Hari pertama Aisyah

1054 Kata
“Mas tadi pagi ngomong apa ke Aisyah?” Tanya Celine di saat suaminya sudah kembali ke rumah. Iya, seperti kesepakatan mereka bahwa mereka akan pulang dulu ke rumah mereka untuk membiasakan diri di sana, mereka tidak mau terlalu bergantung dengan orang tua mereka, hitung-hitung untuk belajar jadi orang tua katanya. “Kenapa? Dia ngelapor?” Balas Al. Celine menggeleng. “Nggak ngelapor sih, Cuma ibu cerita aja. Katanya pas kita udah berangkat dia kayak misuh-misuh gitu, di ajak ngomong malah langsung nangis makanya aku nanya sekarang, kamu apain? Ngomong apa aja sama dia? Jangan di gituin ah lagian kan dia sepupu kamu, malah jadi akunya yang gak enak sama dia.” Balas Celine sembari melepas satu per satu kancing kemeja suami nya. “Cuma ngasih tau aja, kalau jangan terlalu kasar sama kamu, aku gak suka.” Balas Al. “Masa gitu doang sampai nangis?” “Ya emang Cuma gitu doang Celine Elena Hartanuwidjaya.” Balas Al dengan gemas, ia mengacak pelan rambut Celine sebelum berlalu ke kamar mandi, sementara itu Celine hanya mendengus kesal dan meletakan pakaian kotor milik suaminya di keranjang cucian. Hari ini pekerjaannya lumayan sedikit, ia bisa menghandle beberapa client dalam waktu kurang dari satu jam sehingga ia bisa pulang tepat waktu, padahal pagi tadi Celine masih berpikir bahwa hari ini ia pasti akan lembur. Makan malam sederhana yang Celine siapkan ketika suaminya mandi sudah hampir jadi, sayur asam manis di tambah dengan ayam goreng dengan sambal matah di sajikan rapih di atas meja makan, Celine tidak tahu apakah suaminya akan suka atau tidak tapi yang jelas ia berusaha membuat masakannya itu terlihat jelas, walaupun ia sendiri masih ragu akan bagaimana rasa masakan tersebut. Di saat ia tengah sibuk menata piring di atas meja, Al tiba-tiba muncul dengan kaos abu-abu dan celana pendek hitam nya, ia tersenyum menatap Celine yang bahkan dari jauh pun masih terlihat cantik. “Cantik banget kamu.” Ucap Al, ia mengecup pipi Celine singkat, kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Celine. “Gombal banget gak sih pak Dokter?” Balas Celine. “Kamu emang cantik. Dari tadi aku nyium wangi-wangi masakan gini aku kirain tetangga, taunya kamu yang masak, dari look nya sih enak banget, aku coba ya? Bismillah.” Al terus mengoceh sembari mencicipi masakan buatan istrinya, di suapan pertama ia menunjukan senyum merekah di wajah nya, lalu sebelah tangannya mengelus tangan Celine dengan lembut. “Enak banget, kok bisa tiba-tiba jago masak? Kamu diem-diem les masak ya?” “Ini kamu bohong ya?” Tanya Celine, ia turut mencicipi masakannya sendiri namun ia sama sekali tidak menemukan keanehan pada masakannya itu, enak enak saja, tidak ada yang aneh. Berarti suaminya berkata jujur. “Kan? Enak banget? terimakasih yaaa gak ada yang sempurna kecuali Allah jadi aku gak mau muji kamu sempurna, tapi ini aku beneran masakan kamu enak banget, besok kalau bisa masak lagi dong cantik, aku request mau bawa bekal aja.” Ucap Al dengan penuh semangat, ia tidak pernah merasa sesenang ini sebelumnya, maka dari itu ia terus menunjukan kesenangannya kepada Celine, walau tentang hal hal kecil. “Bisa aja kok, mas beneran suka? Besok masak apa lagi ya kalau gitu? Chicken mentai aja mau ga? Aku udah lihat resep nya di youtube.” “Iya apa aja asal kamu yang masak, tapi kalau capek gak usah di paksain ya sayang, sebisa kamu aja, oke?” Celine mengangguk setuju, setelahnya mereka makan dengan tenang, sesekali di selingi dengan pujian atau celotehan lucu tentang pekerjaan mereka hari ini, sederhana tapi menyenangkan bagi Celine, dalam hati ia berdoa agar keharmonisan rumah tangganya bisa bertahan lama, tidak hanya manis di awal saja, ia ingin selamanya seperti ini dengan orang yang sama dengan sikap yang sama, andai bisa, andai saja bisa Celine ingin mengentikan waktu hanya untuk bersama dengan Al seperti ini terus. “Apa kita panggil orang aja buat bantu-bantu di sini? Lagian kamu juga kerja, dan sekarang lagi hamil aku jadi gak tega sendiri kalau harus lihat kamu capek begini, mau ya? Jangan paksain diri kamu Cuma buat hal-hal sederhana kayak gini cantik.” Al mengelus lembut tangan Celine, istrinya itu nampak pucat karena kelelahan, terlihat jelas di bawah matanya terdapat lingkaran hitam karena terlalu sering begadang. “Nggak sekarang mas, nanti aja, aku masih pengen masak-masak sendiri, kalau udah ada mbak yang bantuin pasti bawaannya jadi mager, apalagi lagi hamil gini, next time ya.” Balas Celine. ***** Saat sedang rapat di kantor, Celine berkali-kali mendapat telfon dari mertuanya, Celine jadi heran sendiri padahal mertuanya bukanlah tipikal manusia Spam Caller yang telfonnya harus di angkat saat itu juga. Jadi ketika selesai rapat, Celine buru-buru keluar dari ruang rapat nya lalu kembali menghubungi sang mertua, berharap tidak terjadi apa-apa sebab mertua nya pun sudah tua, sama seperti ibu nya. “Iya Assalamualaikum, ibu kenapa? Maaf tadi Celine lagi ada rapat, gak enak sama temen-temen kalau tiba-tiba keluar. Ibu kenapa? Perlu bantuan Celine kah bu?” Tanya Celine dengan lembut. “Celine, harus nyari mbak deh kayak nya, ibu jadi kepikiran kamu, padahal baru semalam loh kamu gak di sini.” Celine tersenyum mendengar ucapan mertua nya itu, Celine berpikir bahwa pasti Al lah yang mengusulkan hal tersebut kepada ibu nya sehingga wanita itu harus menelepon Celine di tengah padatnya pekerjaan. “Iya bu, nanti aja, aku gapapa kok sekarang enak aja gitu ngurusin suami, feel istri nya jadi lebih dapat.” Balas Celine. “Yaudah kalau gitu, Aisyah tinggal di sana ya? Dia jago masak kok, kamu pasti suka masakannya dia, lagian jga dia selama ini di Jakarta gak ngapa-ngapain aja, gih ajak Aisyah, atau ibu aja yang suruh, kamu keberatan gak neng?” mendengar nama Aisyah, mood Celine langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Rasanya ia inginn menolak, namun mengingat bahwa Aisyah dan Al adalah saudara yang sangat dekat, akan aneh rasanya jika ia menolak tawaran dari mertuanya. “Ya terserah gimana Aisyah nya aja sih bu, aku sama mas paling manut manut aja.” Dalam hati Celine berharap gadis itu menolak, ia masih tidak ingin di ganggu oleh orang lain di rumahnya, ya walaupun Aisyah bukan orang lain sebenarnya. “Oke sore nanti ibu suruh dia kesana ya sayang? Kamu tenang aja, jangan stress gitu sama kerjaan, ibu sama janin nya harus sehat terus.” Balas Widya. Setelahnya sambungan telepon mereka terputus, dan Celine hanya bisa mendengus kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN