9. Berani Bikin Masalah?

1598 Kata
‘Sekali bikin masalah sama si bos, seumur-umur hidup cecunguk akan sengsara!’ -Calya menatap masa depannya yang suram- * Beberapa saat sebelumnya, dengan langkah tegap dan yakin, seyakin khayalannya akan mendapatkan rubicon hijau army Rafi, Erlan berikan senyum terbaik ketika langkah kakinya mendekati tubuh gadis berbaju pink yang sedang berkacak pinggang itu. Mata Erlan memicing, coba menilai gadis yang menjadi targetnya. Berbaju pink berbahan dry-fit yang pas di tubuh tinggi langsing sekira yaah mungkin 170an centimeter, tubuh proporsional dan atletis, rambut hitam panjang dikucir kuda tinggi serta kulit yang nampak sawo matang. Penampakan gadis itu terlihat elegan tapi tidak berlebihan. Mata Erlan semakin memicing melihat sepatu running wanita merk adidas berwarna senada dengan outfit. Heeum harga sepatu itu lumayan menguras kantong. Berharap dia manis dan cantik kalau melihat penampilannya sih. Batin Erlan saat semakin mendekati Renatta. Tiga gadis yang menghadap ke arahnya, tampak heran melihat Erlan yang berdiri di sebelah Renatta, diam sedetik, ucap bismillah sebelum akhirnya berhasil menggandeng tangan si gadis dan menariknya lembut untuk berjalan, sesuai kesepakatan dengan Rafi, harus seratus meter! Hanya saja, sayangnya Erlan salah target. Seharusnya dia bisa menduga bahwa untuk tubuh atletis seperti gadis baju pink ini, pasti bukanlah sembarang gadis kebanyakan. Melainkan seorang…. “Heh, kurang ajar, siapa elu berani megang tangan gue!” reflek, Renatta yang punya dasar ilmu kempo dan bela diri keras lainnya, walau bukanlah yang taraf petarung, tapi tetap saja naluri petarungnya muncul dan segera lakukan teknik juho, dengan membanting tubuh lawan, walau tidak mematikan tapi mampu lumpuhkan lawan cukup efektif. Terdengar bunyi berdebum disusul jeritan kesakitan. “Aargh!! Saakiiit!” Rafi, Dandy dan Asa segera berlari ke arah Erlan yang sekarang sudah terkapar di atas paving block dengan kondisi mengenaskan! Lelaki tampan itu terlentang tak berdaya, sedangkan Renatta berdiri dengan wajah beringas,menekan leher Erlan dengan kaki kiri dan kedua tangan gadis itu memilin tangan kanan Erlan hingga terdengar bunyi ‘kreek’, tanda ada tulang yang dipatahkan. “Natta, hentikan! Jangan bunuh orang di sini!!” dua orang gadis lainnya berusaha menarik Renatta ke belakang menjauhi Erlan. Sedangkan salah satunya, Calya, berusaha membantu Erlan untuk duduk. “Jangan halangi gue! Nih cowok otaknya m***m banget, perlu dikasih pelajaran! Gue telanjangin aja ya! Ini udah termasuk pelecehan tahu! Menyingkir kalian semua!!” bentak Renatta. Katanya jika sedang emosi, maka energi akan terkumpul dan butuh dilampiaskan. Demikian pula Renatta, yang masih beringas ingin menghabisi Erlan, padahal lelaki itu sungguh sudah tidak berdaya. Renatta kibaskan kedua tangannya, dan berhasil melepaskan diri untuk merangsek maju mendekati Erlan yang sekarang meringis, merasakan kesakitan teramat sangat. “Lu mau merasakan systema* tepat di jantung lu, hah?” bentak Renatta lagi, sekarang dia mencekik leher Erlan membuat lelaki bertubuh kekar itu semakin tidak berdaya. “Natta, hentikan! Istighfar Nat!” bentak Calya, yang paham betul jika sang sahabat tidak lagi bisa dibendung jika sudah emosi. Cowok yang dihajar Renatta, wajahnya kok familier ya? Siapa nih? Calya coba perhatikan lagi wajah Erlan dengan seksama saat Erlan mendunga, mulutnya terbuka, menjerit kecil dalam hati karena akhirnya tahu siapa lelaki yang baru saja dilumpuhkan oleh Renatta. Huwaatt? Ini kan Pak Erlan! Si bos divisi utama! Matiii gue kalau sampai ketahuan gue sekantor walau beda divisi. Duh Natta!!! Callya ingin menangisi hidupnya, sudah terbayang kesulitan di depan mata saat tahu siapa lelaki itu. “Renatta, hentikan! Aku minta maaf karena ini semua salahku.” Sebuah suara terdengar panik menengahi pertempuran tidak imbang itu. Asa dan Dandy bertugas menarik tubuh Renatta menjauh dari Erlan, sedangkan Rafi berdiri tepat di depan Renatta, bermaksud untuk menyelesaikan salah paham yang ada. Mata Renatta membola saat melihat sosok Rafi yang dia lupa-lupa ingat. Gadis ini bergerak bak ulat keket, ingin membebaskan diri dari kuncian Asa dan Dandy, tapi sepertinya tidak mungkin karena dia kalah tenaga. Lagipula tingkat emosinya sudah jauh menurun. “Kamu…?” kening Renatta berkerut, berusaha keras berpikir siapa. “Iya, aku Rafi Wiryawan. Toronto Uni, ingat kan?” “Aaah… iyaa! Aku ingat! Temannya Kak Danen kan?” teriak Renatta, lompat-lompat gembira. Dalam sekejap, emosinya bisa berubah! Andai saja Erlan mendengar nama yang tersebut dari bibir penuh Renatta, dia bisa curiga, tapi karena fokus pada rasa sakit yang diderita, dia abai pada sekitar. “Raf, tolong bantu gue! Sakit banget ini. Dasar gadis bar-bar siaalaaan!” sebuah suara mengaduh kesakitan berbareng dengan u*****n, terdengar di telinga Renatta. “Heh siapa yang elu sebut gadis bar-bar? Mau gue bikin tulang yang lainnya juga patah?” tanya Renatta dengan nada sinis dan pandangan masih penuh kemarahan pada Erlan, “atau mau gue bikin elu impoten sekalian?” Andai saja ini sebuah film anime, akan bisa terlihat pancaran sinar membunuh antara Erlangga, lelaki bertubuh kekar dan atletis tapi tidak berdaya, melawan Renatta, gadis manis yang emosinya kembali tersulut. “Sini, gue layanin! Aww… aduuh duh sakiit!” harga diri Erlan sebagai seorang lelaki yang dilukai begitu saja oleh seorang gadis tanpa dia berikan perlawanan, membuatnya sakit hati juga dendam. Apalagi mereka menjadi tontonan gratis pengunjung taman itu. Semakin sakit hatilah dia! “Sudah, sudah. Elu Erlan, buat berdiri aja kesakitan kok ya masih nekat mau melawan gadis ini sih? Euum Nona juga, tolong jangan emosi ya. Jangan lukai lagi teman kami, lagipula ini bukan salahnya kok.” Asa coba menengahi, tidak mau lagi Erlan terluka. Dia melirik kesal ke arah Rafi yang hanya cengar-cengir saja. “Iya Renatta, ini salahku, maaf ya.” Rafi tangkupkan tangan di depan d**a. “Ada apa ini?” seorang tenaga pengamanan datang untuk mencek situasi terkini, tapi setelah dijelaskan oleh Rafi dan Calya, dia memberi saran agar Erlan segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. “Kami ke rumah sakit dulu ya, nanti aku telpon kalau sudah beresan. Kapan-kapan kita harus makan siang bareng.” Rafi melambai pada Renatta, toh dia sudah punya nomor telepon gadis itu. Di rumah sakit, paramedik yang berpengalaman segera memberi pertolongan pada Erlan. Belum juga selesai dibebat perban, gawainya menjerit, minta perhatian dari si pemilik. Erlan berikan isyarat agar Rafi yang menjawab panggilan itu. “Pak Kamil? Dia pengurus apartemen lu kan, Lan?” tanya Rafi dijawab anggukan samar Erlan yang lebih fokus mengerang kesakitan karena patah tulangnya itu. "Mas Wulan jangan banyak bergerak!" paramedik mendelik kesal diiringi kikikan tawa tiga teman setia yang membuat Erlan pasrah. “Raf, kebiasaan deh, nama gue Erlan, bukan Wulan!” desis Erlan membuat paramedis mendelik kesal karena si pasien banyak bergerak hingga dengan sengaja membebat sedikit keras agar Erlan fokus. “Awww… iya iya suster, maaf maaf.” “Ya Pak Kamil, ada apa?” Rafi memakai mode pengeras suara agar Erlan juga bisa ikut mendengar pembicaraan mereka. “Loh, mana Nak Erlan? Saya ada perlu penting dengan dia.” Tanya suara di seberang. “Ada pak, ini saya pakai pengeras suara agar Erlan bisa ikut mendengar. Mohon maaf dia sedang kesusahan berbicara saat ini. Ini saya Rafi pak, semoga bapak tidak lupa.” Andai saja ada yang memperhatikan empat kata terakhir Rafi, pasti akan menyadari adanya keanehan, kenapa pula Rafi berkata seperti itu. Bukankah Rafi sering main ke apartemen Erlan, terakhir malah beberapa hari lalu. Tapi, ketiga temannya sedang fokus agar Erlan teralih rasa sakitnya. “Ooh iya Nak Rafi. Tolong sampaikan pada Nak Erlan, karena ada sesuatu dan lain hal, ini bapak minta ijin untuk memindahkan barang-barang Nak Erlan ke lantai atas. Ke unit super suite kami.” Rafi tersenyum samar mendengar hal ini, ternyata rencana memang sudah mulai dilaksanakan! “Lantai itu kan griya tawang bukan sih pak? Terus, apakah Erlan harus tambah bayar? Saya yakin dia gak bakalan mau deh.” Padahal sebenarnya, ini semua sudah diskenariokan. Baik Rafi dan Pak Kamil hanyalah pemeran pembantu pada skenario ini. Pemeran utama show, tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidup mereka. “Iya benar Nak Rafi, griya tawang. Euum, jangan khawatir, Nak Erlan tidak perlu membayar tambahan karena ini kesalahan kami. Jadi ini semua free, gratis!” Ketiga pasang mata itu sekarang menjadi fokus pada Rafi yang mengangguk-angguk, berpura mengerti, “sesuatu dan lain halnya itu apa ya pak kalau boleh tahu?” “Ooh itu, tadi pagi teknisi mencek kondisi bangunan dan kebetulan di unit Nak Erlan entah bagaimana bisa, kok ada kebocoran di kamar mandi juga ada rayap. Mungkin juga ada kecoa?” penjelasan Pak Kamil membuat Rafi tertawa terbahak tapi hanya di dalam hati, dia harus hati-hati, tidak mungkin membuat rencana ini berantakan hanya karena salah bicara! “Baik Pak Kamil, terima kasih, nanti saya konfirmasi ke Erlan. Euum mungkin juga beberapa hari ini dia akan ada di rumah papa mamanya dulu pak.” Rafi mengakhiri pembicaraan itu. Menatap serius pada ketiga sahabatnya. “Gue gak perlu jelasin lagi kan? Kalian juga ikut dengar apa yang tadi dibilang Pak Kamil.” “Ya Tuhan, ada-ada aja siiih… Itu apartemen premium loh, kemarin-kemarin gak ada bocor, gak ada rayap, gak ada kecoa, kenapa bisa ada mendadak gini? Mana ngepas banget ama tangan gue yang patah gegara elu Raf! Rubi gak dapat, yang ada malah tangan gue patah! Tanggung jawab dong.” Omel Erlan pada sang sepupu. “Iya, gue bakalan tanggung jawab, tapi ntar gue pikirin dulu caranya ya.” Jawab Rafi, padahal dia sudah tahu apa yang akan dia lakukan. “Nelangsa banget hidup gue.” Keluh Erlan, disambut anggukan Rafi dan Asa. “Kayanya elu harus ganti nama deh Lan, biar gak dianggap Wulan.” Celetuk Dandy, antara serius atau tidak serius. “Atau ruqyah sekalian deh, ntar gue tanyain ustad kenalan Gendis yang biasa ruqyah ya!” Tentu saja Asa yang menimpali dengan wajah polos dan kalemnya itu mampu membuat Rafi dan Dandy terbahak, mengakibatkan kedua lelaki tampan itu diusir dari ruang IGD rumah sakit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN