After

1107 Kata
                CELINE POV “Cel, saya baru dapat undangan ini siang tadi, kamu mau ikut nemenin saya?” Tanya Mas Al, aku melihat sebuah undangan pernikahan di dashboard mobil nya, tertera nama Mas Al di sana, namun aku segera menggeleng, ada banyak sekali tumpukan dokumen yang harus ku bawa pulang karena tidak bisa lembur di kantor, kalau saja aku tidak membawa pulang lemburan ku kali ini, mungkin aku bisa saja menemani Mas Al untuk datang ke acara tersebut.                 “Nggak bisa, ini ada lemburan banyak banget. dateng sendiri aja Mas.” Balas ku.                 “Apa tidak usah datang ya? Tapi Kevin teman baik ku, tapi masa datang sendiri?” Sambung Mas Al.                 “Kan biasanya juga kemana-mana sendiri, datang aja, udah di undang gitu, gak usah lama kalau gak nyaman.” Balas ku. Mas Al mengangguk sembari memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah ku, awalnya aku ingin memintanya untuk masuk dulu, namun ternyata ia harus datang ke acara pernikahan temannya.                 “Kamu akhirnya pakai cincin itu ya, gimana suka?” Ucap nya sembari memperhatikan cincin di jari manis ku, aku baru ingat kalau aku memilih untuk memakai cincin pemberian dari Mas Al, bukan karena suka atau apa namun aku memakainya hanya untuk memberi tanda kepada Cena bahwa aku tidak akan melepaskan apa yang sudah ku anggap sebagai milik ku, Mas Al tersenyum sembari menatap cincin tersebut, mungkin di pikirannya aku sudah luluh kepada dirinya.                 “Natapnya biasa aja kali mas.” Balas ku. Mas Al kemudian menyalakan lampu di dalam mobilnya untuk menerangi kami berdua, setelahnya ia merogoh salah satu laci kecil yang ada di dalam mobilnya, ia mengambil sebuah kotak cincin yang sama dengan apa yang aku punya, kemudian ia memakai cincin yang ada di dalam kotak tersebut.                 “Sekarang sama.” Balasnya. Ia menunjukan jarinya yang memakai cincin yang sama dengan ku, cincin yang di berikan, yang membuat ku bimbang kepadanya karena terlalu terkesan terburu-buru.                 “Good! Aku turun ya? Sampai ketemu besok, have fun party nya.” Ucap ku sembari turun dari mobil dan menenteng barang bawaanku yang begitu banyak, ku lihat mas Al juga membalas lambaian tangan ku dan tidak lama kemudian, ia dan mobilnya perlahan menghilang dari pandangan ku, bersamaan dengan aku yang sudah melewati pekarangan rumah. AUTHOR POV                 Cena berjalan ke ruang tamu, bersamaan dengan Celine yang juga baru saja tiba di rumah, Celine tidak peduli akan Cena yang tiba-tiba berubah drastis di hadapannya, gadis itu melewati kakak nya tanpa saling bertegur sapa, padahal Cena ingin melihat Celine sadar akan apa yang ia lakukan, namun gadis itu benar-benar tidak peduli. Cena memutuskan untuk berangkat bersama temannya, karena tidak mungkin seorang Cena akan berani pergi dan pulang malam sendirian apa lagi bepergian jauh.                 “Kak, inget ya, perhatiin minuman sama makanannya, jangan sampai salah minum atau salah makan, jangan ngerepotin temen kamu. Kalau kemaleman, nginep aja di rumah temen kamu besok subuh baru di jemput sama papa atau mama.” Ucap Mia, wanita paruh baya itu sedikit khawatir akan Cena sebab gadis nya itu hampir tidak pernah mau repot – repot pergi ke sebuah pesta pernikahan, tapi entah kenapa kali ini ia begitu bersemangat untuk pergi ke pesta temannya itu.                 “Iyaa ibu, nanti kakak kabarin lagi ya, tenang aja.” Balas Cena, senyum nya tak pernah lepas dari wajah nya, ia betul – betul senang, sebab tidak ada tanda – tanda bahwa Celine juga pergi ke pesta tersebut yang berarti Al hanya pergi sendirian ke tempat itu.                 “Yaudah, kabarin ibu terus ya.” Balas Mia, Cena mengangguk kemudian mencium pipi kiri dan kanan ibu nya sebelum benar-benar berangkat, Cena berharap bahwa ia akan mudah menemukan Al di tempat itu. *****                 Pesta pernikahan di bayangan Cena adalah pesta yang sederhana saja, seperti pesta yang beberapa kali ia datangi bersama ibu nya, namun ternyata kali ini berbeda, ternyata, kata sederhana terlalu jauh untuk pesta Dokter Kevin dan Vanessa malam ini, terlalu mewah dan bahkan terkesan seperti club malam yang di sulap menjadi resepsi pernikahan, keluarga mereka trlalu modern sehingga Cena termakan oleh ekspektasi nya sendiri. Sejak tadi, Cena terus mencari keberadaan Al, namun remang nya cahaya dan juga keras nya musik latar belakang dari pembawa acara dan juga band yang tampil serta hiruk piruk para tamu undangan membuat Cena kesulitan untuk menemukan pria itu.                 “Cen, kita gabung ke sana aja yuk! Sesi foto nya masih lama, kita nunggu dulu aja.” Ucap Sinta, gadis yang datang bersama Cena.                 “Sin, kita gak salam salaman sama Vanessa?” Tanya Cena, sejak ia datang tak ada satupun orang yang naik ke atas pelaminan untuk salam – salaman dengan kedua mempelai, yang ada malah orang – orang yang sibuk menyumbang lagu untuk memeriahkan acara pernikahan tersebut.                 “Nggak Cena, kan konsep nya beda, ntar aja mereka bakal keliling kok.” Balas Sinta. Cena mengangguk kemudian, ia bergabung dengan Sinta di salah satu meja bundar, di sana ada banyak sekali orang yang ia kenal, dan rata – rata dari mereka adalah teman se - angkatan Cena, atau senior Cena di kampus.                 “Celingak – celinguk mulu Cena, nyari siapa?” Tanya Dimas, Yang Cena tahu, Dimas adalah teman Al yang terdengar akan sifat playboy nya, ia bahkan dengan berani menunjukan senyum nakal nya kepada Cena di saat ia menatap gadis itu.                 “Nggak dok.” Balas Cena. Ia tersenyum, berusaha se – ramah mungkin kepada orang – orang yang ia temui malam itu, ia tidak ingin membuat dirinya terkesan dingin seperti biasanya, agar teman-teman Al bisa menganggap dirinya berbeda dari apa yang mereka pikirkan selama ini, karena biar bagaimana pun itu Cena tahu kalau banyak dari mereka mengenal Cena sebagai sosok yang terlalu dingin, enggan bergaul dengan orang lain, sombong, dan masih banyak lagi.                 “Cen minum dulu.” Bisik Sinta sembari menyodorkan segelas minuman kepada Cena, Cena tidak tahu itu jenis minuman apa, namun kepalanya langsung terasa begitu pusing ketika meminum minuman itu, minuman itu tak berbau, namun rasanya begitu aneh di lidah Cena, minuman yang tak pernah sekalipun di coba oleh gadis itu. selama beberapa saat Cena masih bisa mendengar suara orang – orang, namun tidak lama kemudian ia sudah tidak sadar, penglihatannya begitu gelap, dan semuanya tidak bersisa di ingatan Cena.                 Saat ia bangun, ia sudah berada di dalam kamar, entah di mana, tapi satu hal membuat Cena terkejut, yaitu pakaiannya sudah berceceran di lantai, jilbab nya juga begitu. Tidak ada orang selain dirinya di kamar tersebut, bercak darah di kasur serta rasa perih di area sensitif nya membuat Cena panik, tas nya berada di samping, ada empat puluh panggilan tak terjawab dari Mia dan Sinta, Cena sadar bahwa ia baru saja kehilangan apa yang selama ini sudah ia jaga selama bertahun-tahun lamanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN