Saling Memuaskan.

1048 Kata
Azuraa bertemu Emran di lobby hotel, wanita itu sudah tampil cantik dengan gaun berwarna hitam, simpel namun elegan dengan sepatu hak tinggi membuat kaki jenjang Azuraa semakin indah terlihat di mata Emran. "Kamu terlihat cantik malam ini, Ra," puji Emran yang tidak kalah tampannya dengan setelan kemeja dan jas yang senada dengan Azuraa. Seperti jajian padahal tidak, keduanya memakai pakaian serba hitam. "Terimakasih, Pak. Bapak juga terlihat tampan," balas Azuraa. Emran memberikan siku tangannya, sontak Azuraa merangkulnya. Keduanya bergandengan masuk ke dalam sebuah restoran fine dining. *** Selesai dengan acara makan malam dengan klien spesialnya. Emran mengajak Azuraa masuk ke dalam kamar mewah di hotel tersebut yang sudah dia sewa. Emran melepas jasnya dan menaruhnya ke atas kasur. Kemudian dia mengambil sebuah paperbag yang sudah tersedia di atas meja. "Ganti pakaian kamu dengan ini, Azuraa," titah Emran sembari menyerahkan satu paperbag pada wanita yang bernama Azuraa Zafina-salah satu dari tujuh Sekretaris yang dia miliki. Tanpa ragu Azuraa mengambil lalu pergi meninggalkan sang atasan, masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Di dalam kamar mandi, kedua mata Azuraa membelalak lebar ketika dia mengeluarkan isi paperbag pemberian Emran. Dengan ujung jarinya, Azuraa mencubit tali kecil pakaian tidur dengan bahan tipis itu, dia menyeringai geli karena membayangkan tubuhnya harus terbalut lingerie seksi seperti ini di hadapan atasannya sendiri. "Azuraa!" Suara bariton Emran membuat Azuraa terhenyak dan langsung melepas pakaian formalnya, menggantinya dengan lingerie berwarna merah maroon itu dengan segera. Azuraa melihat dirinya dari pantulan cermin yang ada di dalam sana. Dirinya sudah seperti jalang. Kalau saja tidak mengingat kontrak yang terikat siang tadi dengan Emran, Azuraa pastikan dia tidak akan menjadi wanita seperti sekarang ini. "Maafkan aku, Mas Malik, aku harap kamu nanti mengerti apa yang aku lakukan ini untuk kamu," bathin Azuraa, lirih. "Azuraa!" ulang Emran memanggil untuk kedua kalinya. Pasalnya, sang sekretaris terlalu lama di dalam kamar mandi. "Apa yang dia lakukan di dalam sana?" monolog pria yang sudah tidak sabar itu seraya menuang dua gelas dengan minuman beralkohol mahal. Ceklek! Emran menoleh ke asal suara, bersamaan keluar dari ambang pintu kamar mandi sosok yang sudah berubah karena pakaian yang dia kenakan. Emran menelan salivanya kasar, buru-buru dia menyeruput isi gelas yang di pegangnya untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mengering. Perlahan Azuraa melangkah dan mendekat. "Heum, di luar ekspektasi." Entah itu pujian atau bukan Azuraa masabodoh, meski sedikit membuat pipinya merona karena malu. Emran memberikan satu gelas lainnya pada sang sekretaris yang sudah berpenampilan menggoda itu. Kemudian dia duduk di sofa. Azuraa berdiri di tengah kamar hotel yang paling termahal dan mewah, menunggu perintah Emran selanjutnya. Dia mulai meminum isi gelas pemberian pria itu. Meski pahit dan getir Azuraa menenggaknya. Tidak lama dia merasa tubuhnya mulai menghangat dan lama kelamaan ... dia merasa ada yang lain dalam dirinya yang mulai terbakar ... gairahnya ... Azuraa yakin ada sesuatu yang Emran berikan pada minuman yang dia minum tadi. "Menarilah!" Azuraa mendengar titah Emran barusan, dia mulai menggerakan tubuhnya perlahan. Meliak liuk mengikuti alunan musik dari ponsel Emran. Senyum khas pria bertubuh atletis itu tercetak di wajah tampannya yang saat ini terukir garis penuh hasrat. Sorot mata yang ingin menelan bulat-bulat sang sekretaris yang sedang bergerak erotis di depannya. Bukan hanya Azuraa yang kepanasan karena obat perangsang yang Emran teteskan di minumannya, Emran sendiri saat ini mulai gerah melihat tubuh seksi sekretarisnya itu. Tidak menyangka satu dari tujuh sekretarisnya yang selalu berpakaian sopan dan resmi saat di kantor memiliki tubuh seindah ini, kulit putih Azuraa memang terlihat dari wajah tangan dan kaki jenjangnya saat di kantor. Tapi kulit tubuh dalamnya lebih putih dan berkilau. Dan ... puncak bukit kembarnya tercetak jelas di balik kain tipis itu, mungil dan masih berwarna merah muda. Mata Emran menangkap itu dengan jelas di matanya yang mulai berkabut gairah. "s**t!" umpat Emran ketika Azuraa mengusap bokongnya sendiri dan pinggulnya bergoyang memutar. b****g yang bersih dan bulat kecang. Bagaimana wanita bersuami seperti Azuraa memiliki tubuh seperti gadis perawan, benak Emran sudah traveling kemana-mana. Satu jari Emran mengacung dan bergerak memberi kode pada Azuraa agar mendekat. Sesuai perintah sang atasan. Wanita itu mendekat dengan jalan bak model papan atas. Emran menarik Azuraa hingga wanita itu jauh di pangkuannya. Tangan kekar yang biasa memegang pulpen untuk membubuhkan tandatangan di atas dokumen yang Azuraa sering bawa, kini tangan yang sama mulai menjamah kulitnya yang putih dan mulus. Mengusap pipi Azuraa dengan lembut. "Apa kamu sudah siapa?" bisik Emran seraya mengendus daun telinga Azuraa. Turun ke leher jenjangnya. "Sshhh, saya siap, Pak," jawab Azuraa dengan berdesis. Bagaimana dia tidak berdesis saat tangan kekar itu mulai mengusap dua bukit kembarnya tepat di puncaknya. Emran menarik tengkuk Azuraa dan mulai melumat bibir yang baru saja mengeluarkan desisan itu dengan liarnya. Indra mengecapnya menerobos masuk mengabsen semua dalam mulut Azuraa. Wanita itu tidak kalah agresifnya, dia pun memainkan indra pengecapnya hingga saling bertautan di dalam sana. Keduanya saling menyesap. Tangan Azuraa sudah melingkar di pundak Emran, sementara pria itu tidak membiarkan tangannya menganggur. Mulai menjelajah dan meremas lembut kedua bukit kembar yang ukurannya pass di tangannya. Padat dan sekal, hingga membuatnya gemas dan berakhir dengan remasan yang kencang. Azuraa mengerang dalam ciuman basahnya ketika remasan tangan Emran semakin kencang dan sesekali pria itu memilin puncaknya. Emran melepas lumatan bibirnya saat keduanya hampir kehabisan nafas, wajah Azuraa memerah begitu juga dengan bibirnya yang menebal. Napas memburu keduanya semakin membuat suasana bertambah panas. Selanjutnya dua bukit kembar milik Azuraa menjadi sasaran Emran berikutnya. "Ahhh ...," desah Azuraa tidak tertahankan saat Emran menghisap kedua bukit kembarnya bergantian bak bayi haus akan asupan energinya. Jemari lentik dengan kuku indah milik sang sekretaris menyusup di rambut sang atasan dan meremasnya dengan lembut. Sebuah tanda yang Emran tangkap kalau Azuraa menikmati permainannya. Dengan d**a membusung dan menekan kepala Emran di sana itu bukti kalau Azuraa menginginkan pria itu tetap bermain di sana. "Ahhh ...." Entah sudah desahan yang keberapa, kali ini Azuraa dibuat kembali merasakan permainan Emran yang lainnya. Ibu jari pria itu mengusap dan menekan sedikit bagian tengah area sensitif Azuraa dengan tepat sasaran. Lihat, Emran memang paling pintar untuk hal satu ini, memuaskan kaum hawa. Azuraa bersandar pada tangan sofa sementara Emran memberikan ciuman disetiap inchi kulit putihnya hingga sampai bagian bawah tubuh wanita bersuami itu. Ya, Azuraa memang sudah bersuami dan Emran sendiri pun sudah beristri. Tapi saat ini dua insan manusia itu menyingkirkan status mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN