CIUMAN

1003 Kata
David merasa saat ini ia sedang ditelanjangi. Beberapa anggota tim, sama seperti Patricia sibuk menahan tawa. Pada akhirnya mereka hanya menunduk sambil pura-pura membekap mulutnya. "Kau pikir kau ini siapa?!" hardik David. Suaranya bergema di ruangan itu,beberapa anak buahnya sudah tampak tegang. Namun, Amelia dengan tenang menatap David. "Saya? Anda bertanya saya siapa? Saya adalah orang yang anda butuhkan supaya management anda kembali berjaya. Jika anda tidak suka saya tidak keberatan kok, anda singkirkan. Dengan senang hati saya akan kembali ke Korea. Asal anda tau, yang memberi saya tawaran bukan hanya anda. Hanya karena saya ingin kembali ke negara kelahiran saya maka saya memutuskan untuk menerima tawaran anda. Tapi,jika melihat sikap anda yang sangat arogan seperti ini, maaf, sepertinya saya lebih baik mundur." Tanpa menunggu jawaban David, Amelia segera bangkit dan langsung keluar ruangan bersama Nina . Amelia tau jika David tidak mungkin akan membiarkannya pergi begitu saja.Amelia sangat mengenal David ketika pertama kali mereka tidur dalam satu kamar. Di situ Amelia tau bahwa bagi David pekerjaan adalah hal yang sangat penting. Dia tidak akan membiarkan asset berharganya hilang begitu saja. Tepat seperti dugaannya, saat ia baru saja hendak melangkah masuk ke dalam lift, David menarik tangannya. "Ada apa lagi, Pak?" tanya Amelia. "Saya minta maaf," ujar David. Amelia melipat tangan di depan dadanya sambil menatap David dengan tajam. "Tadinya saya pikir anda adalah seorang pemimpin yang baik dan ramah. Pemimpin yang bisa bersikap bijaksana,tapi ternyata saya salah. Anda terlalu arogan, dan jujur saja saya tidak bisa bekerja sama dengan orang yang arogan seperti anda," kata Amelia dengan kesal. "Saya minta maaf, Yas." "Yas??" David tersenyum manis, "Ejaan namamu jika menggunakan ejaan dalam bahasa Inggis J-A-S-M-I-N-E , tetapi jika dialihkan ke dalam bahasa Indonesia akan dibaca Yasmin. Jadi, aku memanggilmu Yas," ujar David. Amelia melotot seketika, "TIDAK MAU!" serunya, "kenapa tidak 'YES' saja sekalian!" Amelia pun segera membalikkan tubuhnya, namun David kembali menarik tangan Amelia. Karena David cukup keras menarik tangannya, Amelia pun terjatuh ke dalam pelukan David. Pandangan mata mereka bertemu dan entah setan dari mana yang lewat sehingga David tiba-tiba saja mendaratkan ciuman di bibir Amelia. Ia melumat bibir mungil itu perlahan, sementara Amelia menatap David dengan mata melotot tak percaya. Untuk beberapa detik Amelia merasa terbuai. Ya, ciuman seperti ini yang sejak dulu sangat ia inginkan. Namun, gadis itu dengan cepat menguasai keadaan, dengan kuat ia mendorong David dan tangannya Refleks menampar pipi David dengan keras. "TIDAK ADA AKHLAK! Saya pikir anda hanya arogan saja, ternyata anda juga sangat kurang ajar! Batalkan saja kerjasama kita!" Amelia pun segera menarik tangan Nina untuk segera masuk ke dalam lift. Ia merasa dilecehkan dengan perlakuan David yang seenaknya saja mencium bibirnya di tempat yang tidak seharusnya. Ia kembali teringat malam naas itu, saat pertama kali David mengambil mahkota kesuciannya. Waktu itu, David tidak pernah terlihat menyesal seolah itu adalah hal yang biasa. Sekarang meski hanya sekedar ciuman, David merampas begitu saja tanpa izinnya, benar- benar lelaki tidak ada otak! Sementara itu Patricia yang melihat semua kejadian itu bergegas menghampiri David dan gadia bertubuh tinggi itu pun langsung meradang. "Kau sudah gila?! Apa yang sudah kau lakukan ,hah?!! Aku ... Aku sudah tidak tau lagi ada apa dengan otakmu Dave. Kau sinting!" pekik Patricia geram. Gadis itu segera kembali ke dalam ruangan meeting untuk mengambil tas dan ponselnya kemudian bergegas pergi untuk menyusul Amelia. David hanya bisa terdiam dan meremas rambutnya dengan kasar. Ah, kenapa juga tadi ia harus tergoda. Ia menyesali perbuatannya yang memang spontan itu. Amelia memang cantik dan posisi mereka tadi .... "Aaargh ... Sial!" maki David. Ia tidak menyadari bahwa semua kejadian tadi tidak luput dari pandangan seseorang yang juga langsung menitikkan air mata. Sementara itu Amelia dan Nina segera kembali ke apartemen. Amelia langsung mengambil kopernya dan segera memasukkan pakaiannya ke dalam koper. "Kita kembali ke Korea, Nin," ujarnya pada Nina. Gadis itu hanya mengangguk dan langsung ke kamarnya untuk melakukan hal yang sama dengan Amelia, membereskan barangnya. Berselang tiga puluh menit, Patricia yang mempunyai akses masuk ke dalam apartemen Amelia langsung menuju ke kamar wanita itu. Melihat Amelia yang sedang menangis sambil membereskan pakaiannya Patricia pun segera menarik dan memeluknya. "Maafkan David, Mel. Dia memang sudah tidak waras," ujar Patricia. Pertahanan Amelia pun runtuh seketika, ia balas memeluk Patricia dan menangis di d**a gadis itu. "A-aku ... aku memang mencintainya , tapi apa harus seperti ini? Dia memperlakukan orang lain seolah orang itu tidak berhak memiliki kehormatan. Dua kali dia melakukan hal yang sama tanpa rasa penyesalan. Dulu, karena aku jelek, gemuk,tidak menarik sehingga ia tega memberikan selembar cek berisi uang hanya untuk membeli keperawananku. Dan tadi dia menciumku di tempat umum tanpa perasaan, tanpa izin dan permisi. Apa ia pikir aku ini bonekanya?" Patricia mengelus punggung Amelia, ia berusaha untuk menenangkan gadis itu. "Aku sudah memarahinya, Mel. Dia tidak akan mengulanginya lagi. Kau jangan pergi, apa kau lupa tujuanmu datang ke Indonesia? Kau ingin keadilan bagi Davina, bukan? Kau ingin David menyesal dan bertanggung jawab dengan caramu, kan? Jika kau masih menginginkan hal itu, bertahanlah," tukas Patricia. Amelia menghela napas panjang, apa yang dikatakan oleh Patricia benar. Tujuan awalnya mengubah penampilannya dan juga kembali ke Indonesia semata karena Davina. Amelia tidak mungkin melupakan hal itu, terlebih ia sekarang harus terpisah dengan Davina. "Baiklah, aku tidak akan pergi. Tapi jika dia datang aku akan pura-pura bersikeras untuk pergi." "Aku akan membantumu, sebentar lagi dia pasti akan menyusul kemari," ujar Patricia. "Kenapa kau yakin sekali?" tanya Amelia sambil menghapus air matanya. "Dia itu sepupuku. Aku dan David tumbuh bersama sejak kecil. Jadi aku tau betul bagaimana sifat dan sepak terjangnya. Percayalah dia akan datang," jawab Patricia sambil terkekeh geli. Dan memang tepat seperti dugaan Patricia , tak lama kemudian bel pintu terdengar. Amelia dan Patricia sengaja menunggu, tak lama kemudian , Nina muncul di balik pintu. "Mbak, ada Pak David di ruang tamu." Amelia bergegas menghapus air matanya dan memasang wajah dinginnya baru kemudian ia melangkah keluar menemui David. "Ada apa?" tanyanya ketus. David yang sedang duduk langsung bangkit berdiri dan menatap Amelia dengan perasaan bersalah. "Maafkan aku, Yasmin."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN