Pertanyaan Nana untuk Davin

686 Kata
Davin selesai makan dan membayar tagihan. Mereka berjalan keluar restoran menuju mobil. Hujan masih turun deras. Saat mereka sampai di mobil, Davin membuka pintu untuk Nana. Sebelum masuk ke mobil, menatap Davin, “Davin, boleh tanya sesuatu?” Davin tersenyum ramah, “Tentu, ada apa?” Nana pun bertanya, “Istri kamu nggak marah kalau tahu kita ada dalam satu mobil?” Davin tersenyum lebar, kemudian tertawa kecil, “Mbak Nana, tenang saja. Aku belum menikah. Jadi nggak ada istri yang akan marah, pacar pun tak punya. Aku jomblo happy.” Nana: sedikit terkejut, lalu tersenyum canggung, “Oh, begitu.” Davin masih tersenyum, membuka pintu mobil lebih lebar, “Silakan masuk, Mbak Nana. Kita lanjutkan perjalanan.” Nana mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Davin menutup pintu dan berjalan ke sisi lain mobil, masuk ke kursi pengemudi. Davin memasang safety belt, melihat ke arah Nana, “sudah siap?” Nana memasang safety belt, mengangguk, “Ya, sudah.” Davin mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil perlahan di tengah hujan deras. Perjalanan mereka kembali dilanjutkan menuju puncak, kali ini dengan suasana yang sedikit lebih akrab. Di tempat lain Shakira sudah tiba di Tempat Desainer. Shakira tiba di sebuah butik desainer ternama. Ia disambut oleh seorang pegawai yang ramah. “Selamat datang, Mbak Shakira. Silakan masuk, kami sudah menyiapkan beberapa pilihan gaun untuk Anda lihat,” ucap pegawai butik. Sebelumnya Shakira memang sudah menghubungi pihak butik. Shakira menjawab, “Terima kasih. Saya ingin memilih gaun yang spesial untuk akad nikah saya.” Shakira berjalan mengikuti pegawai butik menuju ruangan yang dipenuhi gaun-gaun cantik. Ia mulai melihat-lihat dan mencoba beberapa gaun. Shakira mencoba gaun pertama, memandang cermin, “Hmm, cantik, tapi belum cocok.” Pegawai Butik bertanya, “Bagaimana dengan yang ini, Mbak?” Pegawai menunjukkan gaun lain dengan detail renda dan kristal Shakira pun mencoba gaun kedua, tersenyum puas, “Ya, ini lebih bagus. Tapi saya ingin mencoba yang lainnya juga.” Shakira terus mencoba beberapa gaun lagi, akhirnya menemukan gaun yang paling ia sukai. Shakira berseru, “Ini dia! Gaun ini sempurna. Saya ingin memakai ini saat akad nikah.” Pegawai Butik memuji, “Pilihan yang sangat bagus, Mbak Shakira. Kami akan menyiapkan semuanya untuk Anda.” Sementara itu, di tempat lain, Kenzi sedang mengemudi menuju rumahnya. Ia terlihat kesal dan lelah. Kenzi berbicara pada dirinya sendiri, “Shakira terus menguras tabunganku. Aku sudah berusaha keras, tapi rasanya dia tak pernah puas. Padahal dulu Nana tak pernah meminta macam-macam seperti ini.” Kenzi menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sambil tetap fokus mengemudi. Setibanya Kenzi di Butik. Kenzi tiba di butik dengan wajah lelah dan langkah berat. Ia melihat Shakira yang sedang memandang gaun di cermin. Shakira langsung berlari mendekati Kenzi dan memeluknya. Shakira berseru, “Kak Ken! Kamu sudah sampai. Aku sedang memilih gaun, kamu harus lihat beberapa pilihanku.” Kenzi memaksakan senyum, “Tentu, sayang. Aku akan melihatnya.” Shakira mengajak Kenzi melihat beberapa gaun yang telah ia coba. Shakira berganti gaun beberapa kali, meminta pendapat Kenzi setiap kali. Shakira bertanya, “Bagaimana dengan yang ini, Kak?” Shakira berputar dengan gaun berwarna putih dengan detail renda. Kenzi mengangguk, “Bagus, Shakira. Kamu terlihat cantik.” Shakira laly berkata, “Tapi rasanya masih kurang spesial. Coba yang ini lagi, ya.” Shakira oun mengganti gaun lagi. Shakira terus mencoba beberapa gaun, hingga akhirnya menemukan satu gaun yang paling ia sukai. Gaun yang sebelumnya ia sukai. Shakira berkata pada Kenzi dengan antusias, “Ini dia, Kak. Gaun ini luar biasa, bukan?” Shakira memakai gaun terbaik dan termahal di butik. Kenzi berusaha tetap tersenyum, “Iya, cantik sekali. Tapi harganya…” Shakira memotong ucapan Kenzi, “Kak, untuk hari spesial kita, aku ingin yang terbaik. Aku yakin kamu setuju kan?” Kenzi menggerutu dalam hati, tetapi tetap tersenyum, “Iya, tentu. Kalau kamu suka, aku juga suka.” Shakira tersenyum lebar, merasa puas dengan pilihannya. “Terima kasih, Kak Ken. Kamu memang yang terbaik.” Kenzi hanya bisa mengangguk, sambil menghela napas dalam hati, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya. “Apa aku batalkan saja ya pernikahanku ini? Aku merasa Shakira banyak mau sekali,” batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN