Perjanjian Pernikahan

1043 Kata
                “By the way… thanks mas.” Ucap ku ketika masalah tadi sudah selesai, Vani dan Aldo masih di café yang sama dengan kami tadi, namun mereka duduk di belakang kami, beberapa meter di belakang kami tepat nya.                 “Tidak masalah, memang sudah tugas saya.” Jawab Mas Al. kami berdua menikmati hidangan di café itu, walau tak sedikit orang-orang di belakang ku terus berusaha mengalihkan perhatian Dokter kaku di hadapan ku ini.                 “Dia mantan kamu?” Tanya Mas Al sembari menatap Aldo dari kejauhan. Aku mengangguk. “Di depannya itu selingkuhan dia pas pacaran sama aku.” Jawab ku. Aku masih agak tidak terima setelah si Jalang Vani meneriaki ku sebagai selingkuhan Aldo tadi, padahal kenyataan nya terbalik, dia yang menjadi selingkuhan Aldo dulu.                 “Hmmm.”                 “Kenapa ngajak aku kesini?” Tanya ku.                 “Kenapa cincinnya gak di pakai? kurang suka ya?” Tanya nya, ia tidak menjawab pertanyaan ku, malah balik bertanya. Mata nya menatap jari-jari ku yang bahkan tak satu pun memakai cincin.                 “Bukan, aku masih belum siap aja.” Jawab ku dengan santai. Aku tidak mau berbohong soal itu, aku memang masih belum siap untuk menerima perjodohan dengan Mas Al, lagi pula, biar bagaimanapun juga, dia terlalu terburu-buru akan hal itu. mungkin benar katanya, bahwa ia menghindari Zina, tapi menikahi orang lain yang bahkan tidak cinta sama sekali dengannya justru akan membuat boomerang sendiri untuk kami berdua nanti.                 “Kamu sepertinya tidak nyaman dengan saya, dari awal ketemu, saya pikir kamu bisa saja nyaman dengan saya tapi ternyata dugaan saya salah. Hmm saya harap kamu tidak ada pikiran lain untuk menolak perjodohan ini, saya tidak bisa beritahu alasannya apa, tapi… saya akan melakukan apapun untuk kamu, kalau kamu tidak membatalkan perjodohan ini.” Ucap Mas Al. di detik setelahnya aku membulatkan mata ku dengan kaget, apa dia sedang bernegosiasi denganku? Aku mengerutkan kening ku, memasang wajah datar sembari menatapnya dengan aneh. Mimpi apa dia semalam?                 “Aku gapapa, tapi aku mau kita terikat dengan kontrak.” Jawab ku singkat. Sejujurnya aku mau membatalkan saja perjodohan konyol ini, tapi mengingat kata-kata papa tadi membuatku jadi harus mengurungkan niat untuk membatalkan perjodohan konyol ini. Oke, ku tanamkan dalam diri ku bahwa Mas Al adalah laki-laki semi perfect yang akan membuat ku jatuh cinta, dia tampan, kaya, pendidikannya bagus, dan dia adalah seorang dokter. Sudah hampir sempurna bukan? Dia hanya perlu berusaha membuatku jatuh cinta, lalu pernikahan kami akan menjadi pernikahan yang sempurna.                 “Maksudnya?” Tanya nya dengan wajah yang polos.                 “Pernikahan tanpa cinta mau jadi apa?” Tanya ku, balik.                 “Tapi kamu bersedia untuk menikah bukan?” Tanya nya, lagi. Aku mengangguk. “Tapi dengan beberapa syarat.” Jawab ku.                 “Apapun itu, saya akan usahakan.” Ucap nya. Aku mengangguk ragu, sepertinya dia memang banyak menaruh harapan besar dengan perjodohan ini, buktinya dia setuju mau melakukan apapun yang aku minta, untuk bersedia menikahi nya. Cih, dasar bodoh. Padahal dia bisa saja, menikah dengan orang lain, yang sama-sama mencintainya, tapi kenapa malah memilih aku? menambah daftar pekerjaannya saja.                 “Oke, kontrak pernikahannya besok aku kirim ke tempat kerja kamu. Kalau kamu setuju, aku juga setuju buat nikah sama kamu mas.” Jawab ku dengan senyum di wajah ku. Dia mengangguk pertanda mengerti, entah apa yang ada di dalam pikirannya hingga mau menikahi wanita licik seperti ku, tapi biarlah, akan ku buat ia menolak ku sendiri, hingga aku tidak harus mencari alasan kepada papa.                 Malam itu kami selesaikan baik-baik, setelah makan aku langsung minta pulang, aku tidak mau terlalu lama di luar sebab aku mau segera membuat kontrak pernikahan kami berdua, membuat yang semuanya hanya menguntungkan aku. Mas Al setuju, walau tadi ia sempat mengajakku untuk makan ice cream dulu, namun aku tentu saja menolak, membuat kesepakatan-kesepakatan menyenangkan itu jauh lebih menarik dari pada se cup ice cream yang bisa ku beli sendiri nanti.                 “Thanks mas, besok ya, pagi-pagi.” Jawab ku dengan senyum mengembang di wajah ku. Aku melambaikan tangan kepadanya bersamaan dengan mobil Mas Al yang perlahan menghilang dari pandangan ku. Buru-buru aku masuk ke dalam rumah, mengganti baju, lalu duduk manis di depan meja kerja ku. Ibu bahkan sempat berteriak kepada ku, karena heran melihat ku pulang dengan senyum mengembang di wajah ku, tidak biasanya bukan?     PERJANJIAN PERNIKAHAN Fudhail Al-Kahf  (Pihak kedua) & Celine Elena Hartanuwidjaya (Pihak Pertama) 1.       Tidak ada paksaan dalam melakukan kewajiban rumah tangga oleh pihak kedua kepada pihak pertama, di antaranya yaitu: melakukan pekerjaan rumah tangga (Membereskan rumah, merapihkan pakaian pihak kedua, ataupun memasak.) 2.       Tidak ada paksaan untuk berhubungan suami istri (Berhubungan Badan) 3.       Pihak kedua harus membuat pihak pertama nyaman sebagai istri. 4.       Pihak pertama tidak akan menuntut nafkah lahir maupun nafkah batin. 5.       Pengeluran kas rumah tangga di atur oleh kedua belah pihak, tidak boleh ada satu pihak pun yang merasa rugi. 6.       Semua kebutuhan finansial pihak pertama tidak akan menjadi kewajiban dari pihak kedua. 7.       Tidak ada jam malam. 8.       Kedua belah pihak harus tidur di kamar yang berbeda. 9.       Bersikap dan bertingkah selayaknya suami istri jika berada di depan umum atau pun di depan kedua keluarga dari masing-masing pihak. 10.   Pihak kedua tidak boleh menyusahkan pihak pertama. 11.   Pihak Pertama berhak melakukan apa saja, sesuai dengan kehendaknya dan tidak akan ada larangan dari pihak kedua atas hal tersebut. Segala sesuatu yang tertulis di atas merupakan kesepakatan dari kedua belah pihak, apa bila suatu saat salah satu dari kedua belah pihak di atas ada yang melanggar aturan tertulis ini, maka akan di beri sanksi oleh pihak yang di rugikan. Aku tersenyum puas ketika melihat sebelas poin kesepakatan yang aku buat di atas, semuanya menguntungkan ku, dan tak satupun ada keuntungan yang di dapat oleh Mas Al, aku yakin besok ia akan menolak kesepakatan ini secara mentah-mentah. Aku segera mencetaknya jadi dua file yang berbeda, sengaja, akan ku simpan untuk cadangannya nanti.         Setelah membuat kesepakatan tersebut dan memasukannya ke dalam sebuah map kertas berwarna cokelat, aku langsung merebahkan diri ku di atas kasur ku yang empuk, selain karena memang aku sudah sangat lelah hari ini, aku juga sudah tidak sabar untuk menyambut hari yang menyenangkan besok. Aku sudah membayangkan bagaimana ekspresi terkejut dari Mas Al ketika membaca satu demi satu poin- poin di atas, dan setelahnya ia menghubungiku untuk membatalkan perjodohan kami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN