“Nia? Rena bangun?” Tania menggigit bibir bawahnya. Rena menangis kencang di sampingnya. Sementara ia gugup harus menjawab apa panggilan sang majikan. Wanita itu langsung duduk membelakangi pintu dan membuka kancing baju di bagian dadanya agar lebih mudah menyusui Rena. Tak berapa lama kemudian terdengar suara Dewa lagi dari luar. Sepertinya pria itu masih belum menyerah. “Nia, saya masuk ya?” Dewa tertegun sejenak di depan pintu kamar saat melihat punggung Tania. “Maafkan saya, Nia. Tapi, apa kamu perlu bantuan?” Tania menolehkan kepalanya sedikit ke kanan. “Boleh saya minta tolong ambilkan minum, Pak? Saya haus sekali.” Tentu saja karena Tania memang benar-benar haus. Karena saat tadi akan ke dapur Tania batal mengambil minum saat memergoki Dewa dan Lily. Dan entah kenapa tiba-t