Ari tersenyum lega saat melihat Ikhsan masuk ke ruang meeting. Ia mengumpulkan beberapa anak buahnya untuk membahas masalah perkembangan pabriknya dan rencana peluncuran produk terbaru yang telah ia rancang. Sepanjang meeting, Ikhsan tidak tenang. Ia masih memikirkan tawaran Sunny. Seperti biasa tas rancangan Ari sangatlah bagus. Ia yakin tas itu akan menjadi primadona di kalangan para pria pekerja kantoran. "San, kenapa kamu telat?" tanya Ari saat meeting selesai. "Sorry. Tadi ... yah, biasalah," kata Ikhsan tersenyum canggung. Ari merangkul Ikhsan. Ia sudah menganggap Ikhsan seperti kakaknya sendiri. "Kamu ada masalah?" Ikhsan mengangguk pelan. Mungkin ada baiknya ia meminta bantuan Ari daripada ia terlihat dengan Sunny. Jika Ari bisa membantunya, mungkin ia tak perlu berbuat nekat.