Baju Couple (2)

1217 Kata
                “Celine…” Ucap Cena, tepat di depan pintu kamar Celine. Celine seketika menengok ke arah Cena, kemudian ia mengangguk mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya.                 “Masuk Cen.” Balas Celine. Gadis itu terlihat tengah mencoba sebuah baju, sejak tadi ia berdiri di depan cermin dan memperhatikan tubuhnya dari pantulan benda itu. sementara Cena, ia duduk di kasur Celine, memperhatikan kembarannya itu, ia ingin mengatakan sesuatu kepada Celine hanya saja ia masih sedikit agak ragu, takut-takut kalau Celine tiba-tiba berubah mood nya dan lantas marah-marah kepada Cena.                 “Bagus gak Cen?” Tanya Celine, ia berputar di hadapan Cena, berusaha menunjukan sisi demi sisi detail dari baju yang sedang ia kenakan.                 “Iya, bagus Celine.” Jawab Cena.                 “Ini tuh baju yang bakal gua pakai nanti pas makan malem bareng keluarganya mas Al, ini samaan sama Mas Al punya, baru kemaren sampainya, bagus ya? Lucu gak? Lucu dong.” Balas Celine dengan senyum mengembang di wajah nya. Mendengar hal tersebut tentu saja Cena merasa sakit hati, ia juga ingin berada di posisi Celine hanya saja ia tidak bisa, ia ingin memberitahu Celine, namun sepertinya sekarang Celine juga senang akan perjodohannya dengan pria itu.                 “Celine, baju kamu bagus, boleh ku coba?” Tanya Cena. Celine terdiam selama beberapa saat, namun akhirnya ia mengangguk, setuju. Namun Celine sedikit heran, sebab baju miliknya itu sedikit terbuka untuk Cena, walau lengannya agak panjang dari baju Celine yang biasa ia pakai.                 “Nih.” Ucap Celine setelah mengganti baju nya.                 “Terimakasih Celine.” Balas Cena, ia beranjak dari tempat nya namun di tahan oleh Celine.                 “Lo mau kemana? Ganti di sini aja, gak apa-apa.”                 “Enggak ah, malu. Aku ganti baju di kamar aja, nanti aku kesini tunjukin sama kamu.” Ucap Cena, yang hanya di balas dengan sebuah anggukan oleh Celine, Celine mengirim foto dirinya kepada Al, untuk menunjukan baju yang ia beli kemarin, baju yang senada dengan milik pria itu. To: Mas Al Bagus gak Mas?                 Al tersenyum memandangi foto Celine di layar ponselnya tersebut, gadis itu nampak cantik dalam balutan dress apapun. Bagus, cantik sekali. Balas Al.                 “Dari kemarin Mas Fudhail keliatannya lebih ekspresif  terus nih, udah rajin senyum ya dok sekarang, ada kabar baik apa dok?” Salah satu adik tingkat Al yang cukup akrab dengannya menyadari tingkah Al belakangan ini, pria itu yang biasanya selalu kurang ekspresif akhir-akhir ini jadi sering tersenyum, cukup aneh, sebab Al adalah orang yang paling kaku di antara para dokter yang bekerja di rumah sakit itu, tipikal konsulen yang jika menatap coass seakan-akan mau memakan para dokter muda itu.                 “Oh, tidak apa nanti kabar baik nya menyusul.” Balas Al dengan malu-malu. Sebelumnya ia hanya pernah dengan satu orang, namun karena di tinggal menikah, Al jadi mengosongkan hati nya, hingga di jodohkan dengan Celine. Mereka semua berpandangan, kabar baik yang di maksud oleh pria kaku itu pasti bukan kabar kelulusan sebab mereka sedang tidak dalam masa ujian kali ini, seseorang yang setahun lebih tua dari mereka, Dokter Emir menepuk pelan pundak Al. “Kalau kabar baik, harus di segerakan, jangan di tunda. Coba kenalkan ke kami, siapa perempuannya, sesekali ajak ketemu sama kami, toh nanti juga pasangan kita harus akrab satu sama lain.” Balas nya.                 Sebenarnya Al ingin sekali membawa Celine untuk di kenalkan kepada teman-temannya, hanya saja ia ragu, takut-takut jika Celine merasa aneh, atau menganggap Al terlalu berlebihan, setiap ingin melakukan sesuatu kepada Celine, Al selalu menganggap bahwa ada tembok besar yang di pasang oleh Celine agar mereka berdua tidak terlalu berlebihan, toh mereka juga bisa begitu karena di jodohkan oleh orang tua mereka masing-masing.                 “Iya nanti mas, saya bicarakan dulu sama orangnya.” Balas Al. matanya tidak sengaja menatap ponsel Farhan yang kebetulan duduk di sebelahnya, ia sedang membuka laman i********: dan mendapati foto Cena, di sana. Al menyipitkan matanya, memastikan apa yang ia lihat, Cena memakai baju yang sama dengan baju yang di pakai oleh Celine di foto nya, sepulang dari sana Al langsung mengajak Celine untuk bertemu, ia harus membicarakan hal tersebut kepada Celine, ia hanya ingin sekedar bertukar pikiran sekaligus bertanya beberapa hal tentang Cena yang mungkin Celine tahu. *****                 “Cel, mau kemana neng?” Tanya Mia di saat Celine berjalan melewatinya sembari menenteng sepatu ber hak tinggi di tangan kiri nya.                 “Mau keluar sama Mas Al bu, sebentar doang.” Ucap Celine, Mia kemudian mengangguk, beberapa menit setelah Celine berangkat, Cena menghampiri ibu nya, ia menarik tangan Mia untuk berbicara berdua di kamar nya.                 Lima belas menit Mia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Cena, membuat darah Mia berdesir hebat, Mia tak kuasa menahan tangis nya hanya karena tidak tahu melakukan apa, Mia juga tidak akan bicara hal tersebut kepada Haru sebab, Haru pasti akan marah besar kepada Cena tentang hal tersebut, terlebih Celine adalah anak kesayangan pria itu, pasti Cena akan habis di marahi oleh Haru jika Mia berani cerita kepada suaminya itu.                 “Cena harus apa bu? Bukannya tidak baik bagi kami berdua jika seperti ini keadaannya?” Ucap Cena, ia memegang erat tangan ibu nya, berusaha membuat Mia percaya kepadanya, sementara Mia juga masih terlihat ragu terhadap dirinya sendiri.                 “Nanti ibu bicara sama adik mu. Sekarang kamu istirahat dulu kita pikirkan lagi nanti.” Ucap Mia sembari beranjak dari tempatnya, meninggalkan Cena sendirian. Wanita paruh baya itu menarik napas dalam-dalam berusaha membuat pikirannya kembali normal.                 Sementara itu Celine dan Al sudah duduk bersama di sebuah restaurant junk food kesukaan Celine, apa lagi kalau bukan McD, gadis itu terlihat menikmati ice cream di hadapannya, orang-orang yang berlalu lalang di dekat mereka tentu saja sadar, siapa kedua orang tersebut, Celine dan Dokter Fudhail, dua orang yang wajah nya selalu terlihat dalam dalam seminar-seminar online, yang sering di adakan setiap minggunya, banyak kalangan milenial yang kenal akan mereka, beberapa di antara mereka sejak tadi sudah mau mengajak mereka berfoto namun Al dengan sopan terus menolak mereka.                 “Ini kan libur, katanya kamu ketemu sama teman-teman kamu, kok udah pulang aja?” Tanya Celine.                 “Mereka mau lanjut ke rumah Adnan di Bandung, saya gak bisa, besok pagi ada operasi.” Jawab Al. Celine mengangguk “Tapi kenapa gak langsung pulang aja?”                 “Soalnya saya mau ketemu sama kamu.”                 “Dih.”                 “Celine… baju yang tadi, kamu beli berapa pasang?” Tanya Al, ia berharap Celine akan menjawab Dua atau tiga, yang senada untuk keluarga mereka, agar pikiran negative di kepala Al segera hilang. Namun melihat ekspresi Celine semakin membuat Al yakin bahwa apa yang ia pikirkan itu benar, adanya.                 “Ya sepasang lah Mas, buat aku sama kamu doang. Kenapa? Sama kamu sempit ya?” Tanya Celine panik sekaligus merasa tidak enak, sebab ketika ia membeli baju itu ia tidak sempat menanyakan ukuran yang di pakai oleh Al, melainkan ia hanya langsung membeli baju itu.                 “Hmmm… iya, lengannya gak bisa masuk terlalu kecil soalnya. Bagaimana kalau kita ganti saja? Kamu yang pilih, memang sih kalau belanja online kadang pas kadang tidak.” Ucap Al, walau ia tidak suka berbohong mustahil untuknya untuk memberitahu alasan kenapa ia memilih untuk tidak memakai baju itu.                 “Eh, iya boleh deh Mas. Maaf ya? Harusnya sih aku nanya kamu dulu soal ukuran kamu.” Balas Celine dengan wajah penuh penyesalan.                 “Gak apa-apa Celine.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN