Bertemankan lampu kamar yang padam, dan hanya menyisakan lampu kecil berwarna kuning. Indira menangis dengan isakan kecil yang mungkin hanya dapat didengarnya. Ia menyesali keputusannya yang mengizinkan Kenan untuk bertandang ke rumahnya. Ternyata hal yang dikiranya kebaikan itu malah berbuntut panjang yakni, sebuah kesalahpahaman besar. Semua orang benar-benar menyalahkannya kini. Beberapa kali pula ponselnya berdering. Namun dengan sengaja gadis yang tengah terisak itu mengabaikannya. Hingga beberapa menit kemudian tak lagi terdengar. Ponselnya senyap kembali. Ketika Indira sudah merasa lelah karena menangis terus-terusan seorang diri. Mungkin sudah satu jam lamanya gadis itu menyesali segala pertemuannya hari ini dengan Kenan. Pintu kamarnya terbuka secara paksa. Terkejutlah ia.