kurangnya waktu

1101 Kata
“Hari ini aku gantiin senior ku operasi lagi ya Cel.” Al kembali menyambar jas kerjanya setelah menerima telepon dari seseorang. Mereka baru saja tiba di rumah setelah seharian bekerja, bahkan belum sepuluh menit. Padahal malam ini Celine ingin masak untuk mereka, namun niatnya itu kembali di patahkan oleh pekerjaan suaminya sendiri. “Harus kamu banget ya mas? Emang gak ada orang lain? Kamu kan udah gak jaga sekarang.” Balas Celine dengan nada sedikit kecewa, selain kecewa ia juga mengkhawatirkan kesehatan suaminya, bagaimana tidak, di minggu itu Al sudah berkali-kali menggantikan jadwal operasi temannya sendiri tanpa memikirkan istirahatnya juga. “Mas Daffa istrinya…” “Kamu kan juga punya istri, kok mikirin orang lain mulu? pikirin diri kamu juga lah mas, jangan apa-apa orang lain terus, mau sampai kapan coba kayak gitu? Kamu yang harusnya ngobatin orang lain, jangan sampai malah di obatin. Nolongin orang boleh, tapi perhatiin kesehatan kamu juga.” “Sekali ini aja, besok aku usahain istirahat yang cukup. Aku berangkat ya cantik, kalau ada apa-apa langsung telfon aja, ok?” Ucap Al setelah melirik jam di pergelangan tangan kanannya, ia mencium kening sang istri kemudian berlari keluar, bahkan sepatunya pun belum ia lepas sejak ia datang. Celine hanya bisa mendengus kesal sembari berjalan menuju kamar nya yang terletak di lantai dua, namun belum sempat kaki nya menyentuh anak tangga, tiba-tiba Aisyah menghentikannya, gadis itu dengan cepat memegang bahu Celine dari belakang sembari menyodorkan sebuah kotak yang di atas nya ada nama Al di sana. “Paket yang tadi?” Tanya Celine. “Iya, dari cewe yang pernah di taksir sama Mas Al, yang dokter itu.” Jawab Aisyah. Ingatan Celine tiba-tiba terbawa jauh ke belakang, di mana ia pertama kali secara langsung mengembalikan jaket milik pria itu ketika pria itu sedang berjalan bersama seorang wanita berjilbab. “Dianty?” “Ya.” “Kok kamu tau kalau Mas Al pernah naksir sama dia? Tapi yaudah deh, lagian juga waktu nikahan Dianty gak kelihatan, mungkin late wedding gift kali ya. Btw thanks syah! Kamu makan duluan aja ya? Aku mau beres-beres terus ini capek banget, ngantuk juga, mungkin gak sempat makan.” Ucap Celine, ia kemudian berbalik badan lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar. Kini di tangannya ada sekotak paket dari Dianty untuk suaminya yang tidak tahu harus ia apakan, ia penasaran, namun ia juga merasa tidak sopan jika membuka paket itu tanpa sang suami, lagi pula, paket nya di tujukan atas nama suami nya, bukan atas nama mereka berdua, Celine akan terkesan kurang ajar walaupun hanya masalah seperti itu. Setelah sampai di kamar, Celine langsung bersih-bersih lalu bersantai di atas kasur nya. Akhir-akhir ini suaminya sibuk sekali hingga ia bahkan merasa kesepian setiap malam, ia jadi bersyukur akan kehadiran Aisyah di rumah mereka, bayangkan saja jika Aisyah tidak ada, mungkin Celine sudah parno sendirian karena selalu di tinggal oleh sang suami. Ketika sedang Asyik bersantai sembari melihat-lihat baju-baju bayi di internet, sebuah notifikasi muncul yang sukses membuatnya terkejut, sebuah kontak dengan foto profil laki-laki yang pagi tadi ia bicarakan dengan suaminya. “Azka dapat kontak gue dari mana anjir…” Desis Celine sembari melihat foto demi foto yang di kirimkan oleh pria itu untuk nya. Hai Cel! I just met with your husband, and here we are, suami lo gokil banget baik lagi. btw lo lagi hamil ya katanya? Happy for you yaa, kado nya nyusul. Btw save back, its me Azka. Celine diam beberapa saat ketika melihat foto Azka dan suaminya, sebenarnya tidak masalah jika mereka berdua bertemu, Cuma aneh saja, melihat pria yang pernah di tolak habis-habisan oleh Celine tiba-tiba terlihat begitu akrab dengan suaminya, lagi pula, mungkin bertemu sekali dua kali sudah biasa, tidak usah sampai foto bersama lalu di kirimkan juga kepadanya. Oke Az, thanks. Balas Celine kepada pria itu. ia tidak suka basa basi bahkan dengan teman lamanya sekalipun, apa lagi ia dan Azka sudah lama tidak bertemu, aneh rasanya. “Orang-orang pada kenapa sih?” Desis Celine pada dirinya sendiri, ia menarik selimut, menutup seluruh tubuhnya dengan benda itu, hari itu rasanya melelahkan, padahal ia ingin me recharge energy nya dengan cara berduaan dengan sang suami, namun suaminya malah sibuk sendiri, sehingga ia harus sendirian di kamar itu dengan mood yang kacau. Celine terbangun bersamaan dengan bunyi alarm yang memenuhi seisi ruangan, ia melirik kasur di sampingnya dan tidak menemukan suami nya di sana, setelahnya ia mengecek ponsel nya dan benar saja, Al mengabarinya semalam bahwa ia akan pulang setelah operasinya selesai. Mood nya tentu saja tidak bagus, setelah mandi, ia kebawah menemui Aisyah yang sudah duduk manis sembari menonton acara ceramah di televisi, dalam hati Celine berdoa agar gadis itu juga tidak semakin merusak mood nya, ia tidak ingin berkata atau bersikap kasar kepada sepupu suami nya itu. “Mbak makan gih, makanan udah aku siapin.” Ucap Aisyah, ia berdiri menghampiri Celine yang sudah duduk di meja makan, sajian makanan pagi itu cukup lengkap, Aisyah memang selalu totalitas jika tentang makanan. “Yuk makan bareng, kamu kalau masak totalitas banget ih, padahal masih pagi juga.” Ucap Celine. “Iya lah, kalau gak totalitas gak enak. Mas kok gak pulang mbak?” “Iya dia masih operasi tuh.” “Oh.” Lalu suasananya menjadi hening, tidak ada percakapan di antara mereka berdua, Aisyah diam, Celine juga diam, mereka sama-sama menikmati makanan di hadapan mereka hingga tiba-tiba Aisyah menatap Celine cukup lama hingga membuat Celine merasa tidak nyaman. “Kamu kenapa?” Tany Celine, Aisyah menyudahi makannya dan menatap Celine lebih dari sepuluh menit tanpa berhenti, Celine jadi takut sendiri, takut jika Aisyah tiba-tiba melakukan hal-hal aneh. “Mbak, aku mau nanya deh. Tapi janji jawab jujur.” Ucap gadis itu. Celine diam sejenak, lalu mengangguk ragu. “Iya, apa? tanya aja langsung.” “Katanya Mbak Celine punya kembaran ya? Namanya siapa, kok gak pernah kelihatan? Kata ibu kembaran Mbak Celine juga dokter kayak Mas Al tapi sekarang lagi hamil. kok hamilnya bisa deketan gitu? Nikah nya gak jauh-jauhan ya? Terus dia kenapa gak pernah main kesini? Suaminya juga dokter kah? Mau dong ketemu, jarang lihat orang kembar beneran di dunia nyata.” Celetuk Aisyah. Celine tidak tahu apakah Aisyah benar-benar bertanya atau Cuma sekedar memancing nya saja, namun dari cara bicaranya gadis itu terdengar benar-benar ingin tahu. “Iya, gak identik. Sama-sama sibuk, gimana mau kesini? Nanti ku kenalin.” Jawab Celine. “Masa? Terus suaminya mana mbak?” “Ada.” “Mana?” “Kok kamu nanya gitu?” “Penasaran aja, mbak sama ibu kayak nutup-nutupin gitu kalau aku nanya tentang suaminya, kembaran mbak hamil di luar nikah ya?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN