42. Kiriman Bunga

1331 Kata
“Bii, aku berangkat kerja dulu ya” ucap Willy sebelum masuk ke dalam mobilnya. Bianca menganggukkan kepalanya tanpa menjawab. Willy pun mencium kening Bianca dan Aditya yang dalam gendongan Bianca. Cup Cup “Papa berangkat ya jagoan Papa” ucap Willy kepada Aditya. Willy melangkah masuk ke dalam mobil lalu melambaikan tangannya. Bianca dengan wajah bad mood melambaikan tangannya balik kepada Willy. Setelah mobil Willy menghilang dan tidak terlihat Bianca pun masuk ke dalam rumahnya. Ya, Bianca kesal sekali kepada Willy karena Willy sepertinya tidak ingat atau sengaja melupakan ulang tahun Bianca. Hari ini Bianca ulang tahun, seharusnya Willy orang pertama yang mengucapkan selamat kepadanya. Tetapi sejak bangun tidur Willy seperti tidak merasa bahwa hari ini adalah hari spesial. Biasanya Bianca juga tidak mempermasalhkan orang mau ingat atau tidak dengan ulang tahunnya. Tetapi semenjak dia sudah hidup berumah tangga dengan Willy. Bianca menjadi sedikit lebih manja dan ingin sekali selalu diperhatikan oleh Willy. Bianca mengira jam 00 tadi Willy akan memberikan kejutan kue ulang tahun untuknya. Bianca sudah mencarge ponselnya karena akan dia gunakan untuk merekam kejutan Willy. Semalaman Bianca sengaja tidak tidur dan hanya berpura-pura tidur. Bianca menunggu berjam-jam sampai akhirnya dia benar-benar tidak tidur semalaman ini. Hoam Baru jam 8 pagi Bianca sudah mengantuk ini efek karena Bianca tidak tidur semalan. Bianca juga akhirnya hany duduk di taman sambil mendorong-dorong Aditya di kereta dorongnya. “Hem, aku ngantuk sekali” ucap Bianca yang sudah menguap berkali-kali. Pengasuh Aditya pun datang menghampiri Bianca. Dia baru seminggu bekerja disini. Namanya Mina dia wanita berumur dua puluh tahun. “Bu, biar Aditya saya yang jaga” ucap Mina menghampiri Bianca. “Kamu sudah selesai mencuci baju Aditya?” Tanya Bianca. “Sudah Bu” ucap Mina. “Kalau begitu kamu tolong jaga Aditya. Saya merasa kurang enak badan. Saya mau istirahat di kamar” ucap Bianca kepada Mina. “Baik Bu” ucap Mina dengan tersenyum. Bianca pun meninggalkan Aditya bersama Mina. Ya, selama seminggu ini Bianca sudah lihat kalau Mina sepertinya menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan adanya Mina Bianca pun cukup terbantu. Bianca masuk ke dalam kamarnya tanpa mengunci kamarnya. Bianca sengaja tidak mengunci kamarnya, agar jika ada apa-apa Bi Inah atau Mina bisa membangunkannya. Bianca pun terbaring, baru saja Bianca membaringkan tubuhnya. Ponselnya bergetar. Bianca mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Berharap itu adalah Willy. Baiklah kalau misal Willy benar-benar lupa dan baru ingat sekarang Bianca akan memakluminya. Bianca pun tersenyum karena Bianca pikir pasti Willy yang menghubunginya. Saat Bianca melihat ponselnya ternyata itu hanya pesan dari nomor yang tidak dikenal. Bianca ingat sekali lima nomor depan dari nomor yang mengirimnya pesan ini. Ini adalah nomor Gio. Ya, setelah pertama kali Gio menghubunginya waktu itu Bianca lupa untuk memblokir kontaknya jadi dia bisa menghubunginya lagi. To : Bianca From : +6281234xxxxx Happy B’Day cantik. Bagaimana kalau siang ini kita kencan. Aku yakin suamimu sedang sibuk dan tidak akan tahu. Aku ingin memberikan hadiah ulang tahun untukmu. Bianca merasa jijik dan kesal sekali. Bianca baru tahu ternyata Gio adalah pria yang tidak sopan. Bianca salah menilai mengira Gio adalah pria baik karena membantunya di lift waktu itu. Bianca pung memblokir kontak Gio, lalu segera menghapus pesan yang Bianca tidak suka itu. “Dasar laki-laki kurang ajar” ucap Bianca kesal. Drrrt Drrrt Baru saja Bianca meletakkan ponselnya ponselnya kali ini bergetar karena ada yang meneleponnya. Bianca berpikir tidak mungkin Gio, karena Bianca baru saja memblokir kontaknya jadi tidak mungkin dia menelepon Bianca. Bianca mengambil ponselnya lagi dan ternyata nomor telepon kantor yang tidak dikenal menghubunginya. Bianca sebenarnya tidak ingin mengangkatnya. Tetapi Bianca takut ada telepon penting untuknya, akhirnya Bianca pun memilih untuk mengangkat telepon itu. “Halo” “Hai, kenapa kamu memblokir kontakku?” Tanya Pria yang Bianca tahu ternyata ini adalah Gio si pria kurang ajar itu. “Bisakah anda tidak perlu menghubungi saya. Saya merasa terganggu, anda tahu saya memiliki suami. Tetapi anda masih saja mencoba terus menghubungi saya” ucap Bianca dengan marah. “Happy birthday” ucap Gio tanpa menghiraukan Bianca yang marah-marah. “Terima kasih ucapannya. Tapi saya tidak menginginkan ucapan itu keluar dari mulut anda” ucap Bianca. “Mau menemuiku atau hadiahnya aku kirim ke rumahmu?” Tanya Gio dengan santai. “Tidak dua-duanya” ucap Bianca ketus. “Baiklah aku akan datang langsung dan memberikan hadiah ini untukmu. Aku rasa suamimu masih di kantor jadi dia tidak akan tahu kalau aku datang. Dan kamu juga bisa membohonginya bukan” ucap Gio. Bianca melebarkan matanya tidak percaya. Gia sangat tidak sopan dan benar-benar menyebalkan sekali. Tut Tut Tut Bianca dengan kesal langsung menutup teleponnya, lalu mematikan teleponnya. “Aaarrggh. Pria ini sepertinya benar-benar sangat berani” ucap Bianca kesal. Tok Tok Tok Bianca menoleh ke arah pintu. Hatinya kesal, moodnya tidak bagus, matanya mengantuk. Bianca benar-benar tidak bisa beristirahat saat ini. Bianca pun bangun dari ranjangnya lalu melangkah untuk membuka pintunya. Ceklek “Maaf Bu” ucap Bi Inah. “Ada apa Bi?” Tanya Bianca. “Di pos Pak Eko ada kiriman bunga sangat banyak buat Ibu” ucap Bi Inah. “Dari siapa?” Tanya Bianca. “Tidak tahu Bu. Tidak ada pengirimnya” ucap Bi Inah. Bianca berpikir sebentar, apa mungkin Willy mau memberikannya kejutan. Mood Bianca sedang tidak bagus, Bianca pun tidak bisa berpikir macam-macam lagi. Bianca hanya mengira itu dari Willy. Akhirnya meminta Bi Inah pun untuk membawanya masuk saja ke dalam. “Bawa masuk saja Bi. Mungkin itu dari Willy” ucap Bianca. “Baik Bu” ucap Bi Inah, yang lalu melangkah pergi. Bianca masuk ke dalam kamarnya. Bianca lupa dia mematikan ponselnya, pantas saja Willy tidak mengabarinya kalau dia mengirimkan buket bunga. Bianca mengambil ponselnya, lalu dia menyalakan kembali ponselnya. Tidak ada panggilan dari Willy. Yang ada panggilan dari nomor Gio yang tadi menghubunginya. Bianca pun menunggu telepon dari Willy sambil melangkah keluar untuk melihat buket bunga yang Bi Inah akan bawa masuk. Bianca terkejut sekali Bianca kira hanya satu buket bunga yang datang, ternyata banyak sekali buket yang datang dan memenuhi ruang tamunya. Ruang tamu Bianca kini sudah terlihat seperti toko bunga. “Bu, boleh saya minta tanda tangan tanda terimanya?” Tanya pelayan dari toko bunga yang sudah selesai meletakkan buket-buket bunga itu. “Pak maaf ini dari siapa?” Tanya Bianca. Karena Bianca tahu Willy tidak akan membuang uang hanya untuk membeli bunga seperti ini. Bukannya pelit atau bagaimana. Tetapi Bianca sudah pernah mengatakan kepada Willy untuk tidak pernah membelikan barang-barang yang tidak penting atau mubazir, karena mereka sedang dalam tahap membina rumah tangga dan menjalani usaha mereka sendiri tanpa bantuan orang tua mereka. “Maaf Bu saya tidak tahu” jawab pelayan itu. “Apa tidak ada nama pengirimnya?” Tanya Bianca. “Disini tidak dituliskan nama pengirimnya Bu, hanya nama penerima dan alamatnya saja” ucap pelayan itu. Bianca pun menandatangani kertas yang diberikan pelayan toko bunga itu. Bianca masih berpikir dari siapa ini, apa mungkin dari Gio. Bianca memejamkan matanya. Kalau ini memang bukan dari Willy dan Willy tahu ada banyak buket bunga datang pasti Willy akan curiga. Bianca membuka matanya, kalau buket ini di buang, dia bingung juga mau buang kemana? Karena kalau di tempat sampah rumahnya pasti akan kepenuhan. “Harusnya aku sudah mengatakan masalah Gio kepada Willy” ucap Bianca. Ya, karena sore saat setelah dari hotel Bianca mengurungkan niatnya untuk mengatakan kepada Willy. Karena saat itu mereka sedang perjalanan ke rumah sakit dan Bianca tidak ingin menambah beban pikiran Willy. Dan setelah dari rumah sakit Bianca juga lupa. Baru ingat setelah sekarang Gio kembali menghubunginya. Bianca pun memijit keningnya. Kepalanya terasa sangat pusing memikirkan masalah Gio ini, di tambah Bianca tidak tidur semalaman. Bianca memilih melangkah ke kamarnya. Mulutnya sudah berkali-kali menguap. Rencananya Bianca mencoba akan mengatakan tentang kiriman buket bunga itu dulu, karena tidak mungkin Bianca berbohong pasti akan ketahuan. Ternyata sampai di kamar, Bianca duduk dan bersandar di ranjangnya mata Bianca sudah benar-benar mengantuk dan pusing. Bianca pun baru menekan nomor Willy, tiba-tiba matanya terpejam dan terlelap tanpa menekan tombol hijau.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN