Airin bergeser menjauh dari pria itu. Tatapan pria itu sungguh membuatnya tak enak hati. Airin sadar, dirinya memang berbeda dari orang Indonesia umumnya, tapi bukan berarti pria itu bisa menatapnya seperti itu. Seakan dirinya adalah objek yang bisa dirayu dan dimiliki dengan sangat gampang. "Kenapa menghindari aku?" Pria itu bertanya dengan suara berat. "Maaf, saya tidak mengenal anda." Airin memberanikan diri menatap wajah pria itu. "Karena itu, ijinkan aku memperkenalkan diri. Dan kamu juga bisa memperkenalkan diri." Airin merasa risih dengan tatapan pria di hadapannya. Airin menatap orang lain yang berteduh di sana. Tapi tak ada yang peduli pada dirinya. Mungkin mereka mengira, dirinya dan pria itu adalah dua orang yang saling kenal. Pria itu melangkah semakin dekat. Airin suda