Another Dayy

1118 Kata
                “Gak usah cen, lain kali aja, lo udah hampir sampai. Gua juga buru-buru” Jawab ku. Sebenarnya aku bisa saja menunggu atau memelankan laju kendaraan ku, namun seperti yang sudah aku bilang, aku tidak suka berlama-lama di dalam satu mobil yang sama dengan Cena, bukan karena aku benci, hanya saja, aku tidak nyaman.                 “Oh gitu ya cel, yaudah nanti aja.” Jawab nya. Aku mengangguk, lalu mempercepat laju kendaraa ku agar bisa menurunkan Cena se cepat mungkin. Beberapa menit setelahnya aku berhasil menurunkannya tepat di depan lobby rumah sakit, saat melewati parkiran aku tidak melihat mobil mas Al, mungkin dia akan masuk siang atau sore. “Terimakasih ya Cel.” Ucap Cena. Aku mengangguk, kemudian mengacungkan jempol ku sebelum pergi. Hari ini jadwal ku cukup padat, aku harus meeting dengan beberapa perwakilan perusahaan lain untuk melakukan kolaborasi dengan perusahaan ku, setelah itu aku juga harus menyerahkan laporan bulanan ku sebab, aku belum sempat melaporkannya karena sakit tempo hari. sudah ku siapkan segelas americano dingin yang aku beli selepas menurunkan Cena tadi untuk menemani ku bekerja hingga sore atau bahkan hingga malam. Aku berjalan santai menuju ruangan ku yang terletak di lantai atas, tidak lupa saling tegur sapa dengan para kenalan ku dari divisi lain, atau anak magang yang dulu sempat ku bimbing. Sesampainya di ruangan ku aku sudah langsung di suguhkan dengan banyak sekali dokumen yang harus ku cek sebelum meeting, melihat nya saja sudah membuat ku mual, apalagi ketika membaca nya. “Ini serius?” Ucap ku pada diri sendiri. “Masih ada tambahannya itu cel, bentar lagi di bawa kesini sama Cindy.” Balas Bimo dari meja seberang sembari menatap ku dengan senyum penuh kemenangan. “Sialan. Harusnya pak Ega naikin gaji gua nih.” Sambung ku. Walaupun aku mengutuk laporan-laporan di hadapan ku ini, tapi tetap saja aku memeriksa nya, mempercepat semua nya agar pusing ku segera hilang. Beberapa saat kemudian Cindy datang, dengan sebuah dokumen di tangannya, aku langsung mendesah pasrah, sial pekerjaan ku semakin menumpuk. “Ini bukan dokumen meeting kok, mbak periksa aja, terus tanda tangan, itu kerja sama sama orangnya Kristal Beauty.” Ucap Cindy. “Ok, ini yang di wakilin sama Frans ya?” Tanya ku. Cindy mengangguk. “Taruh aja di situ.” Ucap ku lagi. Cindy menyimpannya di atas meja kemudian kembali lagi ke ruangannya. Sedikit ku syukuri, setidak nya aku tidak harus menambah list tempat meeting ku hari ini. Akibat banyak nya pekerjaanku hari ini, aku sampai harus pulang jauh lebih lambat dari biasanya, no party, just stay for work. Aku sampai di rumah pada pukul sembilan malam, dengan keadaan kaki yang sudah terasa super pegal membuat ku bahkan sampai harus menyeret kaki untuk menaiki satu per satu anak tangga. Ibu dan papa belum pulang, kata nya mereka menghadiri pesta keluarga, sementara Cena juga belum pulang, mungkin dia juga sedang lembur. Namun belum lama aku sampai di kamar, dari balkon kamar aku dapat melihat sebuah mobil yang tak asing di mata ku, berhenti di depan rumah. Aku diam sesaat sembari menyimpan gelas ku yang berisi teh hangat di atas meja, menunggu seseorang turun dari mobil tersebut. Wait… is she Cena? Di antar pulang sama Mas Al?                 Aku masih diam di tempat ku sembari memperhatikan mereka berdua dari atas, ku lihat Mas Al berdiri hingga depan pagar, mereka mengobrol cukup lama hingga sebelum Cena masuk ke dalam rumah. Aku jadi penasaran, apa yang mereka berdua bicarakan hingga begitu lama, apalagi Cena sampai senyum-senyum sendiri saat beranjak meninggalkan Mas Al. apa mereka sedang jatuh cinta? Ahh Mana mungkin. Setelah mengintip Cena dan Mas Al, aku segera beranjak dari balkon tersebut, berjalan santai menuju tempat tidur ku. Dinginnya penyejuk ruangan membuat rasa lelah ku semakin menjadi-jadi, aku langsung merebahkan diri ketika sampai di depan kasur, belum lama aku memejamkan mata terdengar dentingan notifikasi dari ponsel ku. Ting! Mas Al:                 Lain kali jangan mengintip.                 Aku mendengus kesal, bagaimana mungkin mata nya bisa menangkap ku yang sedang mengintip dalam kegelapan, lagi pula kenapa ia masih memperhatikan ku? Harusnya kan dia biasa saja, toh dia sedang bersama dengan Cena sekarang. Mood ku tiba-tiba berubah menjadi tidak bagus, aku buru-buru menarik selimut ku, tidur dalam keadaan yang sangat kesal.                 Keesokan pagi nya, aku bangun dengan keadaan rumah yang ramai seperti biasanya, namun papa tidak terlihat, di meja makan hanya ada Cena dan juga mama, entah di mana papa, padahal waktu baru menunjukan pukul enam lewat lima belas menit, harusnya papa belum berangkat.                 “Papa mana bu?” Tanya ku kepada ibu.                 “Papa udah berangkat duluan, hari ini ada flight ke solo, nanti malam pulang kok.” Jawab Ibu. Aku mengangguk mengerti, aku kemudian duduk di tempat ku, rasanya tiba-tiba sepi sebab biasanya papa yang paling cerewet meramaikan sarapan pagi kami dengan celotehan-celotehannya, sekarang, malah sepi, aku, Cena, dan ibu diam saja, tidak ada percakapan di antara kami bertiga.                 “Cel nanti langsung pulang aja ya.” Ucap Ibu.                 “Kenapa?” Tanya ku, sebab ibu tidak biasanya menyuruh ku pulang lebih awal, ibu adalah ibu-ibu paling santai di muka bumi ini.                 “Ibu habis pesan kue, nanti anter ke rumah tante Wika sama tante Mira.” Jawab ibu. Aku mengangguk. “Oke.” Toh lagi pula, hari ini aku sedang tidak ada rencana apa-apa. sehingga aku bisa pulang dengan cepat tanpa berat hati. Setelah sarapan, seharusnya aku masih punya waktu setengah jam lagi untuk bersantai, tapi ibu sudah memilih untuk berangkat kerja duluan, sementara aku tidak bisa hanya berdua dengan Cena di rumah. Ketika ibu pamit, aku buru-buru mengambil tas ku, aku harus berangkat duluan sebelum ibu.                 “Buru-buru amat kamu dek.” Ucap ibu.                 “Iya banyak kerjaan soalnya.” Jawab ku sembari memasang sepatu.                 “Cel, aku bareng ya?” Ucap Cena. s**t. Ini yang aku tidak suka.                 “Aduh… bukannya gak mau yaaa cen tapi gua lagi banyak kerjaan banget, ini aja mau buru-buru, anu, lo nebeng ibu aja atau naik ojek online atau apa gitu? Nanti gua yang bayar, oke?” Jawab ku.                 “Ibu juga buru-buru lagian gak se arah, Cena naik taxi online aja.” Balas ibu.                 “Ibu kan tau bu… kalau Cena gak suka naik taxi online, gak biasa, Cena takut.” Jawab nya. Aku memutar bola mata ku kesal, bisa-bisa nya ia takut naik kendaraan umum yang bersifat pribadi seperti itu di umur nya yang sudah lewat dari dua puluh tahun, bahkan Vanessa anak TK di sebelah rumah kami saja sudah berani naik ojek pengkolan sendirian jika ibu nya tidak sempat mengantar.                 “Dih manja amat, belajar lah mandiri, jangan nyusahin orang mulu.” Jawab ku sarkas. Aku meraih tangan ibu untuk mencium nya sebelum pergi, aku buru-buru, malas jika di paksa ibu untuk mengantar Cena ke kantor nya.                                 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN