TIDAK AKAN TERULANG LAGI

1006 Kata
Amelia bergegas menghapus air matanya dan memasang wajah dinginnya baru kemudian ia melangkah keluar menemui David. "Ada apa?" tanyanya ketus. David yang sedang duduk langsung bangkit berdiri dan menatap Amelia dengan perasaan bersalah. "Maafkan aku, Yasmin." David bergegas menghampiri Amelia. Walau bagaimanapun juga ia tidak ingin kehilangan Amelia. Ia tidak mau jika gadis cantik itu jatuh ke tangan produser lain, David sudah jatuh cinta dengan suaranya. "Aku jamin dia tidak akan melakukan hal yang sama seperti tadi kepadamu, Jasmine," kata Patricia. Masih dengan melipat tangan di dadanya, Amelia pun mengangguk. "Baik, aku maafkan. Tapi, anda jangan besar kepala dulu, Pak David. Saya memaafkan anda karena Mbak Patricia yang minta, jika bukan dia yang meminta, saya tidak mau memaafkan anda. Benci rasanya kepada orang yang seenaknya memperlakukan wanita seperti anda," kata Amelia. Dia memang sengaja mengatakan hal itu supaya David juga tidak bersikap semena-mena terhadap Patricia. David tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Deal," katanya. Amelia berusaha mengalihkan pandangan saat ia menyambut uluran tangan David. Ia tidak mau melihat betapa senyuman lelaki itu begitu memabukkan. Jujur Amelia pun tadi sempat menikmati hangat dan lembutnya ciuman David di bibirnya. "Mengenai syuting, saya tetap ingin di luar kota. Tapi jika memang tidak memungkinkan untuk kita ke Dieng, anda mau ke mana?" tanya David, "atau kalau kau mau, bagaimana jika syuting di luar negeri saja? Korea misalnya?" Amelia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu sampai ke luar negeri segala, di Indonesia saja rasanya sudah banyak tempat yang bagus. Lagi pula ini hanya syuting untuk video klip. Tidak usah ke tempat yang jauh, yang penting hasilnya bagus," ujar Amelia "Kalau boleh saya tau, kenapa anda sangat menginginkan telaga warna?" kata Amelia lagi. Ia merasa sangat penasaran karena David begitu ngotot ingin ke sana. Ia yakin sekali bukan sekedar mengambil gambar. David menghela napas panjang, benar ia memang sangat menginginkan telaga warna karena almarhum mamanya pernah bercerita bahwa dulu papanya pernah mengajak ke telaga warna dan mama David sangat bahagia. Juga dalam buku harian, almarhum mamanya menulis bahwa di sana adalah pertama kalinya ia tau bahwa sedang mengandung. David hanya ingin mengenang sang ibu. "Ada kenangan di sana yang ingin aku ulang.Tapi, mungkin ini bukan waktu dan saat yang tepat," jawab David. Melihat eskpresi wajah David, Patricia segera menyadari bahwa sepupunya itu pasti sedang teringat almarhum mamanya. "Bagaimana kalau Bunaken? Menado aku rasa juga memiliki views yang bagus," kata Patricia. "Apa tidak bisa tempat yang dekat saja?" tanya Amelia. "Kau ada ide?" tanya Patricia. Amelia tampak mengerutkan dahinya, "Pantai pelabuhan ratu? Rasanya akan bagus jika aku bernyanyi sambil berjalan di pantai dengan beberapa adegan yang romantis. Kita juga bisa membawa piano seperti maunya Pak David." Seketika itu juga David mengerutkan dahinya, ia ingat Karla dulu membuat video klip pertamanya di sana. Meskipun tidak ada adegan bermain piano. "Kau fans berat Karla?" tanya David spontan. Amelia menautkan sepasang alis matanya. "Maaf, apa hubungannya dengan Karla?" tanya Amelia. "Karla ... ah, bukan sesuatu yang penting," kata David, "kita bicarakan saja besok. Sekarang kau bisa beristirahat saja, maafkan aku atas kejadian tadi." David pun bergegas pamit, ia tidak kembali ke kantor,tetapi kembali ke apartemennya. Saat ia tiba di apartemen tampak Markonah dan Tuti sibuk dengan Davila yang menangis dengan sangat keras. "Ada apa ini?" tanya David. "Baru saja saya mau menelepon Bapak, untung Bapak cepat pulang," ujar Markonah. "Ada apa ini, Markonah? David tidak menanyakan di mana Karla, karena ia tahu Karla pasti sedang syuting." Tetapi, perkataan Markonah selanjutnya membuat David terkejut bukan main. "Ibu barusan, baru beberapa menit yang lalu pergi membawa barang-barangnya." "Apa?! Ibu pergi? Kamu jangan main-main,Markonah!" hardik David. "Saya mana berani sih, Pak becanda sama Bapak. Bapak lihat saja ke kamar, pasti pakaian ibu tidak ada lagi," jawab Markonah. David bergegas masuk ke kamarnya dan memeriksa isi lemarinya. Ternyata benar, pakaian Karla sudah tidak ada di sana. "SIAL!" seru David kesal. Ia segera menelepon Karla, namun wanita itu merijek panggilan darinya. Lelaki itu duduk di sisi ranjang dengan kesal. Selama ini Karla belum pernah melakukan hal seperti ini kepadanya. Karla selalu menuruti setiap perkataan David, apapun itu. Tapi, mengapa mendadak wanita itu pergi. Padahal mereka tidak sedang bertengkar. Bahkan meski bertengkar sekali pun, Karla belum pernah pergi seperti ini. Sementara itu Karla yang sedang menyetir mobilnya sengaja menolak panggilan David. Ia tidak menyangka bahwa David akan menghubunginya. Ia sengaja pergi dari apartemen David dan meninggalkan Davila. Hati siapa yang tidak sakit jika melihat orang yang di cintai mencium wanita lain. Ya, Karla tadinya hendak mengajak David makan siang bersama. Ia ingin memperbaiki hubungan mereka yang akhir-akhir ini terasa begitu hambar. Karla tidak ingin egois, yang ia pikirkan adalah Davila. Meskipun dia tidak pernah menginginkan kehadiran seorang anak, Davila tetap saja anaknya yang ia cintai. Hatinya sebagai seorang ibu tetap mencintai buah hatinya. Jika ia meninggalkan Davila bukan karena ia tidak mencintai bayi cantik itu. Tetapi, ia tidak mau jatuh dan jatuh lagi di kesalahan yang sama. Hubungannya dan David bukanlah hubungan yang normal. Sebagai seorang wanita biasa, Karla menginginkan sebuah pernikahan yang sah. Tetapi jika memang David tidak menginginkan kehadirannya lagi, ia rela untuk pergi. Biarlah Davila bersama dengan David, hidup Davila akan lebih terjamin jika tinggal bersama David. Lagi pula, ia juga berhak untuk bahagia jika kelak ada lelaki yang berniat serius membina rumah tangga dengannya. Sesungguhnya Karla merasa sangat lelah, ia lelah dengan kehidupan yang saat ini ia jalani. Karla akhirnya tiba di apartemen mewah miliknya yang terletak di daerah Menteng. Karla membeli apartemen itu tanpa setau David. Sejak dua tahun terakhir ini dia memang sudah mempersiapkan segalanya. Karla memang mencintai David, tapi ia menggunakan logikanya juga. Dan saat David meminta anak darinya, Karla sempat berpikir bahwa David akan menikahinya. Ternyata apa yang jauh hari ia pikirkan terjadi juga. David mulai berpaling. Karla tidak mau jika ia harus pergi karena diusir oleh David karena kehadiran orang ketiga. Jadi, sebelum David mengumumkan kekasih barunya maka lebih baik Karlan pergi saja. Toh sekarang karirnya kembali menanjak meski bukan di dunia tarik suara. Karla tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Bahkan ia sudah memikirkan apa yang akan ia lakukan ke depan dengan uang tabungan dan deposito miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN