“Ibu,” lirih Bora dari pintu ruanganku yang sedikit ia buka. Aku tengah merebahkan kepalaku di permukaan meja. Mencoba meredam kepanikan yang mendera. Langkah kaki terdengar mendekat, lalu berhenti tepat di depanku. Aroma parfum khas milik Bora menyadarkanku untuk tak berlama-lama mengurus emosi. Aku angkat kepalaku, pun pandangan agar terfokus pada sekretarisku tersebut. “Ini data ketiga korban di lokasi, Bu. Semuanya dari PilarMaju.” Sesak rasanya. “Kamu sudah cek p********n ke UrbanaBuild dan PilarMaju? Apa ada masalah?” “Ngga ada, Bu. p********n sudah dilakukan sesuai kontrak. Masih ada satu tahap lagi setelah pembangunan selesai.” Aku mengangguk. “Ibu mau saya cari tau kejadian detail di lapangan?” “Ngga perlu. Biar saya turun langsung.” “Ibu ....” “Kalau keadaan