kado misterius

1126 Kata
“Terus Celine bagaimana?” Tanya Widya yang sukses membuat Al jadi bungkam sendiri, pertanyaan yang juga sampai sekarang terus terngiang-ngiang di kepalanya, ia memang sudah punya rasa terhadap Celine,lantas bagaimana dengan gadis itu? apa Celine juga sudah punya rasa kepadanya? Tapi sikap Celine sudah berubah total dari awal-awal mereka bertemu, sikap Celine jauh lebih manis dari yang sebelum-sebelumnya. “Celine juga sama bu.” Balas Al, terdengar jelas dari suaranya bahwa ia sedang ragu dengan apa yang ia katakan. “Begitu?” Tanya Widya. Al mengangguk. “Kalau begitu, ibu serahkan semuanya sama kamu. Jangan paksakan diri kamu ya nak, tidak semua permintaan ibu harus kamu dengar dan turuti, kamu juga punya pilihan kamu sendiri.” “Iya bu, doakan saya dan Celine semoga kami bahagia dengan pernikahan kami.” Balas Al. ***** Celine benar-benar seakan di permainkan oleh kehidupannya sendiri, sudah mendekati hari pernikahannya namun tidurnya tak pernah cukup, pikirannya kemarin tertuju pada Cena, dan sekarang pikirannya malah terfokus pada surat yang tempo hari ia buat untuk kesepakatannya dengan Al. sejak tadi juga calon suaminya itu tidak bisa di hubungi, padahal Celine hanya ingin tahu bagaimana perkembangan respon dari calon mertuanya itu. berkali-kali Celine berusaha untuk tidur namun ia sama sekali tidak bisa, ia lebih takut dengan mertuanya di banding dengan orang tua nya sendiri, mau di taruh di mana muka Celine nanti? Hingga pagi gadis itu tak kunjung tidur, orang-orang dari bagian dekorasi juga sudah datang silih berganti, di banding mengecek ponselnya Celine jadi lebih sibuk dengan dekorasi yang mulai di pasang di rumahnya, untung saja dia tidak sendiri, untung saja sanak saudaranya sudah mulai berdatangan jadi Celine tidak terlalu kesusahan mengatur segala sesuatunya sendiri, walau tentu saja ia tetap kewalahan. Hari sudah semakin siang tamu nya juga semakin banyak yang berdatangan, memang belum hari acara nya, namun sudah tradisi keluarga besar Celine yang akan berkumpul jauh jauh hari sebelum hari H pernikahan, mereka akan quality time sebelum melepas si calon pengantin kepada suaminya. “Udah nih tempat buat siraman sama pengajiannya, berarti sisa dekorasi tempat buat ijab nya ya.” Tante Sani menyahut, sejak tadi ia adalah orang yang paling sibuk kesana kemari hanya untuk mengurus dekorasi lebih sibuk dari Celine dan bahkan sampai membuat orang yang memasang dekorasi nya. “Yang ini bakal di bongkar lagi bu. Soalnya yang tempat buat pengajian bakal jadi tempat buat ijab juga.” Sahut salah satu pria dengan penampilan yang sedikit terlihat kemayu, sejak tadi ia terus saling bersahut-sahutan dengan tante Sani karena perbedaan selera dekorasi mereka berdua. “Loh?! Kayak gak ada tempat lain aja, rumah ini luas kok yang di dekor bagian sini-sini aja, itu loh di samping banyak, gimana si kalian ini.” Ucap tante Sani, Celine sudah lelah mendengar perdebatan mereka rasanya Celine ingin menegur tante sani karena terlalu otoriter, Celine jadi merasa tidak enak sendiri kepada orang-orang dari pihak dekorasi karena ulah tante nya itu. “Tante… emang mau nya papa di situ, heheh, udah di omongin juga waktu itu jadi habis siraman sama pengajian besok, yang ini bakal di re-dekor lagi buat jadi tempat ijab.” Ucap Celine yang akhirnya berani angkat bicara, padahal sejak tadi ia sudah menahan dirinya sendiri agar tidak terlallu banyak ikut campur sebab jika sudah berhubungan dengan tante nya itu urusan akan jadi panjang. “Yaa jelek loh kalau gitu dokumentasinya gak ada nanti, aduh cel… gak srek nih tante niih.” Ucap tante Sani. Celine hanya bisa tersenyum lalu beranjak dari tempatnya, niat nya ia ingin kembali ke kamar namun niatnya itu batal karena melihat Cena berjalan turun menyusuri anak tangga, Celine tentu saja terkejut, Cena muncul dengan tampilan yang berbeda, dengan daster lengan pendek selutut, yang membuat perutnya semakin terlihat. “Heh?! Cena kamu kenapa?” Teriakan tante Sani membuat keluarga yang lain tentu turut menatap Cena, demi apapun juga Cena betul – betul seakan menunjukan bahwa dirinya sedang hamil. lengan kecilnya kini terlihat besar, perutnya semakin terlihat menonjol, pipinya terlihat chubby, walau perutnya belum terlalu besar tetapi sudah terlihat bahwa ia sedang hamil. “Cena lagi stress tante, dia lagi banyak pikiran, biasalah, dia kan juga sambil belajar buat ambil spesialisnya, apalagi sambil kerja juga, makanya dia menggendut kayak gitu, pola makannya gak di jaga.” Sahut Celine yang berusaha mengalihkan pikiran negatif dari keluarganya tentang Cena. “Ahh masa? Itu badannya Sarah juga kayak Cena pas lagi hamil Kenzo.” Sahut tante Intan sembari menunjuk anaknya yang baru saja melahirkan. “Hamil ta kamu?” Tanya tante Intan saat Cena sudah sampai di hadapan mereka semua. “Enggak.” Jawab Cena. Namun tante tante itu seakan tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh Cena, tante Intan bahkan dengan lancang nya mengelus perut Cena lalu sesaat kemudin raut wajah nya berubah total. “Kamu hamil kan Cen?” Tanya tante Intan, lagi. “Enggak, ini cuma lagi gendut aja.” Jawab Cena. Celine bersyukur setidaknya Cena mempertahankan jawabannya sebab Celine tahu betul bagaimana Cena, gadis itu tidak suka bohong, maka dari itu kemarin Celine sempat takut jika Cena tiba-tiba jujur kepada keluarga besar mereka bahwa ia sedang hamil. “Hmm gitu ya, iya lagi pula kamu mana mungkin kayak gitu, pacar aja gak punya, iya kan?” Cena tersenyum dan mengangguk, lalu ia berjalan ke dekat Celine, duduk di samping adik nya itu, walau sejak tadi Cena sudah menahan dirinya agar tidak menangis, dirinya yang sudah cengeng jadi semakin cengeng lagi semenjak hamil, mungkin karena hormon. “Thanks Cen.” Bisik Celine, pelan. “Untuk?” “Karena udah bohong. Just do it for your self, ok?” Cena menghela napas ketika mendengar Celine berkata seperti itu. walau berat, ia tetap harus melakukannya untuk orang tua nya, walau papa nya masih marah karena apa yang terjadi pada dirinya. “Cel, ada paket datang tuh, kado kayaknya soalnya kelihatan banget, kedepan gih.” Sarah menyahut ketika ia melihat celine dari kejauhan, ia baru saja dari luar untuk mengajak anaknya bermain. “Oh iya thanks.” Jawab Celine, ia beranjak dari tempatnya, kemudian berjalan menuju teras di mana ada kurir yang mengantar paketnya, awalnya celine pikir itu adalah paket skincare ibu nya yang di pesan atas namanya, namun ternyata tidak, sebuah kotak besar dengan pita di atasnya. Celine menatap heran kurir di hadapannya. “Pak? Ini dari siapa?” Tanya Celine. “Pengirimnya tidak di cantumkan mbak atas nama siapa, tapi ini untuk Dokter Fudhail, kata pengirimnya kalau calon istrinya mau buka di buka aja katanya, ini di tanda tangani dulu.” Ucap kurir tersebut. Setelah kurir nya pergi, Celine tak langsung membawa kado itu masuk ke dalam rumah, melainkan langsung membuka kado itu di teras tak peduli dengan tatapan orang-orang yang sudah menatapnya aneh dari tadi. “Siapa deh yang ngirimin Mas Al kado kayak gini.” Desis Celine sembari membuka satu per satu pita dari kado itu. matanya terbelak sempurna ketika melihat isi dari kado tersebut, sebuah testpack dengan dua garis merah di tengahnya beserta sebuah surat kecil yang membungkus surat tersebut. Bayi nya jadi, pernikahanmu juga jadi. Gak adil kan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN