“Mbak, sepertinya akan lebih baik kalau kita tunangan dulu,” kata Davin dengan nada serius. Nana menatap Davin dengan terkejut. “Apa? Tunangan?” tanyanya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Davin mengangguk. “Iya, Mbak. Aku ingin mengikat Mbak. Aku tidak mau kalau ada yang menikungku. Dan lagi, kalau Mbak sudah tunangan denganku, Mbak bisa mendapatkan apartemen dari ayahku. Aku benar-benar tidak tenang jika Mbak serumah dengan orang-orang itu.” Nana merasa senang dengan perhatian Davin, namun ia juga ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik. “Oh, jadi seperti itu,” balas Nana dengan nada pelan. Davin mengangguk, lalu meminta kembali agar Nana mau bertunangan dengannya. “Mbak, aku mohon, pikirkan lagi. Aku benar-benar serius tentang ini.” Nana menghela nap