Arsa sudah duduk di bangku kebesarannya ketika Sabrina masuk mengikuti. Sebuah sofa tunggal yang tampak empuk, membuat yang duduk di atasnya merasa nyaman. Sabrina masih berdiri di depan meja kerja Arsa, ketika sang suami tak kunjung bicara tetapi hanya diam. Gadis itu terus menunduk tak berani mengangkat wajah sebab Arsa masih terus menatapnya. Itu terlihat dari sudut mata Sabrina. "Sabrina, menurutmu apa solusi agar manajer itu tidak terus-terusan mendekatimu?" tanya Arsa yang akhirnya mulai bicara. Sabrina tentu saja terkejut dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut suaminya itu. Ia tidak menduga jika Arsa akan menanyakan hal yang ia sendiri tidak tahu jawabannya. "A—aku tidak tahu, Mas," lirih Sabrina. Arsa terlihat menarik napas kemudian menggeleng. Ia tahu dengan jelas j