Nana baru saja menyelesaikan sholat subuh. Ia lalu menangkupkan kedua tangan di depan wajah. Matanya terpejam, dan bibirnya mulai bergetar melafalkan doa. Ia memohon agar segala urusannya dilancarkan, terutama hari ini, saat Davin akan datang ke rumahnya untuk bertemu dengan Ganang dan Imanuela. “Ya Allah, lancarkanlah hari ini,” bisik Nana dalam doanya. “Berikanlah kemudahan dan bukalah hati orang tuaku agar bisa menerima Davin dengan baik. Aku tahu, ini bukan hal yang mudah, tapi aku berharap semuanya berjalan lancar.” Nana merasa detak jantungnya sedikit lebih cepat dari biasanya. Ada kegelisahan, tetapi juga harapan. Pertemuan ini adalah langkah penting bagi hubungan mereka, dan Nana ingin semua berjalan tanpa hambatan. Meski ia tahu Davin adalah pria yang baik dan tulus, Nana tak bi