Sejak peristiwa manis selepas subuh tadi, Inara dan Syabil bagai dua kutub magnet yang berlawanan. Lengket, tidak ingin berpisah, terlebih Inara. Gadis itu malah sempat menahan sang suami yang ingin menuju kamar mandi untuk buang air kecil. “Bisa pipis di celana ini.” Syabil sudah tidak tahan lagi. Namun, Inara masih terus bergelayut manja di lengannya. “Apa ikut masuk kamar mandi aja?” “Ish, ogah.” Inara mengempaskan tangannya. Saat itu juga Syabil langsung berlari ke kamar mandi. Inara menunggu di samping kamar mandi. Gadis itu menyandarkan punggungnya di dinding. Pintu kamar mandi dibuka. Saat akan berbelok kanan menuju kamar, Syabil terkejut. Ia mengusap dadanya begitu melihat Inara yang bersandar di dinding. “Mau ke kamar mandi juga?” Inara menggeleng seraya tersenyum. Ia lalu