Mami dan Papi berhasil membukakan Bianca yang terkurung di dalam kamar mandi. Bianca pingsan di dalam kamar mandi karena terus-terusan menangis. Kini Bianca sudah dibaringkan di atas ranjangnya. Mami pun duduk di samping Bianca dengan menggemgam tangan Bianca.
Papi sedang meminta anak buahnya untuk mengecek kondisi Gio saat ini. Ya, Papi sebenarnya belum tahu pasti yang terjadi antara Bianca, Willy dan Gio. Tetapi Papi yakin ini hanya kesalahpahaman dan Willy tidak bisa mengontrol emosinya.
“Bii, bangun sayang” lirih Mami mencium punggung tangan Bianca.
Bianca perlahan membuka matanya. Lalu tangannya memegang keningnya yang terasa pusing. Mata Bianca pun melihat bayangan seorang wanita yang tidak begitu jelas. Lalu Bianca mengerjapkan matanya dan setelah penglihatannya jelas Bianca melihat Mami duduk sambil menangis dengan memegang sebelah tangannya.
“Mami” ucap Bianca pelan.
“Bii, kamu sudah bangun” ucap Mami menatap Bianca.
Bianca mencoba bangun dan menyandarkan tubuhnya di ujung ranjang. Bianca pun melihat sekeliling kamarnya tidak ada tanda-tanda Willy disana. Bianca teringat tadi dia terkunci di dalam kamar mandi. Dia meminta tolong dan menangis hingga pingsan.
“Mi, dimana Willy?” Tanya Bianca menanyakan suaminya.
Mami tidak menjawab, Mami menangis dan menundukkan kepalanya sambil memeluk tangan Bianca. Bianca menjadi bingung ada apa ini? Dan kemana Willy?
“Mi, ada apa, tolong jawab Bianca?” Tanya Bianca memeluk Mami.
“Willy Bii. Willy” ucap Mami terisak.
“Kenapa dengan Willy Mi?” Tanya Bianca.
“Willy ada di kantor polisi” jawab Mami dengan air mata yang mengalir deras.
Tentu saja mana ada orang tua yang tega melihat anaknya masuk ke dalam penjara.
“Kantor polisi. Kenapa Willy bisa disana?” Tanya Bianca terkejut.
“Willy memukul Pak Gio hingga masuk ke rumah sakit” jawab Mami.
Bianca melebarkan matanya tak percaya. Willy melakukan sampai sejauh ini. Bianca pun semakin menyesal dan bersalah. Ini semua karena salahnya.
“Mi, maafkan aku” ucap Bianca yang ikut menangis.
“Kamu tidak salah Bii” ucap Mami menggelengkan kepalanya.
“Ini salah aku Mi. Kalau saja waktu itu aku jujur kepada Willy bahwa aku terjebak bersama Gio di dalam lift mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya” lirih Bianca menyesal.
Mami pun menatap Bianca. Dan kini Mami pun akhirnya tahu penyebab Willy bisa memukul Gio hingga masuk ke rumah sakit. Mami memejamkan matanya. Jujur memang waktu itu Mami tahu, Mami juga kecewa kepada Bianca. Jadi jelas saja Willy bisa senekat ini karena Bianca berbohong.
“Mami sudah pernah katakan bukan kepadamu untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Willy” ucap Mami.
“Iya Mi. Bianca mohon maaf. Bianca baru bisa mengatakan sekarang kepada Willy” ucap Bianca terisak.
“Bukan kamu yang mengatakannya, tetapi Willy pasti yang curiga terlebih dahulu” ucap Mami yang sudah sangat mengenal anaknya.
Bianca menganggukkan kepalanya. Mami pun memejamkan matanya dan kecewa kepada Bianca. Mami tahu Bianca tidak berbuat macam-macam. Tetapi seharusnya Bianca tahu bagaimana sifat Willy yang bisa tempramen.
“Maaf Mi. Bianca juga sebenarnya ingin jujur kepada Willy. Hanya saja Bianca menunggu waktu yang tepat. Bianca takut Willy marah” ucap Bianca.
“Mami kecewa kepadamu Bii. Karena kamu terlalu lama menunggu saat yang tepat dan berakhir seperti ini. Kamu tahu Bii, Willy itu sangat benci dikhinati” ucap Mami dengan nada kecewa.
“Maaf Mi” ucap Bianca menyesal.
“Sekarang bagaimana kita membantu Willy. Papi kecewa dengan Willy dan tidak mau membantunya” ucap Mami.
“Mi, Bianca titip Aditya. Aku ingin menyusul Willy ke kantor polisi ya” ucap Bianca.
Mami menghela nafas.
“Papi tidak akan mengizinkanmu kesana” ucap Mami.
“Kenapa Mi? Aku istrinya, aku harus kesana” ucap Bianca.
“KALAU KAMU MERASA ISTRI WILLY SEHARUSNYA DARI AWAL KAMU JANGAN PERNAH MEMBOHONGINYA” ucap Mami dengan nada membentak.
“Mami keluar dulu” ucap Mami berdiri dan melangkah keluar dari kamar Bianca.
Bianca memejamkan matanya, air matanya pun semakin deras menetes. Bianca tahu Mami pasti sangat kecewa padanya. Kini Bianca harus bagaimana lagi? Bianca juga tidak mau seperti ini.
“Will, kamu kenapa menjadi seperti ini?” Lirih Bianca.
“Aku tidak pernah mencoba untuk mmendekati pria lain. Aku selalu setia kepadamu. Kenapa kamu tidak percaya kepadaku? Kenapa kamu kembali seperti dulu, tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk menjelaskannya?” Bianca menangis.
“Aku tahu aku salah. Aku sangat salah kepadamu. Tapi tolong Will, mengertilah. Kita sudah mempunyai Aditya. Tidak mungkin aku berpaling darimu. Aku sangat mencintaimu Will. Cuma kamu pria yang ada dihatiku sampai kapanpun” lirih Bianca.
Bianca bangun dari ranjangnya. Bianca tidak bisa diam seperti ini terus. Bianca harus ke kantor polisi dan menjelaskan semuanya kepada Willy. Bianca juga akan membantu Willy dan ada disamping Willy. Bianca tidak boleh meninggalkan Willy saat ini.
Bianca mengambil tas dan kunci mobilnya. Kalau Mami tidak mau menjaga Aditya, setidaknya ada Mina pengasuh Aditya dan juga Bi Inah yang akan menjaga Aditya. Bianca keluar dari kamarnya. Bianca melangkah ke kamar Aditya dan membuka pintunya.
Bianca melihat Mina sedang tidur di ranjang. Bianca melangkah ke arah box Aditya. Bianca sedikit lebih tenang ketika melihat wajah Aditya yang terlelap. Bianca pun mengecup kening Aditya, hingga Aditya merenganggakn tubuhnya. Untung saja Aditya tidak bangun lagi.
“Sayang, bantu Mama ya. Semoga Papa bisa memaafkan mama dan kembali ke rumah berkumpul lagi bersama kita” ucap Bianca sedih.
Bianca menghela nafasnya. Bianca sebenarnya tidak tega membangunkan Mina. Tetapi Bianca harus berbicara kepada Mina. Terpaksa dan tidak tega Bianca membangunkan Mina.
“Mina, Mina” ucap Bianca pelan.
“Ah, maaf Bu. Maaf” ucap Muna terkejut dan baru bangun.
“Saya yang minta maaf membangunkan kamu” ucap Bianca.
“Ada apa Bu?” Tanya Mina.
“Saya mau pergi menyusul suami saya. Kamu tolong jaga Aditya ya selama saya pergi” ucap Bianca.
“Baik Bu” ucap Mina.
“Terima kasih. Saya pergi dulu. Kabari saya kalau ada apa-apa kepada Aditya” ucap Bianca.
“Iya Bu. Hati-hati dijalan” ucap Mina.
Bianca pun segera melangkah keluar dari kamar Aditya. Di ruang tamu Bianca mendengar Papi dan Mami sedang bertengkar. Bainca tidak boleh lewat ruang tamu. Kalau mereka melihat Bianca, pasti Papi akan melarang Bianca untuk keluar.
Bianca memilih lewat pintu belakang. Bi Inah baru selesai merapaikan dapur. Bianca pun berpesan kepada Bi Inah agar membantu Mina menjaga Aditya. Karena bIanca takut akan pulang kemalaman. Dan membukakan pintu belakang karena Bianca ingin pergi lewat pintu belakang.
Bianca menjalankan mobilnya dan berhasil keluar tanpa diketahui oleh Mami dan Papi. Sepanjang perjalanan Bianca sangat menyesal dan benar-benar menyesal akan yang terjadi. Bianca memang seharusnya mengatakan yang sejujurnya dan tidak berbohong.
Bianca tidak marah kepada Mami yang kecewa dan membentaknya. Bianca memang pantas mendapatkan semua itu. Bianca yakin pasti Mami sangat sedih melihat Willy di kantor polisi. Sama sepertinya yang sangat sedih saat ini.
Bianca sampai di kantor polisi. Dan segera berlari masuk ke dalam kantor polisi. Bianca pun menanyakan keberadaan Willy kepada petugas polisi.
“Pak, bisa saya bertemu suami saya” ucap Bianca.
“Ibu siapa dan ingin bertemu siapa?” Tanya petugas polisi.
“Saya Bianca Pratama istri dari Willy Pratama” jawab Bianca.
“Oh Pak Willy. Barus sepuluh menit yang lalu sudah pergi” jawab petugas itu.
“Kemana?” Tanya Bianca bingung.
“Maaf saya tidak tahu. Tetapi kasus Pak Willy tetap berjalan, karena pihak Pak Gio sudah melaporkan dan menuntuk Pak Willy” ucap petugas polisi itu.
“Terima kasih Pak” ucap Bianca.
“Sama-sama Bu” ucap petugas polisi itu.
Bianca melangkah keluar dengan perasaan bingung. Willy sudah pergi, lalu pergi kemana? Bianca masuk ke dalam mobilnya. Mungkin saja dia berselisih dijalan. Bianca mencoba menghubungi ponsel Willy.
“Nomor yang ada tuju sedang berada diluar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi” tidak ada nada sambung yang ada jawaban operator.
Bianca pun mencobanya lagi hingga lima kali. Tetap saja operator yang menjawabnya. Bianca mencoba menelepon rumahnya dan bertanya apakah Willy sudah pulang. Bianca berharap Willy sudah sampai di rumahnya. Menunggu nada dering sebentar, hingga akhirnya Bi Inah mengangkat teleponnya.
“Halo” ucap Bi Inah.
“Halo Bi, ini saya Bianca” ucap Bianca.
“Oh iya Ibu” ucap Bi Inah.
“Bi, apa suami saya sudah kembali?” Tanya Bianca.
“Belum Bu” jawab Bi Inah.
Bianca terdiam. Oh, mungkin saja Willy masih dalam perjalananan pulang. Karena jarak dari kantor polisi ke rumahnya cukup jauh.
“Bi, kalau Mami dan Papi apa masih ada di rumah?” Tanya Bianca.
“Sudah pulang Bu” jawab Bi Inah.
“Apa mereka menanyakan saya?” Tanya Bianca lagi.
“Iya tadi tanya kemana Ibu pergi, karena saat Ibu Mami mengecek kamar Ibu dan kamar Aditya tidak melihat Ibu disana” jawab Bi Inah lagi.
“Lalu Bibi jawab apa?” Tanya Bianca.
“Saya jawab, Ibu mau menjemput Bapak. Lalu Bapak Papi mau menyusul Ibu. Tetapi Ibu Mami langsung melarangnya. Dan mereka pun sempat bertengkar kecil lalu pergi” jawab Bi Inah.
“Terima kasih Bi. Oh iya nanti kalau Bapak pulang tolong kabari saya ya. Saya juga mau pulang” ucap Bianca.
“Baik Bu. Hati-hati di jalan” ucap Bi Inah.
Bianca mematikan sambungan teleponnya. Bianca terdiam sebentar. Kini gara-gara dirinya bukan hanya Willy yang marah, tetapi Mami dan Papi juga ikut bertengkar. Bianca menjatuhkan kepalanya di kemudi. Rasanya sungguh berat sekali Bianca mengemudi malam ini. Hatinya masih tidak kuat.
“Bii, ayo kamu wanita yang kuat. Semua pasti bisa kembali seperti semula” ucap Bianca menyemangati dirinya.
Lima menit Bianca terdiam. Lalu Bianca menghela nafasnya. Bianca melihat ponselnya tidak ada panggilan dari rumah. Apa Willy masih belum kembali? Bianca memilih untuk segera pulang. Bianca berdoa semoga Willy sudah kembali saat Bianca pulang.
Karena suasana hati Bianca sedang dalam keadaan tidak baik. Bianca pun mengemudi dengan pelan dan hati-hati. Bianca tidak ingin menambah masalah jika dia mengemudi tidak hati-hati dan dengan kecepatan tinggi. Yang ada bukannya menyelesaikan masalah tetapi menambah masalah.