Hembusan nafas Hito sangat terasa ditengkuk wanita itu. bahkan hangat tubuhnya seakan berpindah kepinggang ramping Sekar, secara nalurih wanita itu menutup matanya, ia benar-benar ingin merasakan arti kehangatan yang sebenarnya dari seorang pria. sampai suara derit pintu menyadarkan Sekar.
"Hito..." Sekar memanggil Hito mengantensinya dengan begitu lembut, ia juga mendorong tangan Hito untuk mengendurkan pelukkannya, nyatanya yang datang adalah Riski yang memang tadi diminta untuk datang.
"Aku sudah datang!" Sahut Riski, beruntung ia tidak sempat melihat Sekar dan Hito sedang berpelukkan.
"Aaahhkk...heii, tolong bawa makhluk itu pergi jauh dari sini!" Titah Hito malas seraya menyenderkan punggungnya disenderan sofa, sikapnya seolah menyingkirkan seseorang adalah hal yang biasa bagi dirinya.
Riski hanya mengangguk dan mulai membopong tubuh Evan.
"Berat nih! aturan mah potong-potoh dulu baru telepon gue!" Sarkasnya dan Hito tertawa. Sekar jadi terlonggo dengan candaan kedua lelaki itu.
setelah Riski pergi, Hito dan Sekar kembali duduk bersama meski mereka terus saja diam dalam keheningan. Hito memilih merebahkan tubuhnya disofa panjang dan menutupi matanya dengan lengannya.
"Kamu masih ngrasa sakit?" Sekar mendekat, ia duduk diujung sofa tempat Hito berbaring, perlahan Sekar membuka kaos Hito, ia ingin lihat luka tusuk yang sudah dirawat oleh Novi tadi.
"Aahhkk... ini masih mengeluarkan darah!" Gerutunya seorang diri, Sekar jadi kesal dengan Novi, tadi saja sikapnya seolah seperti suster yang begitu ahli dalam merawat, tapi nyatanya membungkus luka seperti ini saja ia tidak bisa. Nampaknya luka Hito kembali terbuka karena tadi ia menekan perutnya cukup kuat saat memeluk Sekar.
Sekar kembali mengambil kotak P3K, mulai membuka kembali perban yang sudah kotor, meski rasanya pasti sakit, tapi Sekar tak ingin Hito sampai infeksi disebabkan lukanya yang kotor.
"Kau sedang apa?!" Hito mencekal tangan Sekar, sekali lagi ia tidak ingin terlalu berharap dengan wanita itu.
"Aku mau menerima tawaranmu!" Sekar sudah memutuskan menerima tawaran Hito untuk menjadi wanitanya, meski terdengar gila tapi ini satu-satunya yang paling di inginkan Sekar.
"Apa?!" Hito seakan tidak percaya, ia bahkan terbangun demi melihat wajah Sekar, sialnya disana hanya Hito temui wajah yang serius dan tidak berniat mundur sama sekali.
"Aku ingin jadi wanitamu!" Sekar kembali menegaskan apa yang menjadi keinginan hatinya, Hito sedikit memundurkan tubuhnya, kenapa sekarang jadi dirinya begitu takut?
"Sekar tunggu.. kamu tahukan apa artinya?!" Hito masih mencoba menormalkan pembicaraan mereka, dan Sekar hanya mengangguk begitu yakin, tiba-tiba saja bulu kuduk Hito berdiri melihat jawaban wanitanya. Rasanya begitu mustahil mendengar Sekar mengatakan hal sangat mendebarkan itu, tapi ini nyata. Meski bahagia luar biasa tapi Hito merasa masih belum mau percaya.
Perlahan pria itu mendekat, ia ingin membuktikan tanggung jawab Sekar atas pernyatannya tadi.
Hito sudah membalikkan posisi, ia membawa Sekar tertidur diatas sofa dengan ia yang berada diatasnya, wanita itu seakan terbiasa, ia justru memeluk leher Hito. Akhirnya tubuh Hito jatuh memeluk tubuh Sekar, tangan Hito yang semula menahan bebannya untuk tidak terjatuh diatas Sekar seolah sudah tak mampu bertumpu sama sekali, sebagai gantinya ia membelai rambut Sekar yang tergerai keatas. Sekar dapat merasakan hembusan nafas Hito, perlahan Hito mengikis jarak diantara mereka, ia kembali melumat bibir Sekar dengan begitu lembut. Tangan Hito yang hangat memegangi pipi Sekar yang dingin, mencoba memperdalam lagi ciumannya, dengan lidahnya yang sudah melesat kedalam mulut Sekar.
"Aaahhhkkk...." Sekar sedikit gelagapan karena ini adalah benar-benar ciuman pertamanya, bukan sekedar menempelkan bibir saja seperti kemarin.
"Sekarang kamu tahukan seberapa bahayanya aku?!" Hito mengatakan sambil kembali duduk, setelah ini ia berharap Sekar kembali ke dirinya yang kemarin. Sekar terbangun ia seolah masih berusaha mencari Hito, dipandangi Hito yang duduk disampingnya tengah menatap lurus kedepan, dan Sekar langsung duduk diantara kedua paha besar Hito, ia seolah tengah menunggangi Hito dengan ia posisinya menghadap pria itu. Hito merasa begitu terkejut dengan yang dilakukan Sekar, tapi kata-kata wanita itu jauh lebih membuatnya terkejut.
"siapa yang memintamu untuk melepaskan ciumannya? sebagai seorang pria kau harus bisa memuaskan aku wanitamu!" Ucapnya angkuh, Hito semakin menyeritkan alisnya kebingungan, ini bukan Sekar yang ia kenal, wanita yang diatas pangkuannya terdengar begitu liar. Bahkan dengan ganasnya Sekar kembali mencium bibir Hito meraupnya seolah ia dilanda gairah yang luar biasa. Hito spontan membalas ciuman Sekar, pria itu memang sangat ahli dalam berciuman sebentar saja lidahnya sudah membelit lidah Sekar. Tangannya bahkan sudah menjalar kebuah da-da Sekar, meremasnya dengan perlahan.
"aaahhaakkk..." satu desahan lolos dari bibir Sekar yang sudah membengkak, ia tertunduk memperhatikan tangan Hito yang sedang meremas buah da-danya sesekali pria itu memelintir ujungnya membuat Sekar merasa sangat tidak tahan.
Hito melepaskan tangannya dari sana.
"Berhentilah berpura-pura jadi wanita nakal, jika seperti ini saja kamu merasa tidak tahan" Ucapnya, ia ingin Sekar sadar betapa bahaya kalimat persetujuan yang baru keluar dari mulutnya. Hito juga menurunkan Sekar dari pangkuannya. Dan memilih meninggalkan Sekar seorang diri disana.
#skip 1 minggu kemudian.
selama 1 minggu ini tak hentinya Sekar terus menggoda Hito, ia bahkan sampai nekat tidur diatas pria itu, tekadnya sudah bulat dan tak mungkin ia kembali lagi. Tapi Hito seakan terus menjaga jarak, pria itu malah terus-terusan pergi dan meninggalkan Sekar seorang diri. Dalam diam gadis itu berfikir, apa yang harus ia lakukan sekarang? kembali ke orangtuanya? Itu sama saja mengembalikan dirinya ke tangan Evan. Ia tahu. ibunya begitu menjaga tata krama bagi bu Rosa seorang suami selamanya benar, dan tak layak seorang istri membangkang meski diperlakukan tidak adil. Pergi dari sini? Sekar takut ia masih dikejar oleh suruhan Samuel dan lainnya, lagipula semakin hari ia semakin yakin cintanya mulai tumbuh untuk Hito, pria yang dari luar terlihat jahat dan kasar, nyatanya ia punya sejuta kelembutan dari dalam hatinya. Air matanya mengalir kembali saat ingat Hito semalam telah menolak dengan tegas. separah itukah hidupnya bahkan menjadi jal*ngpun ia tak bisa.
Sekar tengah memakai kemeja Hito, karena memang ia tidak punya terlalu banyak baju. Bagian bawahnya sengaja ia tak tutupi dengan apapun, siapa yang peduli ia hanya sendiri diatas loteng, lagipula ia sudah berjanji akan menjadi jal*ng, Sekar merasa harus berani mengambil keputusan untuk itu.
Lewat tengah malam Hito baru pulang, ia kaget saat melihat ranjang bagiannya ditiduri oleh Sekar, memang diatas sana ada dua ranjang yang terpisah, dipandanginya Sekar yang lelap dalam tidurnya, beberapa hari ini ia dibuat pusing dengan tingkah laku gadis itu, fantasinya ingin sekali membawa Sekar keatas ranjangnya, menguncinya disana untuk bercinta dan tidak membiarkan gadis itu turun sampai kelelahan. Tapi Hito sadar, Sekar gadis baik-baik dan secara naluri ia ingin menjaga Sekar bahkan dari kebiadaban dirinya.
"Eeehhhh.." Sekar melenguh saat tangan besar Hito menyentuh pipinya. Ia tersenyum begitu cantik kearah Hito, lampu yang temaram menggambarkan siluet Sekar yang tengah berbaring dengan begitu indahnya, dan Hito sungguh tidak bisa menolak pemandangan itu.
Perlahan Sekar keluar dari selimutnya, nyatanya wanita itu tidak memakai sehelai benangpun membuat buah da-danya tereksposs begitu saja. Hito menenggak salivanya kasar, ia memang sudah pernah meremasnya lembut, tapi ia belum pernah menatapnya langsung. rasanya buah da-da Sekar begitu pas ditangan Hito, pria itu semakin kalang kabut dengan fikirannya sendiri, ia sangat berusaha mencari kenormalan dirinya yang mungkin sebentar lagi lenyap. sampai pada Sekar justru mendekatinya.
Bersambung.