43. Kejutan yang Gagal

1778 Kata
Bianca meregangkan tubuhnya. Matanya terasa masih sangat mengantuk. Tetapi suara bising lagu ditambah orang berbicara membuat telinga Bianca terasa pengang sehingga Bianca mau tidak mau harus bangun. “Ya Tuhan kenapa pasar malam bisa pindah ke rumahku” ucap Bianca asal. “Bi, Bi Inah” panggil Bianca. Tidak ada jawaban. Bianca menghela nafas. Bianca pun merapikan rambutnya dan melangkah dengan gontai. Nyawa Bianca pun juga belum tersadar sepenuhnya. Bianca melangkah terus menuju pintu kamarnya. Ceklek “HAPPY BIRTHDAY” terdengar suara ucapan selamat ulang tahun saat Bianca membuka pintunya. Bianca masih terdiam dan berdiri mematung dengan mata yang masih mengantuk. Sepertinya Bianca masih belum sadar sepenuhnya. “Bii” ucap Naena dan Icha. “Kalian kenapa kesini?” Tanya Bianca. “Ya Tuhan Bii. Kami membuat kejutan tapi respon kamu seperti ini” ucap Icha. Hoam Bianca menguap. Icha, Naena pun saling menatap. “Bii, kamu tidak apa-apa?” Tanya Naena. “Aku ngantuk” jawab Bianca. “Yasudah kamu istirahat saja lagi. Kami tunggu di depan saja” ucap Naena. Bianca hanya menganggukkan kepalanya, lalu dia kembali melangkah ke ranjangnya dan tidak lupa menutup pintunya. Bianca pun langsung kembali merebahkan dirinya di ranjang dan terlelap. Ceklek Pintu kembali terbuka. Kali ini bukan Bianca yang membukanya, bukan juga Naena, ataupun Icha. Tetapi Willy yang membuka pintu kamar mereka. Willy menatap Bianca dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ya Tuhan Bii, kamu kenapa?” Tanya Willy khawatir karena melihat Bianca sangat terlelap. Willy memeriksa kening Bianca. Suhunya normal. Willy menghela nafas. Padahal hari ini dia sudah menyusun rencana untuk membuat kejutan ulang tahun Bianca. Willy sudah meminta Icha, Naena untuk datang. Mami dan Papi pun juga sedang dalam perjalan kesini. Jonathan dan Dimas juga akan datang jam 4 sore ini. Willy sudah memesan makanan untuk makan bersama sore ini. “Bii” ucap Willy pelan sambil menepuk pipi Bianca pelan. Bianca masih saja terlelap. Willy pun merasa aneh, tidak biasanya Bianca seperti ini. Pantas saja Naena dan Icha mengatakan Bianca sepertinya mengantuk karena aku semalam. Padahal aku dan Bianca tidak berbuat apa-apa semalam. Willy pun berbaring disebelah Bianca lalu memeluk istrinya dan mencium pipi Bianca berkali-kali. Tidak sampai disitu, tangan jailnya pun masuk ke dalam dress selutut Bianca. Tangan Willy membelai paha Bianca lalu terus melangkah ke atas. “Engh” satu erangan keluar dari mulut Bianca karena ada sesuatu yang membuatnya geli. Willy yang bertambah jahil pun mulai mencium leher Bianca. Dan tangannya kini masuk ke dalam celana dalam Bianca. Tiba-tiba Bianca membalikkan tubuhnya dan membuat Willy menghentikan aktifitasnya. “Will kamu sudah pulang” ucap Bianca yang membuka setengah matanya. “Happy birthday sayang” ucap Willy dengan tersenyum. Bianca tersenyum, Willy pun mengecup bibir Bianca. “Kenapa kamu lelah sekali?” Tanya Willy. “Gara-gara kamu” ucap Bianca. “Kenapa gara-gara aku?” Tanya Willy. “Iya semalaman aku tidak tidur” ucap Bianca mencibir. “Kenapa?” Tanya Willy bingung. Bianca pun memeluk suaminya dengan erat. “Aku menunggu kamu memberikan kejutan ulang tahun. Aku ingin merekamnya” ucap Bianca. Willy pun tertawa. “Kenapa tertawa? Jahat sekali” ucap Bianca mencibir. Cup Willy mengecup bibir Bianca lagi. “Aku sengaja tidak mau membuat kejutan semalam. Aku takut menggangu tidurmu” ucap Willy. “Kita keluar yu. Ada Naena dan Icha. Mami dan Papi juga dalam perjalanan” ucap Willy. Bianca pun mengumpulkan semua nyawanya. Willy membelai rambut Bianca. “Happy birthday sayang” ucap Willy lagi dengan tersenyum. “Terima kasih Will” ucap Bianca dengan membalas senyum Willy. Willy pun mengajak Bianca bangun dari ranjang mereka. Lalu Willy meminta Bianca untuk merapikan dirinya dan menunggu di luar. “Kamu rapikan diri kamu ya. Aku tunggu di luar” ucap Willy. “Iya” ucap Bianca. Bianca pun melangkah ke kamar mandi. Bianca memilih untuk mengguyur tubuhnya dengan shower agar tubuhnya kembali fress. Sepuluh menit Bianca selesai dengan ritual mandinya. Bianca pun melangkah keluar dan mengambil bajunya. Bianca melihat penampilannya yang terlihat sudah rapi. Bianca pun melangkah keluar. Betapa terkejutnya Bianca ketika sampai di ruang makan, kini sudah disulap menjadi dekorasi seperti sedang berada di taman. Ketika semua yang berada disana melihat Bianca datang mereka semua pun menyanyikan lagi selamat ulang tahun untuk Bianca. Bianca tersenyum bahagia sekali, ternyata Willy dan sahabat-sahabatnya sudah menyusun kejutan ulang tahun untuknya. Tahu begitu untuk apa dia semalaman tidak tidur. “Happy birthday Bii” ucap Naena memeluk Bianca. “Terima kasih” ucap Bianca. “Happy Birthday Bianca” ucap Icha yang juga memeluk Bianca. “Terima kasih” ucap Bianca bahagia. “Happy birthday menantu Mami yang paling cantik” kali ini Mami yang mengucapkan selamat dan memeluk Bianca. “Terima kasih Mami” ucap Bianca. “Happy Birthday Bii” ucap Papi memberikan selamat kepada Bianca. “Terima kasih Pi” ucap Bianca. Kali ini Willy sambil menggendong Aditya melangkah menghampiri Bianca. Aditya juga terlihat habis dimandikan karena bajunya sudah ganti kini memakai baju berwarna biru. “Selamat ulang tahun Mama” ucap Willy sambil mengangkat Aditya dan menempelkan wajah Aditya ke pipi Bianca. “Anak ganteng Mama. Terima kasih sayang” ucap Bianca mengecuk Aditya. Setelah acara ucapan selamat ulang tahun mereka semua pun berfoto-foto bersama. Lalu jam 4 ketika Dimas dan Jonathan sudah datang mereka pun makan sore bersama. Bianca senang sekali dan Bianca baru tahu ternyata yang menyiapkan semua ini adalah Willy. Willy yang meminta semua orang datang ke rumah mereka untuk merayakan ulang tahun Bianca. Hati Bianca benar-benar bahagia. Willy sampai membuat rencana seperti ini. Di hari ulang tahunnya ini Bianca pun tidak ingin meminta hadiah apa-apa dari Willy, cukup Willy terus bersamanya disampingnya dan menjadi suami terbaik Bianca. Menurut Bianca itu sudah cukup. Drrrt Drrrt Ponsel Papi berdering. Kebetulan acara makan sudah selesai dan mereka hanya sedang mengobrol santai. Papi pun izin pamit untuk mengangkat telepon itu. Tidak lama Papi kembali datang dan minta izin menemui kliennya. “Papi pamit pergi ya” ucap Papi. “Mau kemana Pi?” Tanya Mami. “Ada klien Papi yang ingin bertemu. Kebetulan dia sedang di dekat sini” ucap Papi. “Terus Mami bagaimana pulngnya?” Tanya Mami mencibir. “Nanti Papi jemput jemput lagi. Papi hanya sebentar” ucap Papi. “Kenapa tidak disuruh kesini saja, kalau Cuma sebentar” ucap Mami. “Tidak enak Mi” ucap Papi. “Will, Bii tidak apa-apa kalau Papi menemui kliennya disini?” Tanya Mami. Willy dan Bianca saling bertatapan. Bianca tidak berani memutuskan. Kalau menolak, Bianca tidak enak karena mertua sendiri yang meminta izin. “Bagaimana Bii?” Tanya Willy pelan. “Aku terserah kamu saja” ucap Bianca. “Yasudah, kalau sebentar tidak apa-apa ya. Kasihan Mami pasti mencemaskan Papi karena belum begitu pulih keadaannya” ucap Willy. Bianca menganggukkan kepalanya. “Iya Pi, tidak apa-apa” ucap Willy. “Yasudah kalau itu mau kalian. Papi akan mengirim alamat rumah ini kepada klien Papi” ucap Papi. Bianca pun meminta Bi inah merapikan ruang tamu. Dan satu lagi akhirnya beberapa buket-buket bunga akhirnya sebagian bisa dipindahkan ke halaman oleh Bi Inah dan Pak Eko sehingga ruang tamu Bianca tidak terlalu penuh dengan buket bunga. Ngomong-ngomong tentang buket bunga orang-orang mengira kalau itu adalah pemberian Willy. Dan Willy juga sebenarnya ingin menanyakan kepada Bianca dari mana buket-buket bunga itu. Tadi mungkin Willy terlupa karena dia sibuk mengurus kejutan untuk Bianca ini. Karena sekarang sudah senggang dan mereka sedang di ruang tamu, Willy pun akhirnya bertanya kepada Bianca dari mana buket bunga ini. “Bii, kamu membeli semua ini?” Tanya Willy. “Tidak, aku kira ini dari kamu” ucap Bianca. Benar dugaan Bianca buket bunga ini bukanlah dari suaminya. Lalu dari siapa, ah satu nama pria menyebalkan pun terlintas di pikiran Bianca. “Kamu melarang aku untuk membuang-buang uang Bii. Aku juga tidak akan mengeluarkan uang untuk bunga-bunga ini yang nantinya akan terbuang begitu saja. Lebih baik aku gunakan untuk membeli keperluan kamu dan Aditya” ucap Willy. “Lalu ini dari siapa?” Tanya Bianca agar Willy tidak curiga kepadanya. “Apa mungkin klien kamu? Siapa namanya yang Ibu-Ibu itu?” Tanya Willy. “Ibu Rita” ucap Bianca. “Ah iya benar. Kamu bilang Ibu Rita berubah menjadi sangat baik kepadamu. Siapa tahu ini dari dia” ucap Willy. Bianca berpikir mungkin saja, bisa jadi Ibu Rita. Bianca lebih baik berpikir ini dari Ibu Rita, agar hatinya tenang. Dan Willy tidak curiga atau bertanya macam-macam. “Bii, sudah sore kami pamit ya” ucap Naena dan Icha. “Kalian tidak mau makan malam dulu” ucap Bianca. “Kami baru saja makan sore. Sudah ah Bii, kalau kamu terus mengundang makan-makan dirumahmu, bisa-bisa dietku gagal” ucap Icha. “Hem, kamu ini. Badan udah kecil pakai mau diet segala” ucap Jonathan menyindir Icha. “Ih, Jo. Aku harus jaga penampilan. Diluar sana penculik suami itu lebih menyeramkan dari pada pencuri anak-anak” ucap Icha. “Ish, lihat nih kebanyakan nonton tok-tik jadi kacau pikirannya” ucap Jonathan menyentil kening Icha. Naena dan Bianca pun terkekeh. “Yasudah kalau kalian mau pulang. Terima kasih ya” ucap Bianca. “Iya Bii” ucap Naena. Setelah Icha, Naena, Dimas dan Jonathan berpamitan pulang Bianca dan Willy pun berkumpul dengan Mami di ruang televisi. Sedangkan Papi sedang menunggu kliennya di depan. “Will, kamu tidak temani Papi?” Tanya Mami. “Itu klien Papi, biarkan saja Mi” ucap Willy yang duduk bersandar di bahu Bianca. “Iya sana Will temani Papi kasihan Papi sendirian” ucap Bianca. “Iya-iya” ucap Willy berdiri. Willy pun berdiri dan melangkah keluar. Baru lima menit Willy kembali lagi. “Loh ko kesini lagi?” Tanya Mami. “Mau minta tolong Bi Inah buatkan minum” ucap Willy. “Kayaknya Bi Inah sedang buang sampah di belakang. Apa aku saja yang buatkan dulu” ucap Bianca. “Nanti saja tunggu Bi Inah” ucap Willy. “Nanti kelamaan Will. Tidak apa, aku saja yang buatkan” ucap Bianca. “Yasudah, tolong buatkan kopi dan bawakan kue ya Bii” ucap Willy. “Iya” ucap Bianca. Bianca pun memberikan Aditya kepada Mina. Lalu Bianca berdiri dan melangkah ke dapur untuk membuatkan tiga cangkir kopi. Tidak perlu waktu lama, tiga cangkir kopi sudah selesai di tambah sepiring kue bolu yang masih belum di buka. “Ibu biar saya saja. Kenapa Ibu tidak tunggu Bibi” ucap Bi Inah yang baru saja masuk ke dapur. “Tidak apa-apa Bi. Bi Inah lanjutkan saja buang sampahnya. Ini juga tinggal diantarkan” ucap Bianca. Bianca pun melangkah ke ruang tamu. Saat Bianca masuk ke ruang tamu tiba-tiba dia terkejut ketika melihat tamu Papi yang datang ke rumahnya. Bersamaan dengan itu tamu Papi melihat ke arahnya dan tersenyum penuh arti. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN