46. Kantor Polisi

1664 Kata
Willy melangkah dengan wajah yang sangat dingin. Tangannya mengepal dengan keras. Saat ini Willy sudah sampai di restorant tempat Gio menunggu Bianca. Willy akan membuat perhitungan dengn Gio karena sudah berani mendekati istrinya. Bugh Bugh Bugh Tanpa aba-aba Willy yang sudah dipenuhi amarah langsung memukul wajah Gio sebanyak tiga kali. Tentu saja membuat Gio dan pengunjung restorant yang sedang makan disana terkejut dan berteriak. Gio pun bangun dan memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Gio tertawa sinis melihat orang yang melakukan aksi brutal ternyata adalah Willy. “Cepat sekali ketahuannya” ucap Gio sambil menyindir. “Saya baru tahu ternyata orang seperti anda bisa berbuat sangat memalukan” ucap Willy. “Memalukan. Tetapi bagi saya itu tidak memalukan” ucap Gio. “Apa tidak ada wanita lain, sampai anda harus mendekati istri saya?” Tanya Willy dengan berapi-api. “Banyak, sayangnya yang saya mau hanya Bianca” ucap Gio. Willy yang marah pun langsung menarik kerah baju Gio. Dan kembali memukul Gio berkali-kali tanpa ampun. Sedangkan Gio hanya diam saja tidak melawan. Entah apa yang ada di dalam pikiran Gio, sepertinya dia sengaja tidak melawan Willy. Bugh Bugh Bugh Bugh Darah segar mengalir di pelipis dan kedua sudut bibir Gio. Wajah Gio sudah babak belur karena pukulan Willy. Willy sebenarnya tidak mau ambil pusing jika Gio mendekati para wanita atau istri orang. Tetapi jangan istrinya. Willy tidak suka dan sangat marah. “Hentikan Pak” ucap security yang segera datang melerai Willy dan Gio. “Lepaskan saya” ucap Willy kepada kedua seurity yang menahan tubuhnya. “Maaf Pak kita selesaikan urusan anda di kantor” ucap security. “Tidak. Saya mau menghabisi pria kurang ajar itu yang sudah berani mendekati istri saya” ucap Willy dengan membentak. “Willy, Willy. Seharusnya kamu bercermin kepada dirimu. Kenapa bisa istrimu mau aku dekati? Berarti ada yang salah atau kurang pada dirimu” ucap Gio dengan menyindir Willy. Kedua tangan Willy mengepal hingga kuku-kukunya memutih. Ucapan Gio sangat menyulut hatinya. Willy pun menghempaskan kedua security yang sedang menahannya. Lalu dia melangkah cepat ke arah Gio dan kembali memukul Gio hingga tersungkur. Bugh Bugh Bugh “Berani sekali kamu berkata seperti itu. Istriku wanita baik-baik tidak mungkin dia bermain dibelakangku” desis Willy. “Kalau dia wanita baik-baik tidak mungkin dia membohongimu” ucap Gio yang masih menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. “Dasar kurang ajar” ucap Willy yang ingin kembali memukul wajah Gio. Untung saja empat orang security berhasil menahan tubuh Willy hingga Willy tidak memukul Gio. Gio sudah tidak ada tenaga lagi untuk bangun. Kalau Willy terus memukulnya bisa dipastikan Gio akan patah tulang. Karena insiden pemukulan Willy kepada Gio yang menyebabkan Gio masuk rumah sakit dan di rawat intensif, Willy pun kini ada di dalam kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan semuanya. Willy hanya duduk di bangku dan tidak mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh petugas. “Pak, bisakah Pak Willy bekerja sama dengan kami. Bapak bisa menjawab semuanya dengan baik dan benar agar tidak memberatkan Bapak” ucap Petugas polisi itu yang sudah ketiga kalinya. “Bicara saja dengan pengacara saya” ucap Willy. “Baik. Silahkan Pak Willy menghubungi pengacara anda. Tapi malam ini Bapak harus bermalam disini” ucap petugas itu. “Tidak mungkin. Saya mau pulang” ucap Willy. “Tidak bisa Pak. Kalau Bapak mau pulang, Bapak jawab dulu semua pertanyaan dari saya agar saya bisa membuat laporan ini” ucap petugas itu. Brak “Anda seharusnya mengerti, semua itu salah pria kurang ajar itu. Dia mencoba mendekati istri saya” ucap Willy sambil menggebrak meja petugas. Petugas polisi itu pun meminta dua petugas untuk memborgol tangan Willy dan memasukkannya ke dalam sel. Saat ini Willy masih diselimuti amarah hingga dia tidak bisa berpikir jernih. Selama ini memang tidak ada pria yang mencoba mendekati Bianca, sehingga Willy tidak pernah semarah ini. Bianca juga tidak pernah dekat dengan pria lain. Dan memang Bianca tidak mau kontak dengan pria-pria lain selain suaminya. Mungkin dia bisa mengobrol juga hanya dengan Nathan dan itu hanya sebatas pekerjaan. Selain itu tidak ada lagi. Sehingga Willy pun tidak pernah marah sampai seperti ini. Di dalam penjara Willy duduk sendiri. Mami dan Papi yang mendapat kabar pun segera menyusul Willy ke penjara. Mereka sangat terkejut dan tidak percaya dengan kejadian ini. Karena sebelum kejadian ini mereka semua baik-baik saja. “Will, Will apa yang terjadi sebenarnya?” Tanya Mami yang panik dan sedih di depan sel. Mami memegang jeruji besi itu dan menatap Willy sendu. Willy menatap Mami dan melangkah mendekati Mami. “Will, apa yang terjadi kenapa bisa seperti ini?” Tanya Mami menangis. Willy memejamkan matanya dan menempelkan keningnya di jeruji besi itu. Mami pun memasukkan tangannya dan mengusap kepala Willy lalu punggung Willy. “Sayang, dengarkan Mami. Tenang, tarik nafas dalam-dalam” ucap Mami yang mencoba menengkan Willy. Mami tahu sekali saat ini Willy pasti diliputi amarah. Dan Mami berusaha untuk menenangkan hati Willy. Karena jika seperti ini Willy tidak akan sama sekali menjawab dan justru akan terus membuat kekacauan. Mami juga sangat terkejut, Willy bisa kembali menjadi tempramen lagi. Dan Mami yakin pasti yang terjadi sangatlah berat sehingga Willy bisa seperti ini. “Will, sabar ya Nak. Ingat wajah Aditya, dia masih bayi dan ingin sekali melihat Papanya” ucap Mami lagi. Air mata Willy pun menetes dan amarahnya perlahan mulai mereda ketika mengingat wajah Aditya. Willy membuka matanya dan melihat Mami yang menangis dan menggelengkan kepalanya. Agar Willy jangan terus emosi. “Mi” ucap Willy. “Will, sabar sayang” ucap Mami sedih. “Maafkan Willy Mi” ucap Willy menunduk. “Mami tahu kamu pasti sedang marah. Sekarang kamu tenangkan diri kamu dulu” ucap Mami. Willy menganggukkan kepalanya. Sepertinya Mami berhasil untuk membuat Willy tenang. Terbukti Willy pun sudah tidak emosi dan hatinya juga mulai tenang. Tetapi tiba-tiba Papi datang dan menyulut kembali emosi Willy. Plak Satu tamparan dari Papi di sela jeruji berhasil mengenai pipi Willy. “PAPI!” Pekik Mami terkejut. “Pi, jangan buat Willy kembali emosi” ucap Mami kepada Papi. “Biar saja Mi. Biar dia tahu apa kesahalannya. Dia sudah menjadi seorang Papa tetapi tidak bisa mengontrol emosinya” bentak Papi. “Pi, bukan seperti ini caranya” ucap Mami kepada Papi. “Willy sudah keterlaluan Mi. Memangnya Papi tidak tahu apa yang dia lakukan. Papi tahu semuanya” ucap Papi membentak. “Mami menyesal mengajak Papi kesini” ucap Mami. “Pergi kalian” ucap Willy dingin. Willy pun berbalik dan membelakangi Papi dan Mami. Willy memilih diam dan tidak mau berbicara dengan kedua orang tuanya. “Pi, Mami sudah berusaha menenangkannya, tetapi Papi datang membuat Willy kembali marah” ucap Mami menatap Papi sedih. “Mami tahu Bianca di kurung di kamar mandi oleh dia” ucap Papi menunjuk Willy. Mami terkejut sekali. Mami benar tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Mami hanya tahu Willy ada di kantor polisi karena sudah memukul Gio hingga masuk rumah sakit. Mendengar ucapan Papi, Mami pun benar-benar terkejut. “Kita tolong Bianca sekarang, atau Mami masih mau menemani anak Mami yang tidak tahu diri itu” ucap Papi. “Mami ikut Papi” ucap Mami. Mami dan Papi pun segera pergi meninggalkan Willy sendiri. Tangan Willy mengepal, pikirannya kembali dipenuhi amarah. Bisa-bisanya kedua orang tuanya menyalahkannya bukan mendukungnya. Sudah jelas dipikiran Willy yang dia lakukan adalah benar. Willy harus mempertahankan rumah tangganya dari pria kurang ajar seperti Gio. Willy tidak takut, dia akan menghadapi apapun yang terjadi. Yang penting dia bisa membuat Gio menyesal seumur hidupnya karena sudah berani menggangu istrinya dan rumah tangganya. Willy sepertinya terlupa akan janjinya kepada Bianca. Willy juga sepertinya lupa apa yang dia lakukan dibelakang Bainca lebih parah dari yang Bianca lakukan. Bianca sudah jelas hanya berbohong dan itu agar Willy tidak marah dan khawatir. Tetapi Willy selain berbohong dan menutupi hubungannya dengan Luna. Willy jelas melakukan yang lebih dari yang Bianca lakukan. Tetapi tetap saja di dalam hati Willy yang penuh dengan amarah, yang Willy lakukan itu benar karena Willy sedang menyelesaikan masalahnya sendiri agar Bianca tidak khawatir padanya. Willy pun merasa dia tidak salah kali ini. Justru Bianca yang salah karena membohonginya. Amarah dihati Willy benar-benar membuat Willy lupa akan mana yang benar dan salah. Dia tidak peduli dengan semuanya. Kini dia kembali merasa dikhianati. Rasa sakit pengkhinatan dari para wanita yang hanya mengincar hartanya pun kembali muncul membuat hati Willy semakin emosi. “Sudah aku katakan bukan, lebih baik lupakan istrimu” suara seorang laki-laki yang Willy sudah hafal beberapa minggu ini terdengar. Willy pun menoleh dan melihat Gunardi ada di depan jeruji besinya. Entah sejak kapan Gunardi datang, yang jelas dia kini sudah ada di depan Willy dan memandang Willy. “Pergilah” ucap Willy kembali membelakangi Willy. “Aku akan mengurus semuanya untukmu. Aku akan membereskan pria bernama Gio untukmu” ucap Gunardi. “Saya tidak perlu bantuan anda” ucap Willy ketus. “Oh ya. Kamu tahu. Kasusmu bisa berat. Gio bisa saja menuntumu dengan tuntutan yang berat” ucap Gunardi. “Aku bisa menghadapinya” ucap Willy yang masih membelakangi Gunardi. “Oh ya. Papimu saja sudah lepas tangan. Apa kamu yakin dengan yang kamu punya saat ini bisa melawan Gio. Ingat Saat ini kamu tidak sehebat Gio. Kalau kamu masih menggunakan kekuasaan Papimu mungkin kamu bisa diatas Gio” ucap Gunardi yang seakan sengaja membuat pikiran Willy bertambah marah. Yang dibicarakan oleh Gunardi memanglah benar. Dengan kekuasaan Willy sekarang dia tidaklah ada apa-apanya dibandingkan Gio. Jika dia seperti dulu masih memegang Perusahaan Pratama tentu dia bisa saja melenyapkan Gio dengan mudah. Sepertinya logika Willy kini memilih untuk menyetujui bantuan dari Gunardi. Di pikirannya kini hanya ingin Gio menyesal dan terpuruk karena sudah berani mendekati istrinya dan menggangu rumah tangganya. Tanpa Willy berpikir jernih apa resiko yang akan dia terima kali ini. “Baik, saya terima bantuan anda” ucap Willy. “Tapi kamu harus balik ke Bali bersama saya saat ini juga dan mempersiapkan pernikahanmu dengan Luna” ucap Gunardi. Willy pun berbalik menatap Gunardi dengan tatapan penuh arti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN