Sudah satu jam Inara belum juga kembali ke kamar. Hal tersebut membuat Syabil diserang rasa khawatir berlebihan. Ia takut jika sakit Inara bertambah parah. Baru kali ini dirinya mendapati Inara tidak enak bada, muntah-muntah pula. Laki-laki yang mengenakan kaus oblong berwarna biru muda itu pun beranjak keluar kamar. Ia mengamati pintu kamar sebelah, masih tertutup. Syabil lalu melangkah menuju dapur. Hanya ada Bu Ahmad yang sedang membersihkan lantai. “Mau nyari apa, Bil?” tanya ibu Inara saat melihat menantunya berdiri di depan pintu. “Inara di mana ya, Bu?” “Loh, bukannya sama kamu di kamar?” Syabil menggelengkan kepala. “Udah dari tadi keluar kamar.” Bu Ahmad meletakkan kain pel yang ada di genggamannya. Ia lalu mencuci tangan. “Coba kita lihat di kamar Marisa.” Mertua dan menant