44. Hadiah Gio

1375 Kata
“Kenapa ada pria kurang ajar ini disini” batin Bianca kesal karena ternyata klien Papi adalah Willy. Bianca pun meletkakkan tiga cangkir kopi dan sepiring kue dengan cepat. Kalau tahu tamu Papi adalah Gio, Bianca memilih untuk tidak mengizinkan Papi menerima tamunya di sini. Dan malas sekali harus menyiapkan minuman untuk pria kurang ajar itu. Papi terlihat sibuk mengecek berkas yang Gio bawa. Willy terlihat sedang menerima telepon entah dari siapa. Bianca pun semakin risih karena Gio memiliki kesempatan untuk terus menatapnya. Setelah Bianca meletakkan tiga tangkir kopi dan sepiring kue, Bianca pun memilih langsung segera pergi. “Kenapa kamu melihat istriku seperti itu?” Tanya Willy yang terdengar tidak suka ketika dia melihat Gio yang terus menatap Bianca. Papi pun mengarahkan matanya ke arah Willy dan Gio mendengar suara Willy yang terlihat tidak bersahabat itu. “Oh, maaf. Sepertinya mataku terhipnotis dengan kecantikan istrimu” ucap Gio dengan tanpa dosa dan tersenyum. “Oh itu menantuku. Bianca. Dia memang cantik. Hari ini kami baru saja merayakan ulang tahunnya” ucap Papi yang tidak memiliki prasangka buruk terhadap Gio. “Wah, kalau tahu begitu tadi aku membawakan hadiah untuk menantu anda Pak” ucap Gio sambil tertawa. “Tidak perlu. Istriku tidak suka menerima pemberian orang lain” ucap Willy cepat dengan sinis. “Ha ha ha. Lihat anakku saja sampai cemburu” ucap Papi sambil tertawa. Untuk saat ini Willy merasa sangat kesal dengan Papi. Kenapa Papi seperti tidak memihaknya. Jujur saja Willy menjadi tidak begitu suka dengan Gio setelah dua kali pertemuan mereka dan Willy melihat ada maksud tertentu Gio jika melihat Bianca. “Pi, aku mau ke dalam ya. Papi kalau sudah selesai bilang Bi Inah saja, biar cepat diberesihkan karena kalau malam kasihan Bi Inah ingin istirahat” ucap Willy kepada Papi dengan maksud menyindir Gio untuk segera pergi. Willy berdiri dan segera melangkah meninggalkan papi dan Gio. Enath kenapa Willy sepertinya harus hati-hati kepada Gio jika ada Bianca di dekatnya. Willy sangat yakin Gio pasti ada maksud tertentu dengan istrinya itu. “Bii” panggil Willy ketika melihat Bianca sedang menidurkan Aditya dalam gendongannya. “Sssst” Bianca memberikan intruksi kepada Willy untuk tidak berisik. Bianca melangkah dengan pelan ke kamar Aditya dan Willy mengekorinya. Bianca meletakkan Aditya di dalam box bayinya. “Bii, aku ingin berbicara denganmu di kamar ya” ucap Willy sambil berbisik. Bianca menganggukkan kepalanya. “Mina, saya tinggal ya” ucap Bianca kepada Mina pengasuh Aditya. “Iya Bu” ucap Mina. Bianca pun berbalik dan melangkah ke kamarnya menyusul Willy. Belum sampai Bianca masu ke kamarnya. Mami memanggil Bianca. “Bii” panggil Mami. “Iya Mi” ucap Bianca menghampiri Mami. “Bii, Mami sama Papi pulang dulu ya” ucap Mami. “Mami tidak mau makan malam dulu” ucap Bianca. “Lain kali ya Bii. Karena Papi mau di ajak sama kliennya itu” ucap Mami. “Hem, kalau tahu Papi mau pergi ngapain juga si Gio itu pakai datang kesini segala” batin Bianca masih kesal dengan Gio. “Yaudah, aku panggil Willy dulu ya Mi” ucap Bianca. “Tidak perlu Papi sudah di mobil. Salam untuk Willy ya” ucap Mami menempelkan pipinya ke Bianca. Sebenarnya Bianca mau memanggil Willy agar Willy saja yang mengantarkan Mami keluar. Bianca merasa sangat malas jika harus bertemu dengan Gio. Bianca berharap Gio sudah sudah pergi terlebih dahulu. “Yaudah Mi, Bianca antar keluar ya” ucap Bianca. Bianca melangkah bersama Mami. Di dalam hati Bianca berharap Gio sudah pergi. Dan doa Bianca sepertinya terkabul, di ruang tamu sudah tidak ada Papi ataupun Gio. Bianca pun tenang dan mengantar Mami sampai luar. Ternyata saat di luar hati Bianca sepertinya tidak tenang, ternyata pria tidak punya sopan santun itu masih ada di depan mobilnya dan kini sedang melangkah kembali ke arah pintu. “Mau apa lagi pria ini?” Batin Bianca kesal. “Pak Gio kenapa balik lagi?” Tanya Mami. “Maaf Bu Pratama, perut saya sakit. Boleh saya pinjam kamar mandinya?” Tanya Gio dengan memegang perutnya. “Cih, pasti hanya alasan yang dibuat-buat” Batin Bianca mengumpat dan kesal. “Oh, silahkan. Bii tolong antar Pak Gio ya. Kasihan mau ke kamar mandi” ucap Mami. Bianca rasanya ingin sekali menolak. Mami tidak tahu apa, anak Mami Willy itu adalah pria yang sangat cemburuan. Kalau tiba-tiba dia keluar lalu melihat Bianca mengantar Gio menunjukkan kamar mandi bisa-bisa Willy akan mengamuk. “Tidak boleh ya” ucap Gio menatap Bianca yang terdiam. Drrrt Drrrt Ponsel Mami bergetar. “Bii, ayo tolong antarkan Pak Gio. Papi sudah telepon Mami. Mami ke Papi ya” ucap Mami kepada Bianca. “Pak Gio, kalau begitu saya dan suami saya duluan ya” ucap Mami kepada Gio. “Iya Bu. Nanti saya menyusul setelah selesai” ucap Gio dengan ramah. Mami pun melangkah pergi dengan cepat menuju mobil Papi. Dan kini tinggalah Bianca berdua dengan Gio di depan rumahnya. “Anda pasti hanya alasan” ucap Bianca dengan ketus. “Happy birthday” ucap Gio menarik tangan Bianca lalu memberikan sebuah kotak berwarna coklat. “Lepas” ucap Bianca mencoba menghempaskan tangan Gio. “Terima hadiahku, baru akan aku lepas” ucap Gio yang masih menahan tangan Bianca. “Kamu sadar tidak sih. Ini di rumahku dan ada suamiku di dalam. Kamu benar-benar cari mati ya” ucap Bianca yang ingin sekali berteriak, tetapi tidak bisa takut Willy datang keluar. “Karena aku sadar, dan tahu ini rumahmu juga ada suamimu yang possesive itu di dalam. Terima atau aku akan terus disini sampai suamimu datang melihat kita” ucap Gio dengan senyum mengerikannya. “Jangan coba-coba membuat masalah disini” desis Bianca. “Aku suka dengan tantangan Bii. Ingat aku berani melakukan apapun yang aku suka. Dan aku tidak taku dengan suamimu” ucap Gio. Bianca sudah kehilangan kata-kata. Gio benar-benar sangat berani dan tidak takut. Sepertinya Gio memang benar dia berani dan tidak takut dengan Willy. Buktinya saja dia berani sampai disini. “Aku sudah buktikan bukan. Aku akan datang langsung ke rumahmu untuk memberikan selamat dan hadiahku secara langsung” ucap Gio dengan tersenyum. Bianca membuang pandangan wajahnya. Bianca masih terus menarik tangannya yang di tahan oleh Gio. “Oh iya. Sepertinya bunga-bunga pemberianku menambah indah ruang tamu dan halamanmu” ucap Gio. Benar dugaan Bianca buket bunga yang banyak itu adalah pemberian pria sinting ini. Bianca sudah bingung harus bagaimana lagi. Kalau dia terus berlama disini Willy akan curiga. Karena Willy tadi memintanya ke kamar. Sepertinya Bianca harus terpaksa menerima hadia pemberian dari pria gila ini. “Okey. Aku terima hadia anda. Tapi tolong anda segera pergi dari sini” ucap Bianca dengan terpaksa. “I like it” ucap Gio yang akhirnya melepaskan tangan Bianca. “Jangan dibuang. Dan pakai jika kita akan kencan nanti” ucap Gio sebelum pergi. Bianca pun segera masuk ke dalam tanpa menunggu Gio masuk ke mobilnya. Bianca menutup pintunya rapat-rapat. Bianca membuang nafasnya kasar, dan sangat kesal sekali dengan kelakuan Gio. “Ya Tuhan, bagaimana aaku bisa menjelaskan semuanya kepada Willy. Kalau terus aku tidak jujur, Gio bisa melakukan yang lebih dari ini” ucap Bianca pelan yang berdiri di depan pintu dengan bingung. “Bii, ada apa?” Tanya Willy yang tiba-tiba masuk ke ruang tamu dan melangkah menghampiri Bianca. “Ah, itu Mami dan Papi baru saja pergi” ucap Bianca terkejut. Bianca pun menyembunyikan tangannya di samping dressnya. Jangan sampai Willy melihat tangan Bianca yang memegang hadiah dari Gio. “Kenapa kamu tidak bilang kalau mami dan Papi pulang?” Tanya Willy. “Aku tadi mau memanggilmu, tetapi Mami bilang tidak perlu karena Papi sudah menunggu di mobil” jawab Bianca. “Lalu tamu Papi?” Tanya Willy. “Sepertinya sudah pergi juga, karena Mami bilang mereka mau makan diluar” jawab Bianca. “Aku tidak suka dengan Gio” ucap Willy. Deg  Benarkan dugaan Bianca, Willy sepertinya sudah mulai melihat gerak-gerik Gio. Kalau Bianca masih belum mengatakan yang sebenarnya, bisa-bisa Bianca akan terus berbohong kepada Willy. Dan lama-kelamaan kebohongan kecil menjadi besar. “Bii, kenapa?” Tanya Willy yang melihat Bianca terdiam. “Hem, aku juga sebenarnya merasa risih dengan Pak Gio” ucap Bianca. Mata Willy pun tanpa sengaja melihat tangan Bianca yang sejak tadi bersembunyi di sela-sela dressnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN