Perasaan Cena

1124 Kata
                “Cena?” Al menegur seorang wanita yang di lihatnya sejak tadi, samar-samar memang terlihat seperti Cena, namun Al sedikit ragu karena bentuk tubuh nya sedikit berbeda. Merasa namanya di panggil, Cena segera menoleh ke belakang, dan mendapati Al sedang menenteng plastik makanan di tangannya, Cena terkejut, namun sekaligus senang karena sudah lama tidak melihat pria itu, ia yang biasanya curi-curi pandang kepada Al, justru sekarang ruang gerak nya malah terbatas karena kejadian konyol yang menimpa nya.                 “Mas Al? ngapain di sini?” Tanya Cena. Ia berjalan mendekati Al, karena pria itu hanya diam saja di tempat nya tidak menghampiri Cena di sana.                 “Saya lagi mampir ke apartement Bang Fathur, kakak saya. Sama Celine juga. Kamu sendiri ngapain? Kata Celine kamu tinggal tower yang di sana, terus ngapain di sini?” Tanya Al. Cena tersenyum, mendengar Al yang terkesan jadi banyak bicara kepadanya. “Aku pindah, gak suka di sana, tetangga nya pada ribut. Aku gak bisa tidur. Sekarang lagi pindah-pindahin barang.” Jawab Cena                 “Sendirian?” Cena mengangguk, dan Al nampak diam sejenak, memandangi kantongan makanan yang ada di tangannya. “Ayo, saya bantu.” Ucap Al. Cena tentu saja senang mendengar hal tersebut, Cena kemudian mengangguk dan berjalan ke arah lobby, yang di mana sudah ada banyak sekali barang-barang Cena di sana.                 “Dari tadi kamu bawa ini semua sendiri? Kenapa tidak minta bantuan satpam atau sewa jasa?” Tanya Al, ia mulai membantu Cena membawa barang-barang nya, Al dengan sigap membawa barang-barang yang besar, mengikuti Cena dari belakang, untung saja kamar Cena tidak berada di lantai yang terlalu tinggi, sebab akan repot juga bagi ibu hamil sepertinya. Setelah pintu lift terbuka, Cena berjalan duluan menyusuri koridor apartement hingga berhenti tepat di depan kamar paling ujung, yang tentu saja kamarnya, ia masuk duluan lalu mempersilahkan Al untuk masuk juga. Mata Al menyusuri ruangan itu sembari menyimpan barang – barang milik Cena di sana, ruangannya tidak terlalu besar namun sirkulasi udara nya cukup buruk untuk ibu hamil, tidak terlalu cocok untuk Cena.                 “Jendela nya rajin-rajin di buka, biar sirkulasi udara nya bagus. Ini terlalu pengap, gak baik buat ibu hamil.” Ucap Al. Cena mengangguk dan tersenyum “Iya mas.”                 “Kalau begitu saya permisi dulu, Celine pasti sudah menunggu.”  Ucap Al, namun Cena dengan cepat menahan tangannya, entah kenapa, ia merasa kehadiran Al membawa sesuatu yang positif untuk nya, ia merasa senang, dan tenang, memang karena mengingat ia punya perasaan lebih terhadap calon suami dari adik nya itu.                 “Mas jangan pergi dulu.” Ucap Cena.                 “Kenapa?” Tanya Al.                 “Aku mau ngomongin sesuatu. Mas jangan pergi dulu.” Sambung Cena, ia menarik Al untuk duduk di kursi, duduk berhadapan dengannya.                 “Kenapa? Mau bicara apa?” Tanya Al. sejujurnya, ia bahkan merasa tidak nyaman berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Cena seperti ini.                 “aku suka sama kamu mas.” Ucap Cena secara tiba-tiba, Al sudah tidak terlalu terkejut lagi, sebab selama ini Cena memang selalu menunjukan gelagatnya bahwa ia sedang jatuh cinta kepada Al.                 “Hmm, kubur perasaan mu.” Balas Al, pria itu tiba-tiba dingin kepada Cena, padahal sebelumnya ia sudah cukup hangat kepada wanita itu.                 “Kenapa? Kenapa aku gak boleh suka sama kamu?” Mata Cena memerah, menahan air mata yang sebentar lagi membasahi pipi nya. Al hanya menghela napas kemudian menatap Cena lekat-lekat.                 “Saya sudah lama tau, kalau kamu suka sama saya, tapi saya suka sama Celine, calon istri saya, dan adik kamu sendiri, kamu mau suka sama ipar kamu? Tidak kan? Saya juga sebentar lagi akan menikah dengan Celine, sepuluh hari dari sekarang bukan waktu yang lama, sebaiknya, kubur perasaan itu, kamu bisa ketemu sama orang yang jauh lebih baik dari pada saya.” Balas Al dengan tatapannya yang dingin.                 “Tapi aku mau nya kamu Mas.” Entah apa tujuan Cena berkata seperti itu, padahal ia tahu jelas bahwa pernikahan Al dan Celine kini tinggal menghitung hari lagi, apa tidak takut jika pernyataannya itu mengganggu hubungan adik nya sendiri?                 “Saya mau nya Celine. Sudahlah Cena, berkata seperti ini sekarang juga tidak ada untung nya bagi kamu, kamu tidak akan dapat apa yang kamu mau. Yang ada kamu malah mau menambah beban pikiran kamu sendiri.”                 “Sepuluh hari bagi aku itu lama, kamu bisa aja nikah sama aku mas kalau kamu mau, lagi pula kamu gak cocok sama Celine, kamu cocok nya sama aku, bukannya dari awal kamu tau kalau Celine gak mau sama kamu? Kenapa sekarang kamu malah suka sama dia? Kenapa sama Celine? Kenapa harus dia? Kenapa gak aku aja? Kita kenal lebih dulu, aku tipe kamu kan? Kamu juga tipe aku? tapi kenapa kamu malah milih Celine?!” Suara Cena memelan, namun emosi nya masih jelas terdengar di sana, air mata yang sejak tadi ia tahan sudah jatuh membasahi pipi. Ia memang tidak mengira bahwa ia akan menyatakan perasaannya hari itu juga, namun jawaban Al sungguh di luar dugaannya, ia tidak mengira akan mendapat penolakan yang akan menyakiti hatinya, setiap jawaban Al yang keluar dari mulutnya, seakan mengiris perasaannya sendiri.                 “Perasaan tidak bisa memilih dengan siapa dia mau jatuh cinta Cena, saya tidak pernah bilang ke siapa-siapa tentang tipe saya, tapi orang tua saya kenalkan dengan kalian dan hati saya memilih Celine, saya tidak peduli bagaimana bebas nya pergaulan Celine kemarin, saya tidak peduli bagaimana kasar nya Celine kemarin, hati saya memang jatuh cinta sama dia. Kamu tidak perlu menyalahkan Celine, saya yang jatuh cinta duluan sama dia, dia bahkan sudah berkali-kali menolak saya tapi hati saya masih tetap sama dia, memang terdengar klise di telinga kamu, tapi saya Cuma mau ngasih tau, apapun yang kamu katakan, saya akan tetap mempertahankan Celine.” Jawab Al, ia berdiri dari tempat nya, namun lagi-lagi Cena menahannya.                 “Kalau kamu mau ninggalin Celine, kita bisa menikah mas, aku suka kau, mana mungkin kamu menikahi perempuan yang bahkan gak cinta sama kamu? Menikah sama aku mas, aku cinta sama kamu, aku bisa jauh lebih baik dari pada Celine, aku janji.” Ucapan Cena terdengar begitu frustasi di telinga Al, gadis itu bahkan memegang tangan Al agar pria itu tidak pergi dari sana.                 “Iya, kamu memang cinta sama saya Cena, tapi saya tidak. Soal Celine kamu tidak usah khawatir, kamu tenang saja, kami bakal bahagia dengan cara kami sendiri, saya minta maaf karena menolak kamu, saya juga tidak bisa menikahi perempuan lain kalau saya sendiri tidak punya rasa dengan perempuan itu, dan kamu misal nya. Saya tidak mau jahat Cena, selesaikan perasaan mu, kita sebentar lagi akan jadi saudara.” Ucap Al, ia melepas genggaman tangan Cena, kemudian buru-buru beranjak dari sana, walau pun berkali-kali di tahan oleh Cena, namun Al tetap mengabaikannya, akan bahaya jika ia tetap terus berada di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN