Hidung Tomat

1396 Kata

Sudah waktunya aku berangkat ke Bandara namun Mas Agung tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Koper berukuran besar telah berdiri tegak di teras rumah. Isinya selain baju adalah berbagai macam camilan. Papa sudah terlanjur pergi dengan Nayeef jadi tidak bisa dimintai tolong. Padahal Beliau tadi sudah menawarkan akan mengantar ke bandara tapi aku menolak. “Mbak ...” “Iya, Ma.” “Mas Agung pergi sama Eyang. Gak bisa anterin Mbak Mimi.” “Yah, kok gak bilang dari pagi sih. Gimana dong, Ma?” “Tenang saja. Bentar lagi ada yang datang menjemput.” “Siapa, Ma?” “Tuh ...” tunjuk Mama pada mobil yang baru saja datang. “Lebih suka diantar Mas Agung apa Pak Arayan?” Aku tidak menyangka Pak Ayang datang menjemput. Ku kira kemarin ucapannya hanya candaan saja ternyata betulan. Rasa kesal ku p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN