Peristiwa kecupan biskuit yang tidak terduga, membuat Inara menjadi lebih extra hati-hati terhadap Syabil. Dirinya bukan tidak menyukai hal tersebut. Ia malah jadi sering tersipu malu saat sedang sendirian. Kejadian tersebut masih berkelebat dalam ingatannya. Ciuman pertama, secara tidak langsung bisa dianggap seperti itu. Ruang untuk rasa cintanya pada Syabil menjadi semakin besar di hatinya. Namun, gengsi seorang Inara masih juga belum turun kadarnya. Inara hanya tidak ingin kebablasan, meskipun mereka halal melakukannya. Bahkan, berganjar pahala. Ia belum siap menghadapi momen yang lumrah dialami suami istri. Ketakutan akan rasa sakit, masih kuat menghinggapi pikirannya. Belum juga nanti kalau rezeki seorang buah hati dititipkan dalam rahimnya. Inara benar-benar belum siap akan hal te