Setelah makan malam, Faray pun duduk santai di depan televisi besar yang menampilkan sebuah drama, entah apa itu judulnya ia pun tidak tahu. Karena begitu dirinya duduk, televisi sudah menyala dan menampilkan adegan drama yang menurutnya kekanak-kanakan. Mungkin biasalah bagi para remaja yang menyukai hal-hal romantis. Ketika Faray tengah bersantai, lain halnya dengan Kayna yang masih menyibukan diri di dalam dapur. Ia masih berkutat dengan piring-piring kotor bekas makan malam tadi. Air yang bercucuran dari keran pun sama sekali tidak ia matikan, karena bilasan terakhir akan segera selesai. Seluruh wajah Kayna pun menjadi basah semua, sebab keran pencucian piringnya kali ini begitu deras, sehingga hampir membasahi seluruh tubuhnya. Terdengar bunyi benturan piring keramik dari dapur, mem