"Mas kita nanti di Jakarta mau tinggal dimana?!" Tanya Sekar riang.
"Saya akan tinggal di apartemen!" Jawab Evan ketus.. 'tunggu kenapa cuma "saya", mungkin maksud mas Evan dulu ia tinggal di apartemen, dan sekarang mereka sedang menuju kesana.' Pikir Sekar
Mereka sudah sampai di bandara Soekarno Hatta, dengan Evan yang berjalan mendahuli Sekar.
"Mas tunggu dulu dong! jangan buru-buru gitu, aku susah nih narik-narik koper gini!" Teriak Sekar manja.
'Buuuggghhhhh....!" Evan menendang salah satu koper Sekar.
Siapa suruh lo bawa barang sebanyak ini!" Hinanya tajam seraya menujuk Sekar dengan jarinya. Sekar jadi terpaku tak percaya, terlebih banyak orang yang memandangnya iba.
"Mas kenapa sih?" Ia masih berusaha bersikap baik.
"Diem bisa gak sih! lo gak usah manja gitu jijik gue!" Sarkasnya.. air mata sudah mengalir dipipi mulus Sekar, baru kali ini penghinaan demi penghinaan ia dapati bahkan dari suaminya sendiri yang baru ia nikahi.
Ia berjalan ogah-ogahan, rasanya begitu malas ia melanjutkan pernikahannya, ia tak yakin jika hatinya terus kuat mendapat penghinaan seperti tadi.
sampai didepan, Evan menarik Sekar paksa untuk masuk kedalam taksi yang ia pesan.
"Aduh Evan kamu bisa lembut dikit gak sih, lagian kalau kamu gak suka cewek manja kenapa nikahin aku!" Sekar tak lagi berusaha sopan, karena baginya Evan tidak pantas diperlakukan layaknya seorang suami.
"Plllaaaakkk...!" Sebuah tamparan melayang kepipi kanan Sekar, sampai mengeluarkan darah disudut bibirnya, ia kaku... dan bisu... tangannya hanya terjulur menutupi pipinya yang kebas karena pukulan tadi.
Sang supirpun dibuat shock dengan sikap Evan sampai ia terpaku tak menjalankan mobilnya.
"Jalan pak! Mau gue colok mata lo!" Sarkas Evan menyadarkan Sekar.. siapa Evan sebenarnya, lelaki tempramen yang sayangnya berstatus suami dirinya..
Ia menutup matanya buliran air mata terus turun dengan deras, deru jantungnya seakan berlomba dengan derasnya cairan bening yang keluar dari sudut matanya, harus bagaimana Sekar nantinya...?
Sekar masih terus menangis, tapi ia berusaha tak mengeluarkan suara sama sekali, tubuhnya bergetar kuat, ia sangat takut nantinya semakin membuat Evan naik pitam dan kembali memukulnya, ingatannya kembali ke dua minggu lalu... masa dimana ia begitu ceria pergi kuliah... jika waktu bisa diputar kembali rasanya ia ingin mengulangnya dan tak pernah sudi menikah dengan lelaki disampingnya.
Karena Sekar tahu.. sepertinya akan sangat sulit untuknya bebas dari Evan.
---
Mereka sudah sampai ditempat tujuan, Evan kembali menarik Sekar paksa sampai membuat tampilannya jadi berantakan, genggamannya dipergelangan tangan Sekar terlalu erat, sampai sekuat apapun Sekar berusaha melepaskan, tapi ia tidak berhasil. terlebih tatapan marah Evan membuat Sekar merasa kerdil.
Sekar hanya menatap bangunan yang asing baginya, sebuah klub malam tertulis diatas gedung tersebut, dan disiang hari biasanya dipakai untuk para seniman jalanan untuk menjajakan keahliannya.
"Woooy...dapet mangsa dari mana lo cantik banget!" Kata teman Evan yang memiliki tindikan dimana-mana.
"Anjing gue nih! ditato dong!" Sahut Evan santai seraya mulai menyalakan cerutunya, ia tak mengenalkan Sekar sebagai istrinya.. dan tadi apa ditato? tidak.. Sekar masih paham agama, ia tak sudi tubuhnya dihiasi dengan tato.
"Evan aku gak mau!" Pekik Sekar kuat, Evan maju kearah Sekar menarik paksa hijab yang masih menanggal dikepalanya, sampai meninggalkan bekas luka dilehernya akibat pengait hijabnya.
"Mulai sekarang lo gak perlu pake penutup sialan ini!" Ucapnya menjatuhkan hijab Sekar dan menginjaknya begitu saja.
Sekar semakin melotot tak percaya..bukankah setahunya seorang suami akan bahagia mendapati istri yang menutup auratnya hanya untuk dirinya seorang?. Mendapat pelototan Sekar membuat Evan geram.. ia merobek paksa kemeja yang Sekar pakai.
"Evan tunggu....!" Sekar berusaha terus mengelak, ia bukannya tak mengerti jika Evan memiliki hak melihat tubuhnya, bahkan jika sekalipun lelaki itu ingin menggaulinya, tapi apa suami seperti Evan masih memiliki haknya?
"PPllaaakkk.." pukulan dikepala Sekar membuat gadis itu ambruk tak sadarkan diri.
Sekar terbangun dengan sebuah tato kecil menghiasi d**a kirinya, rasanya ia begitu marah dengan apa yang Evan lakukan padanya.. ia mulai berusaha menghapus gambar tersebut dengan jemarinya.. tapi sayang! tato permanent itu tak bisa Sekar hilangkan begitu saja.
Evan mendekat memandang Sekar dengan tatapan puas.
"Kalau ginikan si Fredy bakal suka.." Ucapnya seorang diri. Fredy adalah lelaki yang akan "membeli" Sekar.. lelaki yang sangat suka dengan image wanita nakal tapi bersih, karena itu juga Evan mentato Sekar. Sekar terdiam otaknya berfikir siapa Fredy? dan kenapa dirinya harus membuat Fredy suka...?
Belum juga usai kebingungannya, Evan kembali menjambak rambut Sekar.. ia menarik paksa Sekar yang masih terduduk,membuat Sekar jadi mengesot sepanjang jalan.
Tangannya terasa panas karena mencoba menarik rambutnya dari jambakan Evan. sedang satu lagi ia pakai untuk membantu jalannya.
Sekar berusaha berdiri saat genggaman tangan Evan dirambutnya sedikit mengendur.. lelaki itu melepaskan Sekar begitu saja.. berjalan mundur seakan menunggu seseorang.
Sedang Sekar masih merasa nyeri di d**a juga kulit kepalanya, sampai hanya fokus ke dirinya.
Sebuah mobil mewah menghampiri mereka berdua...
Evan tersenyum puas, dan berbicara kepada seseorang dibalik kemudi tersebut.
Setelahnya ia kembali memasukkan Sekar kedalam mobil itu dengan paksa
"Tunggu Mas,, aku mau dibawa kemana Mas?!"
Mas tolong Mas.. aku gak mau aku takut....!" Paniknya..
"Hahhahaa..gak usah takut lo, sebentar lagi lo mau seneng-seneng sama kakek tua.. So jadi anak baikyah istri gue!" Sahut Evan mengejek..
"Mas... Mas..." Teriak Sekar karena mobil sudah berlalu pergi.
Sekar kembali terisak pilu, tak pernah ia menyangka hidupnya hancur dalam sekejap saja, ia tertunduk dalam, tangannya mencoba menutupi dadanya dengan rambut panjangnya.
Pemandangan itu membuat Hito risih, yah.. yang menjadi supir adalah Hito, ia memang ditugaskan untuk mengantarkan target ke tamu VVIP seperti Fredy.
"Dia suamimu?!" tanya Hito tiba-tiba, Sekar hanya mengangguk suara tangisnya semakin nyaring saja.
"Tepatnya suami yang baru aku nikahi selama kurang lebih 15 jam!" sahutnya pilu.
Spontan Hito menenggak salivanya kasar, merasa miris dengan cerita Sekar.
"Kenapa kamu terus menangis?!" tanyanya semakin penasaran.
"Aku teringat ibuku, aku gak bisa membayangkan jika ia tahu apa yang terjadi padaku kini!" jawab Sekar.
Hito melihat wajah Sekar dari kaca spion tengah, ia tak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu, bagaimana bisa ia masih memikirkan perasaan orang lain disaat dirinya dalam keadaan yang genting.
"Kamu tahu... kamu akan dijual ke tuan Fredy?!"
Sekar tak menjawab, ia masih terus tertunduk, ia bukannya tak paham situasi yang sebentar lagi ia hadapi.. sejak mendengar kata dirinya harus membuat Fredy senang..Sekar tahu maksudnya. Tapi entah mengapa saat ada seseorang yang mengatakannya dengan gamplang semakin membuat perasaannya sakit.
Karena tak mendengar jawaban Sekar, Hito sedikit memberhentikan mobilnya dipinggir jalan..
Dan disaat Hito berbalik yang pertama ia lihat adalah kecantikan alami Sekar, wajah yang bagaikan peri, bibir mungil hidung runginya serta pipi chubby suatu perpaduan yang begitu manis dikulit putihnya, spontan Hito kembali berbalik badan tak ingin Sekar tahu ia salah tingkah.
Sekar yang sempat melihat reaksi Hito, sesaat mempunyai ide.. ia memajukan wajahnya berharap Hito mau mengabulkan permintaannya.