Jasmine tidak menolak. Punggung yang semakin menekan kepala ranjang membuat Jasmine lebih leluasa menerima kecupan yang kedua kalinya dari Amoun-Ra. Pria ini semakin menguasai apa yang sedang mereka lakukan, terlebih ketika tangan kanan Amoun-Ra mulai turun dan melewati area sensitif hingga tubuhnya menggeliat. Jasmine tidak kuasa dan mengerang tipis. “Eungh …” Saling menghisap, menekan, dan bertukar napas. Amoun-Ra melakukannya dengan sangat lembut. Meskipun kecupan ini menjadi pengalaman pertamanya, tapi Amoun-Ra cukup lihai membuat Jasmine nyaman tanpa perasaan intimidasi karena kesepakatan sepihak. Dia tahu bahwa sikapnya salah. Merasa sudah cukup dan ia mengingat sesuatu, Jasmine mengendurkan hisapan mereka. Hingga Amoun-Ra terpaksa berhenti dan tidak mau menuntut lebih. “Ada ap