Keterkejutan menyengat Azkia. Selama beberapa saat sistem motoriknya lumpuh oleh sentuhan Fattan. Pertahanan diri Azkia melemah. Dia tidak bisa membiarkan dirinya dibanjiri perasaan sesaat Fattan, setidaknya seperti itulah dugaannya terhadap reaksi spontan Fattan itu, tetapi dia juga tidak bisa menahan rasa damba yang menuntut tindakan lebih. Hanya ketika satu tangan Fattan turun memeluk punggung sementara tangan lainnya masih membingkai wajahnya, Azkia membiarkan pria itu menguasai dirinya. Ciuman itu begitu keras tapi juga lembut. Susuran lidah Fattan di bibirnya mengentak-entak diri Azkia untuk menuntut lebih. Dan mungkin tuntutan itu pun dirasakan Fattan untuk mewujudkannya dalam tindakan. Tangan Fattan yang berada di punggung Azkia semakin turun hingga menemukan lekukan pinggang rampi