"Akh!" pekik Azuraa ketika Emran melebarkan kedua kakinya dan menyingkap kain tipis yang masih menutupi area sensitif milik Azuraa.
Pemandangan yang indah di mata Emran. Bulu halus yang berbaris rapih membuat pemandangan bak surga dunia yang berbeda dari milik wanita lainnya termasuk istri Emran sendiri. Tanpa ragu, pria matang itu langsung membasuh dengan indra pengecapnya mengorek mencari gundukan mungil kecil yang bisa membawa kaum hawa melayang sampai langit ketujuh jika tombol itu disentuh dan dimainkan.
Milik Azuraa langsung berdenyut saat indra pengecap Emran bermain di miliknya yang masih merah itu.
Bukan hanya indra pengecapnya, Emran mengkombinasi permainannya dengan satu jari tengahnya yang menyusup masuk ke dalam.
"Ahhh ...." Azuraa melenguh panjang.
Emran tersenyum miring mendengar setiap suara yang Azuraa keluarkan. Begitu seksi di telinga Emran hingga dia tidak mau berhenti bermain di sana. Indra pengecapnya terus menggelitik cepat dan jarinya keluar masuk dengan cepat.
"Ahhh ... Pak Emran ... S-saya ...," erang Azuraa seraya meremas rambut Emran dengan kuat. Pinggul Azuraa terangkat.
Paham dengan tanda kaum hawa akan mencapai puncaknya, Emran menarik wajahnya menatap wajah Azuraa dengan ekspresi yang sulit di artikan, mata sayu Azura sambil mengigit bibir bawahnya hendak menahan sesuatu yang hendak meledak dalam dirinya membuat Emran semakin liar memainkan jarinya di dalam sana, semakin cepat hingga akhirnya ...
"Keluarkan, Azuraa! jangan di tahan!" titah Emran, serak. Terus memberikan getaran kuat jari tengahnya di dalam milik Azuraa.
"Ahhh ... Oh My! Sa-saya ingin ... Ahhh ...," jerit Azuraa bersamaan keluar semua cairan dalam dirinya hingga 'muncrat'.
Wajah Azuraa merona, dia tidak menyangka sampai seperti itu. Gelombang puncak kenikmatan yang baru pertama dia dapatkan dari seorang pria. Pasalnya, selama hampir enam tahun menikah dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan kepuasaan seperti saat ini. Pemanasan yang suaminya lakukan tidak sama seperti yang saat ini Emran lakukan padanya.
Tunggu dulu. Apa ini? Mengapa dia membandingkan suaminya dengan atasannya. Ah, Azuraa sudah gila. Ya, dia gila karena rangsangan yang Emran buat pada dirinya. Di tambah obat perangsang itu. Sungguh ini bukan Azuraa yang sebenarnya jika tidak ada obat perangsang dalam minuman yang Emran suguhkan padanya. Sial! Azuraa merutuki dirinya yang kurang waspada.
Emran menyeringai puas melihat tubuh mungil Azuraa yang bergetar hebat. Tanpa menunggu Emran membuka kemeja dan celana panjangnya. Pahatan otot yang pas di tubuh atletisnya membuat Azuraa terpesona dan ingin mengusapnya bahkan masuk dalam setiap lekuknya. Emran berdiri di depan wajah Azuraa bersamaan dengan adik kecilnya yang sudah mengacung di depan wajahnya minta pertanggungjawaban untuk segera di puaskan bagaimana pun caranya.
"Puaskan aku seperti kamu memuaskan suami kamu, Ra!"
Azuraa menelan salivanya, benda tumpul itu lebih besar, panjang dan berurat mengelilinginya begitu kentara menonjol. Dia tidak yakin bisa melahap semuanya dari kepala sampai ke ujung pangkal batangnya.
Dengan jari lentiknya Azuraa mulai mengusap dan menggenggam dengan kedua tangannya. Sementara Emran merangkum semua rambut Azuraa, melilitkannya di tangannya.
Perlahan Azuraa mulai menjilat dari ujung pangkal batang lurus hingga kepala, perlahan ... hingga akhirnya Azuraa mengulum seluruh batang berurat itu dengan liarnya.
"Ohhh ... luar biasa." Emran mengerang, erangan menandakan pria itu menikmati setiap perlakuan Azuraa pada kejantanannya.
Tidak tahan, Emran menahan kepala Azuraa dan mendesak miliknya masuk lebih dalam hingga mulut wanita itu penuh dengan batang berurat milik Emran. Sudut mata Azuraa mengeluarkan air mata karena panjangnya milik Emran sampai ke kerongkongannya.
'Pria berengsek!' umpat Azuraa dalam hatinya. Bagaimanapun suaminya tidak pernah memperlakukannya seperti jalang, seperti apa yang saat ini Emran lakukan padanya. Kalau bukan karena kepepet, Azuraa tidak akan di posisi seperti ini.
Emran bergerak cepat mengeluar masukan miliknya di mulut Azuraa hingga wanita itu terengah.
"Kenapa mulut kamu nikmat sekali, Ra?" racau Emran di tengah gerakan pinggulnya yang intens dan berirama sedang.
"Apa mulut bawah kamu juga senikmat ini?" Kembali pria itu meracau kata-kata vulgar.
Emran mengakhiri aksinya, dia mengangkat tubuh Azuraa. Memposisikan tubuh mungil itu di hadapannya dengan kaki yang sudah melebar siap di masuki.
"Siap?" Emran menatap Azuraa dengan mata berkabut penuh gairah yang sudah sampai di ubun-ubun.
"Ya, Pak."
"Sebut nama saya kalau kita sedang bercinta seperti ini, Azuraa!"
"I-iya, Emran, tapi tolong lakukan perlahan," pinta Azuraa.
"Aku tidak janji," sahut Emran seraya menatap kedua bukit kembar milik Azuraa dan dia berniat memberi tanda kepemilikan di sana banyak-banyak.
Emran mengusap miliknya di bawah sana sebelum akhirnya dia menerobos masuk bersamaan pekikan meluncur dari bibir mungil Azuraa.
"Ahhh ...."
Sudah hampir sebulan lebih wanita itu tidak dimasuki suaminya, tentu saja ketika benda tumpul milik Emran masuk, Azuraa merasa seperti gadis lagi di tambah milik Emran lebih besar dan panjang.
Emran sendiri merasa dia sedang memasuki seorang gadis bukan wanita bersuami. Milik Azuraa begitu rapat dan mencengkram miliknya di dalam sana.
Perlahan dia menggerakkan pinggulnya, gesekan kulit dengan kulit membuat sensasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Hanya desahan, rintihan dan erangan yang mewakilkan rasa itu. Kamar hotel mewah malam ini melantunkan semua itu.
Bunyi decak penyatuan kulit pun terdengar begitu berirama. Semakin cepat dan liar.
"Ahhh ... Emran, pelan-pelan ... saya tidak kuat," teriak Azura frustasi karena gairah Emran yang membabibuta membuat Azuraa kewalahan melayani hasrat besar sang atasan.
"Tahan, Ra. Sebentar lagi!" Emran tahu kalau Azuraa sudah mencapai puncaknya lebih dulu tapi dia belum.
Milik Azuraa berdenyut-denyut membuat milik Emran akhirnya menembakan cairan kentalnya di dalam dinding rahim sang sekretaris.
Emran mengerang kuat, "Ohhh ... Azuraa ... kamu benar-benar nikmat, Sayang!" racaunya seraya menghentakan kuat beberapa kali miliknya bersamaan tembakan cairan kental miliknya.
Azuraa tidak mengindahkan pujian Emran untuknya. Dia sudah terlalu lelah melayani pria yang hyper itu.
***
Tidak puas bermain di sofa, Emran mengangkat tubuh mungil Azuraa dan melemparnya ke kasur yang berukuran besar itu. Kembali mengungkung tubuh mungil itu dan melanjutkan permainan panasnya.
Seperti bertemu dengan mainan baru, Emran tidak puas dengan satu kali permainan saja. Di kasur ini adalah ronde keduanya setelah beberapa menit lalu dia menyesap nikmatnya istri orang. Hingga Emran ketagihan.
"Kalau saya tahu kamu senikmat ini, sejak dulu saya pakai kamu, Ra!" seloroh Emran seraya memacu tubuh Azuraa dengan posisi bak menunggang kuda.
Plak!
Plak!
Emran menampar gemas b****g indah Azuraa kemudian meremasnya.
"Istri siapa ini nakal sekali!"
"Ck! Hentikan berceloteh Emran! Lebih dalam lagi!"
"Hohoho ... lihat siapa sekarang yang memohon."