Kedatangan Azka

1123 Kata
“Kenapa mas?” Tanya Aliya ketika mereka berdua berhasil duduk setelah lelahnya mengikuti rangkaian acara hingga sesi foto yang memakan tenaga, kaki Aliya bahkan sudah hampir mati rasa karena terlalu lama berdiri sejak tadi. “Dadda kamu.” Ucap Gellar tepat di telinga Aliya. Ia sengaja berbisik, tidak mau terdengar oleh orang lain. “Besar?” Balas Aliya dengan candaaannya. “Aliya…” “Iya kenapa? Ngomong yang jelas atuh, aku mana tau maksud kamu apa kalau kamu ngomongnya sepatah dua kata doang.” Balas Aliya. “Baju nya naikin sedikit.” Balas Gellar, Aliya kemudian menyadari bahwa belahan d**a pada baju nya terlalu rendah hingga membuat sebagian dari bagian tubuh nya dapat sedikit terlihat. “Kok baru bilang?” Tanya Aliya dengan panik sembari merapihkan baju nya. “Kamu dari tadi udah saya kodein tapi kamu nya gak ngerti, yasudah saya tunggu duduk saja.” Jawab Gellar dengan santai, sementara Aliya sudah misuh – misuh sejak tadi. ***** Hari pertama setelah lamaran, bukan menjadi hari yang tenang untuk Aliya, karena tiba – tiba seseorang datang ke rumahnya, gadis cantik yang mengaku sebagai mantan kekasih Gellar yang kala itu Gellar ceritakan di Bali, gadis itu tiba – tiba menunjukan banyak bukti foto kebersamaannya dengan Gellar, Aliya sendiri tidak mengerti apa maksud gadis itu, hanya saja sebagai orang yang berpendidikan Aliya masih membiarkan Tasya untuk masuk ke dalam rumah nya, mereka duduk baik – baik di ruang tamu, Aliya menanyakan maksud gadis itu, namun Tasya malah membalas ucapannya dengan ucapan yang sinis. “Oiya, kenalin, Saya Tasya, saya mantannya calon suami kamu, aduh saya gak mau terlalu lama basa basi sih, saya kesini sih Cuma mau bilang mbak, kalau calon suami kamu itu cinta mati sama saya. Kamu sudah pernah masuk ke dalam kamarnya? saya yakin kalau dia masih simpan foto – foto sama saya. Coba aja deh sebelum dia nyingkirin itu semua karena takut ketahuan sama kamu.” Ucap Tasya dengan nada sinis kepada Aliya. “Iya mbak, tapi hubungannya sama sama saya apa ya? Mbak kenapa? Masih ada rasa sama mas Gellar?” Tanya Aliya dengan se tenang mungkin, tidak mau balas dengan emosi walaupun dalam hati ia sudah ingin mengusir wanita di hadapannya itu. “Saya kesini Cuma pengen kamu tau aja, calon suami kamu itu di hati nya masih ada saya. Dan Cuma bakal ada saya terus, saya sih kasihan sama kamu, ya masa iya, kamu yang cantik ini menikah dengan orang yang bahkan hati nya masih sama mantan nya, iya kan? Ehh mending lepas aja sist. Daripada kamu sakit hati Gellar Cuma mikirin aku doang.” Ucap Tasya dengan senyum penuh kelicikan di wajah nya. Aliya menarik napas panjang kemudian membuangnya dengan gusar, ia betul – betul tidak mau berdebat dengan orang seperti Tasya, pasti Tasya punya maksud tertentu hingga sampai berani datang ke rumah Aliya seakan orang yang tidak punya rasa malu. “Kalau saya ninggalin dia, untung nya buat kamu apa? kok iya kamu sampai mikirin perasaan saya sampai sejauh ini. Saya bukan perempuan bodoh ya, saya tahu jelas maksud kedatangan kamu, sudahlah, saya juga sedang malas berdebat. Mumpung saya masih usir baik – baik, sekarang silahkan pergi ya, mau pergi sekarang atau saya panggil satpam buat ngusir? Gimana? Ya terserah sih, tapi kalau sama satpam malu nya bisa sampai dua kali.” Balas Aliya, ia kemudian berdiri lalu membuka pintu rumah nya lebar – lebar. Tangannya mengarah ke pintu, seakan mempersilahkan Tasya untuk langsung beranjak dari tempat nya. Tasya yang sejak tadi sudah menahan rasa kesalnya terhadap Aliya, tentu saja buru – buru pergi, ia tidak mau lebih lama lagi di sana, walaupun hati nya sudah sedikit puas dengan apa yang ia katakan terhadap Aliya, tetapi masih ada sedikit perasaan kesal karena ia belum melihat Aliya terpengaruh oleh kata – kata nya. Tasya pergi tanpa pamit kepada sang pemilik rumah. ***** Hari – hari menjelang pernikahan semakin dekat, Aliya bahkan sudah mengambil cuti di kantornya selama jauh – jauh hari hanya untuk mengikuti prosesi rangkaian adat yang harus ia ikuti sebelum akad nikah di mulai. Saat ini Aliya sedang bersantai di kamarnya sembari memakai masker yang telah di rekomendasikan oleh Aletta, selama beberapa hari belakangan ini, Aletta bahkan menjelma seperti dokter kulit yang tahu segala macam permasalahan kulit Aliya. “Ini tuh di pake nya Cuma lima belas menit mbak, ya ampun, udah lepas.” Ucap Aletta sembari menarik sheet mask di wajah kakak nya, Aliya tersenyum, ia lupa karena ia keasyikan membaca buku. “Ya sorry. Lo mondar mandir mulu, sibuk amat, emang ada apaan?” Tanya Aliya. “Mau manggil lo nih, mama bilang lo kerumah mas Gellar sekarang, baju nya di antar ke rumah dia ternyata, buruan kesana mumpung orangnya lagi gak ada, biar lo berdua gak ketemu.” Ucap Aletta. “Kok gak di kirim aja? Kan bisa.” Ucap Aliya. “Nyokap bokap nya sibuk, Art nya gak ada yang ngerti kirim – kirim gituan, udah sana, keburu siang.” Jawab Aletta. Aliya berpikir sejenak kemudian mengangguk setuju, ia kemudian bersiap – siap menuju rumah Gellar, untuk mengambil barang – barang untuk nya. Sesampainya di rumah Gellar, gadis itu langsung naik, tadinya dia di sambut oleh pembantu yang bekerja di rumah itu, kata nya barang Aliya ada di kamar Gellar sehingga ia di minta untuk naik saja, namun sesampainya ia di kamar itu Aliya malah di buat mematung di tempatnya karena mendapati foto Gellar dan juga Tasya masih terpajang dengan rapih di tempatnya, jujur saja awalnya Aliya tidak mau penasaran lebih jauh terhadap hubungan mereka tetapi semakin mendekati hari pernikahan, ia juga semakin penasaran dengan apa yang Tasya katakan beberapa hari yang lalu. Tanpa sadar air mata Aliya sudah membanjiri pipi nya, Aliya tahu ia tidak seharusnya menangis, namun tetap saja air mata itu terus berjatuhan bahkan ketika Aliya sudah sekuat tenaga untuk menahannya. Aliya diam di tempat tidur Gellar sembari berusaha menenangkan pikirannya sendiri, ia tidak mungkin kembali kebawah dengan keadaan mata yang sembab, apa kata orang orang di rumah Gellar nanti? “Mbak Aliyaa? Mbak masih di dalam?” Terdengar suara dari luar, Aliya buru – buru menghapus air mata nya, lalu keluar, ia bahkan tidak melihat barang yang menjadi tujuannya untuk datang. Ia sudah terlanjur panik, dan juga kaget sehingga ia memilih untuk langsung pulang saja. “Mau kemana sayang? Udah ambil barang nya?” Tanya orang tua Gellar ketika melihat Aliya turun dari tangga, Aliya hanya mengangguk, ia langsung mencium tangan ibu Gellar seperti biasa kemudian pulang tanpa mengatakan apa – apa. sadar dengan apa yang baru saja terjadi setelah melihat salah satu pintu di lantai atas terbuka, buru – buru, wanita paruh baya itu menelfon anak nya dengan sangat panik, Gellar harus segera pulang. “Pulang sekarang. Aliya lihat foto kamu sama Tasya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN