Arsa sudah berada di dalam ruangan papanya, Tuan Adi —sang presiden direktur, pemilik perusahaan. Sudah hampir dua puluh menit Arsa duduk di deretan sofa dalam ruangan itu, menunggu sang papa memeriksa laporan yang ia berikan. Tak ada percakapan di antara keduanya. Arsa sengaja membiarkan papanya memeriksa laporan tersebut dengan tidak mengajaknya ngobrol. Situasi seperti itu sudah sering Arsa rasakan. Baginya tak masalah, sebab itu memang sudah tugas dan kewajibannya. Di saat sang presiden direktur bekerja, maka tak sepatutnya Arsa mengganggu. Hingga lima menit kemudian berkas laporan itu pun Tuan Adi tutup. Lelaki tua itu melepas kacamata yang bertengger di atas hidungnya, lalu menatap sang putra. "Perfect! Sekertarismu itu selalu bisa diandalkan. Oh, sudah sah menjadi istrimu ya