harusnya kamu mendidik dia dengan keras.” Anthony terkesiap dan mengernyit menoleh pada Grizelle.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN