Bab 7 Dituduh Mencuri

1184 Kata
Mendengar perkataan Satpam itu, Alina pun mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya, lalu menyerahkannya pada Satpam. " Aku memang tidak punya uang, tapi aku ingin berbelanja disini dengan menggunakan kartu ini." Salah satu Satpam menerima kartu tersebut dan langsung terkejut. Matanya menatap Alina dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana mungkin Wanita yang dikatakan mantan pembantu itu ternyata memiliki kartu special untuk digunakan di tempat tersebut. “ Siapa anda? Bagaimana kartu ini bisa ditangan anda?” ucapnya dengan tatapan menyelidik wajah Alina. Namun nada bicara begitu hati – hati. Melihat kejadian itu, Lucy semakin geram, dia dengan cepat menghampiri Satpam tersebut dan berakat. “ Kenapa kali hanya diam! Sudah jelas si buluk ini tidak punya uang! Jadi, cepat usir dia!” bentaknya dengan keras. “ Kakasihku mulai tidak nyaman dengan keadaan perempuan ini. Kalau kalian berdua masih betah bekerja disini, cepat lakukan apa yang diperintahkannya!” sahut Reno penuh penekanan. Wajahnya sudah mulai berubah gelap. Kedua Satpam terlihat kebingunan. Disisi lain, mereka tahu siapa Reno Bimantara. Keluarga Bimantara adalah salah satu dari sepuluh keluarga terdekat dengan Pimpinan Bima Corp. sementara , tempat tersebut adalah milik Bima Corp. Kalau melakukan apa yang diperitahkan oleh Lucy dan Reno, mereka takut kalai Alina memang bagian dari keluarga Abiman, karena kartu tersebut menunjukan identitas siap pemiliknya. “ Sebentar, Tuan. Kami masih harut tahu dulu, darimana Wanita ini mendapatkan kartu Mountain Platinum ini.” Diluar dugaan, Lucy langsung merebut kartu tersebut dari tangan Satpam. “ Memang, apa hebatnya kartu ini, sampai kalian tidak mendengarkan perkataan Tuan Reno?” matanya memperhatikan kartu yang dimaksud. “ Maaf Nona, kartu itu bukan kartu biasa, tapi kartu itu menunjukan siapa pemegangnya. Ada tiga jenis kartu yang dikeluarkan oleh Bima Corp. Dan kartu yang dimiliki oleh Nona ini, jelas menunjukan kalau Nona ini bagian dari keluarga Abimana.” Lucy terkejut mendengar penjelasan Satpam tersebut. Matanya mentap tajam Alina, lalu berkata. “ Kamu dapat darimana kartu ini? karena aku yakin, kartu ini bukan milikmu?” bentak Lucy terlihat sedikit panik, apa benar Alina ahli waris keluarga Abiman, seperti yang tadi dikatakannya. “ Apakah ada cara untuk mengetahui pemilik kartu ini?” tanya Reno sambil mengambil kartu itu dari tangan Lucy. “ Tentu saja, Tuan. Setiap kartu sudah ada regristasinya. Nomor kartu ini bisa menunjukan siapa pemilik sebenarnya.” Mendengar jawaban Satpam, Reno pun akhirnya memiliki ide. “ Coba kamu cek langsung Kartu ini, agar kita bisa tahu siapa pemilik kartu ini sebenarnya.” Reno menyerahkan kartu itu kembali ketangan Satpam. Dan salah satu Satpam mengangguk, lalu dengan cepat pergi menuju kantor pengelola untuk mengcek kartu itu sebenarnya milik siapa. “ Aku yakin kartu itu bukan milikmu, kan? Sebaiknya ngaku saja Alina, kamu nyuri dari siapa kartu itu, sebelum nanti kami menemukan bukti siapa pemilik kartu itu sebenarnya.” Alina terlihat semakin membeku. Ketakutan mulai menjalar dalam tubuhnya. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena kartu tersebut memang bukan miliknya. Mandy meminjamkannya untuk bisa dipakai berbelanja dipusat – pusat perbelanjaan milik Bima Corp, sementar miliknya masih dalam proses pembuatan, dan baru selesai besok siang. Wajah Alina terlihat pucat, keringat muali membasahi tubuhnya. Bagaimana kalau akhirnya dia di tuduh mencuri? Dan bagaimana kalau langsung diserahkan pada Polisi? Tentu saja Alina semakin ketakutan. Bagaimana pun dia belum pernah berurusan dengan pihak Polisi sebelumnya. Melihat perubahan wajah Alina, Lucy pun langsung tertawa puas. “ Hahahaha…sudah aku duga, kamu memang mencuri kartu itu dari orang lain,” ucapnya dengan keras, membuat orang – orang kembali memperhatikan Alina. “ Ternyata ini pekerjaan kamu sekarang Alina. Setelah keluar dari rumahku, kamu jadi tukang copet!” “Oh…jadi Wanita ini Copet? Jangan – jangan tujuan sebenarnya kemari hanya untuk mencari mangsa, mencopet kita orang!” “ Iya, bisa jadi. Sebaiknya kita amankan saja Wanita ini, sebelum ada korban diantara kita!” Mendengar beberapa orang langsung menghakiminya dengan tuduhan copet, Alina pun semakin ketakutan. Mau menghubungi Mandy ponselnya tertinggal didalam mobil, sementara untuk pergi dari tempat itu adalah hal yang tidak mungkin, karena Lucy sudah pasti tidak akan mengijinkannya. “ Sudah, sebaiknya kamu bawa saja dia ke pos keamanan, sambil menunggu temanmu membawa bukti kalau kartu itu memang bukan milik dia.” Satpam itu masih ragu – ragu untuk mengambil keputusan. Kalau memang benar Alina pencuri mungkin nasibnya akan baik – baik saja, bahkan mendapat pujian dari pemilik kartunya yang dicuri. Tapi kalau ternyata Wanita ini benar – benar pemiliknya, maka habislah dia. Reno yang merasa sudah tidak sabar, karena habis belanja dengan Lucy mereka akan menghabiskan malam bersama disebuah hotel pun merasa geram. “ Cepat bawa Wanita ini keluar dari sini! Atau aku akan meminta Nona Mandy untuk memecatmu dan juga temanmu!” Tentu saja perkataan Reno membuat Satpam itu pun tidak punya pilihan lagi, selain membawa Alina menuju pos keamanan sambil menunggu temannya kembali membawa hasil pemeriksaan kartu tersebut. “ Apa yang anda lakukan! Saya bukan pencuri, saya hanya dikasih pinjam kartu itu untuk saya pakai beli baju!” Perkataan Alina tentu saja membuat Lucy tertawa puas. Kini dugaannya benar, kalau Alina benar – benar pencuri. Padahal Alina hanya dipinjamkan kartu itu oleh Mandy. Tapi perkataan Alina ini tidak merubah keadaan. Satpam pun terus membawa Alina menuju pos Satpam, diantar pandangan dan tawa puas Lucy serta beberapa orang lainnya. *** Di Mountain Park “ Kamu dapat dari mana kartu ini?” tanya salah seorang Wanita berusia sekita tiga puluh tujuh tahun sambil meneliti keaslian kartu Mountain Plattinum yang kini berada ditangannya. Sepertinya Wanita itu memiliki jabatan penting di Pengelolaan Mountain Park. “ Ada seorang perempuan dengan penampilan lusuh, dia ingin berbelanja disini dengan menggunakan kartu ini,” jawab Satpam itu menjelaskan. Wanita itu meletakan karu diatas meja, lalu berkata. “ Kartu ini adalah identitas keluarga Abiman. Bagaimana bisa orang seperti yang kamu sebutkan itu memiliki jenis kartu ini.” Staf perempuan itu mengerutkan dahinya. “ Justru dengan alasan itu saya menghadap Bu Soffy, karena ingin mengetahui, siapa pemilik kartu ini. Kami mencurigai kalau perempuan itu seorang pencuri,” jawab Satpam sambil menunduk. Wanita yang bernama Soffy segera memasukan deretan angka yang tertera dikatu tersebut. Lalu menunggu beberapa saat sebelum akhirnya muncul sebuah nama yang tentu saja membuat matanya terbuka lebar. “ Sial! Siapa orangnya yang sudah berani mencuri kartu ini dari Nona Mandy Sanjaya?!” Teriakan Soffy tentu saja membuat Satpam dan beberapa karyawan lainnya terkejut. “ Apa!!!” Kedua mata Satpam seperti mau loncat saat mendengar perkataan Soffy barusan mengenai kartu itu yang tiada lain adalah milik Mandy Sanjaya, sekertaris pribadinya Alina Abimana sebagai President Direktur Bima Corp. Soffy benar – benar marah dengan kejadian itu. Bagaimana bisa seseorang begitu tidak tahu diri, mencuri kartu milik orang nomor dua di Bima Corp itu. Apakah orang itu benar – benar sudah tidak waras? Atau memang sudah bosan hidup bebas diluaran, hingga melakukan hal sebodoh itu, yang tentu saja akan membuatnya menderita sangat lama didalam penjara. “ Tidak salah lagi, Wanita yang kamu sebutkan itu memang seorang pencuri. Jadi sebaiknya bawa pencuri it uke Pos Keamanan sekarang, dan aku akan menghubungi Nona Mandy untuk datang.” Satpam itu pun berdiri. “ Baik Bu, saya akan menjalankan perintah ibu segera,” jawabnya sambil membalikan badan lalu berjalan keluar dari Kantor Pengelola Mountain Park.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN