Chapter 17

1174 Kata
Wajah Mendaline berubah pucat pasi saat tahu bahwa dokumen penting miliknya tidak lagi berada di genggaman tangannya. "Bagaimana ini?" gumam Mendaline putus asa, dia bahkan menggigit kuku jarinya karena merasa tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mendaline melirik kiri kanan dengan gugup dan ketakutan. "Itu barang penting. Bagaimana bisa aku meninggalkan Inggris tanpa paspor?" Mendaline sakit kepala memikirkan hal ini. "Menda, tenang. Tenangkan dirimu, Menda." Mendaline berupaya untuk menenangkan dirinya. Dia menarik dan menghembuskan napas selama beberapa kali agar dirinya tenang. Detak jantung berdegup kencang karena baru saja menyadari barang penting hilang, kini berangsur-angsur normal. "Jika hilang, maka harus ke gedung kedutaan untuk membuat laporan," gumam Mendaline. * Askan sedang beristirahat di ranjang kabin. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel. Dengan santai dia membuka isi pesan itu dan membaca, merasa bahwa itu adalah pesan yang sangat mengejutkan dan membuatnya kesal, Askan langsung bangkit dari posisi tidur dan mengumpat. "Sialan!" "Dari awal penilaianku, aku memang sudah nggak suka dengan si tua bangka itu, cih!" jengkel Askan. Askan mencibir dingin. "Membuat permohonan atas nama Menda untuk masuk kewarganegaraan Inggris? mimpi!" "Sayang sekali, besok adalah hari wisuda Menda dan aku masih berada di tengah laut," gumam Askan. Namun, wajah Askan sama sekali tidak menunjukan keputusasaan seperti yang ditunjukan oleh Mendaline. Askan mengirim sebuah pesan lalu dia mengirimkan pesan itu ke nomor kontak yang diberi nama 'Kakak Ipar'. * Pada hari berikutnya, Mendaline masih merasa sangat was-was, dia sangat dilema, hari ini adalah hari wisudanya, sementara itu dia juga memiliki permasalahan penting yang harus segera dilaporkan. Ponsel Mendaline berdering. Mendaline melirik nama pemanggil di ponsel. Grace. "Halo, Grace," ujar Mendaline saat mengangkat panggilan. "Menda, apakah kau sudah keluar rumah?" tanya Grace. "Belum," jawab Mendaline. "Oh ayolah! hari ini hari penting. Ayo aku jemput kau dan kita sama-sama ke salon!" ajak Grace. Mendaline melihat jam, masih tersisa satu setengah jam lagi. "Grace, bisakah aku meminta bantuan mu sekarang?" tanya Mendaline. "Apa itu?" tanya Grace. "Paspor dan dokumen penting lainnya milikku hilang," jawab Mendaline. "Apa?" Grace kaget di seberang. "Bagaimana bisa hilang? aku taruh di mana?" tanya Grace. "Aku tidak tahu bagaimana hingga bisa hilang, yang aku tahu, aku menaruhnya di tempat paling aman, yaitu di dalam bantal tidurku, tapi saat aku mencarinya, barang itu sudah tidak ada lagi," jawab Mendaline. "Apakah kau yakin, itu benar-benar hilang diambil orang ataukah hanya tercecer saja?" tanya Grace memastikan lagi. "Aku yakin itu hilang, sebab jika orang lain tak sengaja mendapati dokumen itu maka mereka akan memberi tahuku, tapi aku merasa bahwa sesuatu hal buruk akan terjadi jika aku tidak segera mendapatkan kembali dokumen penting milikku. Aku juga tidak bisa bertanya pada pelayan rumah ini, kau tahu bagaimana perlakuan mereka padaku, kan," jawab Mendaline. "Aku tau. Jadi apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Grace. "Temani aku ke gedung Kedutaan Indonesia dan laporkan mengenai hilangnya dokumen penting milikku," jawab Mendaline. "Baik, aku akan segera menyuruh Steve agar menyetir dan membawaku ke depan gerbang rumahmu, tunggu aku!" Grace menutup panggilan. Setelah itu, dia menatap Steve yang sedang berdiri sambil melipat tangannya. "Sayang, sesuatu hal buruk terjadi pada Menda. Paspor dan dokumen penting miliknya hilang. Jika benda itu hilang maka dia akan sangat kesusahan berada di sini, kau tidak keberatan menemaniku untuk menjemputmu dan kita sama-sama mengantarkan dia ke gedung kedutaan Indonesia kan?" tanya Grace pada sang pacar. Steve menggelengkan kepalanya. "Aku tidak keberatan, tapi bagaimana dengan wisuda kalian?" jawab Steve sekaligus bertanya. "Nanti kita pikirkan jika sudah di jalan. Yang lebih penting adalah mendapatkan kembali dokumen penting miliknya," jawab Grace. Steve mengangguk mengerti, dia membantu Grace berberes dan segera masuk ke mobil untuk ke rumah Mendaline. Saat Mendaline keluar kamar, rupanya Mr. Brian telah menunggu di depan pintu. Hal ini membuat wajah Mendaline berubah kaku dan bertambah kesal, namun dia tetap berusaha agar apa yang terjadi tidak diketahui oleh Mr. Brian. Pasalnya dia tidak dapat percaya dengan Mr. Brian. "Nona, Tuan Barnett menginginkan Anda agar segera ke kantor beliau setelah wisuda Anda hari ini," ujar Mr. Brian. "Tidak perlu katakan, aku sibuk," balas Mendaline cuek. "Jika Anda ingin mendapatkan kembali dokumen penting milik Anda yang hilang," ujar Mr. Brian. Mendaline terdiam, sungguh betapa kesalnya ia setelah mendengar ucapan dari Mr. Brian yang tenang. Mendaline melirik ke arah Mr. Brian. "Apa mau laki-laki tua itu?" tanya Mendaline to the point. "Hanya ingin Anda pergi ke kantor beliau secepatnya," jawab Mr. Brian. Mendaline diam selama beberapa detik. Sial sekali nasibnya, dia ditekan sana-sini oleh berbagai pihak busuk. Mendaline benar-benar merasa putus asa. "Anda tidak akan menyesal. Ah, saya berpikir mungkin juga setelah Anda mengikuti keinginan Tuan Barnett, Ibu Anda tidak akan ditangkap atas tuduhan menghindari pajak," ujar Mr. Brian. Betapa kesalnya hati Mendaline. "Laki-laki tua bangka itu benar-benar menyebalkan," gumam Mendaline marah. Mr. Brian membuat gerakan persilakan dengan tangannya. "Saya akan mengantarkan Anda ke kampus untuk menghadiri acara kelulusan Anda, silakan ikut saya." Benar-benar sial! Dia benar-benar diawasi dan sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana ini? jika dia mengikuti Mr. Brian, maka dia dan Grace tidak akan bisa ke KBRI untuk melaporkan dokumen yang hilang, namun Mendaline melihat di sekelilingnya, ada dua pengawal yang benar-benar patuh terhadap ucapan dan perintah dari Mr. Brian. Nasibku benar-benar sial. Batin Mendaline putus asa. Terpaksa Mendaline harus melangkah mengikuti kemana Mr. Brian melangkah. Namun, diam-diam dia mengeluarkan ponsel dari saku blazer dan hendak menghubungi Grace, namun gerakannya diketahui oleh Mr. Brian. Mr. Brian memberi kode pada salah satu bodyguard untuk menyita ponsel milik Mendaline. "Sebaiknya Anda menikmati waktu ketenangan Anda sebelum sampai di tempat tujuan," ujar Mr. Brian. "Hei! siapa yang mengizinkanmu mengambil ponselku?! kembalikan!" perintah Mendaline. "Sebaiknya Anda patuh," ujar Mr. Brian. Mendaline bungkam. Dia benar-benar ditekan oleh b***k ayah tirinya. * Saat mobil yang membawa Mendaline keluar dari gerbang rumahnya, Mendaline melirik ke arah sekelilingnya, dia tidak menemukan keberadaan mobil sang teman. Satu menit saat mobil yang membawa Mendaline meninggalkan kediaman Barnett, mobil yang dikendarai oleh Steve tiba tak jauh di depan gerbang rumah milik Barnett. Grace mengintip ke dalam rumah. "Seharusnya Menda sudah menunggu di depan gerbang," ujar Grace. Steve bantu mencari keberadaan Mendaline. "Dia tidak ada di sini," ujar Steve. "Aku akan meneleponnya," ujar Grace. Steve mengangguk. Saat Grace menelepon nomor telepon Mendaline, nomor itu tidak aktif. "Tidak aktif," ujar Grace. Grace mencoba untuk menelepon sekali lagi, namun benar-benar tidak aktif. Kening Grace berkerut setelah dia beberapa kali gagal menelepon Mendaline. Steve melirik ke arah Grace. "Bagaimana?" tanya Steve. "Sepertinya sesuatu terjadi dengan Menda," jawab Grace. Grace melirik ke arah Steve. "Paspor hilang, begitu juga dengan dokumen penting yang hilang. Menurutmu, dokumen penting apa yang hilang?" tanya Grace. "Pastinya dokumen yang berhubungan dengan kewarganegaraan, paspor, visa tinggal, keterangan domisili ataupun akta lain yang membuktikan dia sah tinggal di sini," jawab Steve. "Dan sekarang aku tidak dapat menelpon Menda sepuluh menit setelah kita berada di sini," ujar Grace. "Apa yang harus kita lakukan? Menda tidak ada," ujar Grace. "Ikuti saja apa yang tadi Menda katakan padamu," jawab Steve. "Meskipun dia tidak ada?" tanya Grace. Steve mengangguk. "Ya." Grace mengangguk. "Baik, kita langsung saja ke gedung KBRI!" perintah Grace. Steve memacu laju mobilnya meninggalkan gerbang rumah Barnett. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN