“Bil! Motorku kenapa, ya?” tanya Inara dari teras. Ia sedang bersiap pergi ke kampus. Inara berulang kali menekan tombol starter. Namun, mesin tak kunjung menyala. Gadis itu berdecak kesal. “Bil! Tolongin, dong!” Inara berteriak kembali. Syabil belum juga keluar. Ia melihat waktu yang tertera di layar ponsel. Lima belas menit lagi kuliah dimulai. “Duh, anak ini ngapain, sih?” Inara berjalan masuk ke rumah. Ia bahkan lupa melepas sepatu. Padahal, tadi selepas subuh, Syabil sudah membersihkannya, menyapu dan mengepel. “Syabil! Motorku mogok.” Inara mulai membuka pintu kamar. “Padahal bensinnya pe—“ Inara menghentikan ucapannya begitu pintu terbuka. Terlihat, suaminya sedang memakai celanan panjang, baru satu kaki yang masuk. Inara langsung memutar tubuh dan menempelkan punggungnya ke di