Menuju hari pernikahan

1137 Kata
                Hari pernikahan Celine dan Al sudah semakin dekat, kasus Cena tidak berujung, bahkan polisi pun hampir menyerah karena tidak berhasil mendapatkan petunjuk tentang laki-laki yang memperkosa Cena, karir Cena semakin di ambang jurang, ia resign dari tempat nya bekerja, tinggal sendirian di apartement, sesekali di jenguk oleh Celine. Orang tua nya masih bersikap acuh tak acuh sebab masih belum menerima bayi yang ada di dalam perut Cena, bahkan Haru, mendengar nama Cena pun masih belum mau, sementara Mia ia hanya diam saja dan mungkin sesekali masih berhubungan dengan Cena tanpa sepengetahuan suami nya.                 “Berarti sudah sembilan puluh lima persen ya? Saya sudah bicara sama Celine, untuk final nya tanyakan sama dia bagaimana mau nya, saya ikut Celine saja.” Ucap Al ketika sedang mengukur baju yang akan ia pakai ketika resepsi nanti.                 “Iya pak, ini sudah sembilan puluh lima persen dari detailnya, kalau bapak sudah merasa pas berarti ini sudah bisa final.” Jawab Desaigner itu. Al mengangguk. “Ukurannya sudah pas, tapi untuk detailnya di tanyakan lagi sama calon istri saya, siapa tau ada yang kurang menurut dia. Kalau sudah tidak ada ya sudah berarti sudah final.” Jawab Al.                 Celine masuk ke dalam ruang ganti, mendapati Al sedang memakai baju pengantin mereka, entah kenapa di mata nya Al terlihat jauh lebih tampan dari biasanya, tubuh yang tinggi dan tegap, serta wajah yang memang sudah tampan sejak lahir membuat Celine sedikit terkesima dengan calon suaminya sendiri, ia hampir saja bersyukur karena di jodohkan oleh pria itu.                 “Biasa aja, muka kamu seperti lagi lihat pangeran.” Ucap Al yang berusaha membuat Celine sadar, karena gadis itu mematung di tempat nya sejak masuk ke dalam ruang ganti.                 “Dih apaan sih kamu.” Balas Celine, ia mendekati Al, memeriksa detail baju milik pria itu, memeriksa apakah apa ada yang kurang atau sudah pas di mata nya, namun Celine tidak mendapati satu pun kekurangan pada baju tersebut.                 “Udah pas nih, langsung aja.” Ucap Celine. Desaigner tersebut langsung mengangguk, lalu Al masuk kembali ke sebuah ruangan kecil yang juga ada di dalam ruangan tersebut untuk mengganti baju nya, sementara Celine menunggu nya di luar. Melihat hal tersebut Celine jadi tidak menyangka sendiri bahwa mereka akan benar-benar sampai di titik itu, mereka yang hanya sebatas kenal biasa, seperti orang asing, tiba-tiba di jodohkan, Celine yang konyol bahkan sampai membuat surat perjanjian, mengingat surat itu Celine jadi penasaran Al simpan di mana surat nya.                 “Sudah?” Tanya Al. Celine mengangguk. Pria itu merangkul Celine dan jalan bersama keluar dari ruang ganti, mereka jadi sedikit lebih dekat dari pada sebelumnya, Al yang dulu sangat kaku, kini sudah tidak se kaku dulu lagi, ia bahkan sudah berani merangkul Celine sekarang, tidak canggung lagi. Celine yang dulu biasanya langsung risih ketika Al melakukan hal sesederhana itu, kini sudah bisa jadi lebih sedikit terbuka, ia juga sudah tidak se kasar dulu lagi. “Kita mau ke mana sekarang?” Tanya Al. “Kemana ya? Gedung udah, baju udah, apa? catering? Udah juga, yaudah tinggal nunggu hari nya aja.” Balas Celine. Al mengangguk lagi, sebenarnya Al tahu, hanya saja ia bingung bagaimana caranya untuk membawa Celine jalan-jalan sebentar sebelum pulang, akhir-akhir ini mereka berdua jarang bertemu, Al yang semakin sibuk dengan jadwal operasi nya, dan Celine yang sudah beberapa kali keluar kota dalam satu bulan terakhir karena pekerjaan nya, membuat mereka jadi jarang meluangkan waktu bersama, memang tidak wajib, namun entah kenapa Al malah jadi rindu mengantar dan menjemput Celine kemana-mana. “Gimana kalau jalan-jalan?” Ucap Al. Celine nampak berpikir sejenak kemudian menggeleng pelan. “Gak deh, aku lagi capek banget, pengen istirahat aja. Tapi laper juga, gimana dong?” Tanya Celine. “Ayo ke apartement nya Bang Fathur, kita makan di sana, sekalian mau ambil barang juga di sana, habis dari sana baru pulang.” Balas Al, Celine mengangguk, kemudian mereka berangkat menuju apartement Fathur, sejujur nya Celine masih tidak tahu letak apartement nya di mana, namun arah nya sama dengan apartement Cena, keyakinannya semakin menjadi ketika mobil Al memasuki kawasan apartement tersebut. “Eh, mas Cena juga tinggal di sini tau.” Ucap Celine, matanya menatap salah satu tower di sana, tempat kakak nya tinggal. “Oh iya? Di mana? Bang Fathur di tower yang pojok sana, tower A.” Balas Al sembari menunjuk sebuah tower di mana kakak nya tinggal. “Cena di tower yang itu, yang barusan kita lewatin, tower C apa D tuh, gak tau tapi di situ.” Balas Celine. Al mengangguk, “Ini kamu mau makan dulu atau istirahat dulu?”                 “Makan dulu, emang gak apa-apa istirahat di sini? Gak ganggu Mas Fathur?” Tanya Celine, ia baru bertemu dengan Fathur selama beberapa kali, mereka bahkan belum terlalu akrab, agak aneh rasanya jika Celine ke sana untuk beristirahat tanpa izin dari pria itu.                 “Dia gak ada tapi gak apa-apa santai saja, dia gak bakalan marah.” Balas Al. Celine mengangguk mengerti, selanjutnya mobil Al berhenti di parkiran mobil. Bersamaan dengan itu, rintik hujan tiba-tiba membasahi mereka, Al dengan sigap membuka jaket yang sedang ia pakai untuk menutupi kepala Celine agar tidak terkena rintik hujan. Bau parfume dari pria itu mampu menusuk indra penciuman Celine, jantung nya berdetak cukup kencang ketika Al merangkul nya sembari berlari agar tidak terlalu terkena hujan saat berlari ke arah lobi apartement, tidak lama, namun sukses membuat pipi Celine memerah.                 “Kamu gak apa-apa?” Tanya Al. Celine kemudian mengangguk, namun ia mengalihkan pandangannya dari pria itu, ia tidak mau terlihat memerah di hadapan Al, tentu saja, gengsi nya terlalu tinggi.                 “Iya, gak apa-apa, ayo, ngapain malah diam di sini?” Ucap Celine. Al mengangguk kemudian merangkul pinggang Celine untuk berjalan bersama menuju lift. Seakan ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perut Celine saat itu, sudah lama ia tidak merasakan butterfly effect seperti yang ia rasakan saat itu, jantung nya juga berdegub kencang, ia khawatir ia akan jatuh cinta duluan kepada calon suaminya itu. Al memperhatikan Celine yang sejak tadi diam, gadis itu terus menunduk, namun di saat yang sama Al juga sadar bahwa Celine sedang salah tingkah karena nya. “Di biasakan.” Ucap Al. Celine menoleh “Apanya yang di biasakan?” Tanya Celine.                 “Begini nya.” Jawab Al, ia meremas pinggang Celine sedikit, hingga gadis itu terperanjat kaget.                 “Mas!” Ucap Celine, Al hanya tertawa melihat pipi Celine yang memerah.                 “Ayo, saya antar kesana.” Al berjalan menuntun Celine untuk masuk ke dalam kamar kakak nya, namun ia tidak ikut masuk ke sana, hingga Celine menatap nya dengan tatapan bingung.                 “Kok kamu gak ikutan masuk?” Tanya Celine.                 “Kamu lapar kan? Saya mau ke bawah dulu beli makanan, sebentar kok, kamu tunggu di sini saja, kamu pasti capek.” Jawab Al. Celine kemudian mengangguk kemudian setelahnya Al beranjak dari sana untuk membeli beberapa makanan untuk calon istrinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN