Mobil rusak

1199 Kata
                Celine duduk di mobilnya sejak lima belas menit yang lalu, ia dengan seksama memperhatikan surat yang ia kirim kepada Al pagi tadi, ada tanda tangan di atas surat itu, dan Celine tentu saja kaget. Bagaimana tidak, pria itu bahkan menyerahkan langsung suratnya kepada Celine sehingga Celine tidak bisa berpikir bahwa pria itu sedang berhalusinasi. Al terima dengan apapun yang Celine tulis di sana, tidak menolak sama sekali dan bahkan ia masih sempat tersenyum ketika memberikan surat itu kepada Celine, sungguh sesuatu hal yang sulit Celine percayai.                 “Gila sih… kok dia berani banget.” Desis Celine setelah mendengar suara klakson mobil dari belakang yang memintanya untuk maju, sebab ia tadi sudah berniat untuk pulang, namun ia masih penasaran dengan surat itu sehingga ia kembali memarkirkan mobilnya di dekat pintu keluar yang menghalangi orang lain untuk lewat.                 Celine memilih untuk pulang, namun sebelumnya ia mampir dulu ke toko kue kesukaannya, entah kenapa semalam sebelum tidur, ia ingin sekali makan kue tersebut sehingga hari ini ia berniat untuk langsung membeli kue kesukaannya itu. namun sayang sekali, ketika sampai di sana toko kue nya sudah tutup, Celine terlambat setengah jam, harusnya tadi ia bisa tepat waktu kalau saja ia tidak duduk diam selama lima belas menit di dalam mobil sembari memperhatikan surat perjanjian itu. mau tidak mau Celine langsung pulang, minggu ini terasa sepi sekali bagi Celine, tidak ada ajakan party, tidak ada kumpul bersama teman-temannya, Celine juga sedang malas ke club sendiri, takut jika ia mabuk dan berujung di bungkus oleh p****************g.                 “Eh, kenapa nih?!” Ucap Celine panik ketika mesin mobilnya tiba-tiba tidak bisa menyala. Celine berusaha menyalakan mesin mobil tersebut namun hasil nya nihl, tidak bisa di nyalakan. Celine tentu saja panik, hari sudah semakin gelap, dan sekarang ia sedang di daerah yang terkenal akan kejahatan, rampok, begal dan sebagainya, motor dan mobil juga tidak terlihat sejak tadi, hanya ada mobil Celine di sana. Celine hampir saja menangis ketika mengingat berita di TV beberapa hari yang lalu bahwa di tempat itu baru saja di temukan potongan tubuh manusia hasil pembunuhan, Celine hampir menangis kalau-kalau tidak mengingat ucapan Al tadi sore. Hubungi saya kalau kamu perlu apa-apa. Celine dengan cepat menelepon pria itu untung saja Al juga sigap mengangkat telfon dari calon istrinya itu.                 “Halo mas kamu di mana?” Ucap Celine yang terdengar panik, ia tak henti-henti nya menengok ke belakang, takut-takut jika seseorang tiba-tiba muncul dan menyerangnya begitu saja, ia masih mau hidup, setidaknya ia tidak mau mati dalam keadaan tragis.                 “Baru sampai rumah, kamu sudah sampai mana? Sudah beli kue nya? Ini suara kamu kenapa, kamu menangis?” Al yang baru saja melepas sepatu nya, langsung kembali memasang sepatu nya lagi, ia sadar bahwa sesuatu yang tidak baik sedang menimpa Celine.                 “Aku… aku takut. Mobil aku gak bisa nyala, udah gelap banget, dari tadi gak ada mobil gak ada motor yang lewat. Aku di daerah Texas yang kemarin di tv ada yang nemu potongan tangan kaki sama kepala.” Ucap Celine dengan suara yang bergetar. Sebutlah ia nakal, namun soal seperti ini Celine yang paling cupu, melihat darah saja ia tidak bisa.                 “Oke, kamu tunggu di sana. Tenang ya? Jangan menangis oke? Saya ke sana sekarang.” Ucap Al. ia langsung bergegas ke tempat Celine berada, ia juga sebenarnya khawatir dengan Celine, jarak tempat itu dengan rumah nya cukup jauh, butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai ke sana. Takut jika ia terlambat dan sesuatu buruk terjadi kepada Celine. Untuk kali pertama Al mengemudikan mobilnya dengan kecepatan super tinggi, berhubung macet di Jakarta sudah mulai mereda, ia menggunakan kesempatan itu untuk menghampiri Celine lebih cepat, pasti gadis itu sudah kepalang panik sekarang.                 Dari kejauhan, Al melihat mobil Celine, lampu mobilnya mati, tempat itu terlalu gelap untuk gadis penakut seperti Celine. Al membunyikan klakson ketika mobil nya berhenti tepat di samping mobil gadis itu. tidak menunggu waktu lama, Celine segera keluar dari mobil nya, lalu masuk ke dalam mobil Al dengan mata yang sembab dan bercucuran air mata. Tangannya dingin, ia di penuhi oleh rasa takut, untung saja Al datang lebih cepat, kalau tidak mungkin Celine sudah pingsan.                 “T-tadi ada orang yang ngintip di jendela belakang. Kalau aku ga tunduk huhuh pasti a-aku udah kenapa-kenapa.” Ucap Celine yang tangis nya mulai pecah di hadapan Al.                 “Sudah-sudah jangan menangis, kamu aman sekarang.” Ucap Al sembari mengusap bahu gadis itu, namun tangis Celine semakin menjadi-jadi tangannya bahkan belum berhenti gemetar hingga beberapa menit setelah ia duduk di dalam mobil calon suami nya sendiri.                 “Celine, sudah jangan menangis, saya di sini, kamu aman sama saya.” Ucap Al. ia menarik Celine ke dalam peluknya, berusaha menenangkan gadis itu. untuk pertama kali nya, Celine terlihat begitu lemah di hadapan Al. Celine menenggelamkan wajah nya di leher pria itu selama beberapa saat sebelum menarik dirinya dari pelukan pria itu, hingga kemeja yang di gunakan oleh Al basah akibat air mata nya.                 “Thanks mas, aku bisa mati kalau kamu gak datang tepat waktu.” Jawab Celine dengan suara serak. Al mengangguk dan tersenyum, ia mengusap lembut kepala gadis di samping nya itu. Celine sudah tenang dan jasa derek mobil yang ia telfon tadi juga sudah sampai, sekarang Al akan membawa Celine untuk menenangkan dirinya dulu.                 “Sudah tugas saya buat jagain kamu.” Jawab Al. Celine diam saja, ia masih shock dengan apa yang terjadi dengan dirinya satu jam terakhir, ia bahkan bersumpah dalam hati kalau besok-besok ia tidak akan mengendarai mobil sendiri hingga traumanya hilang.                 “Kita makan dulu ya?” Ucap Al. Celine menganggukan kepalanya. Sebenarnya Al tidak jago dalam hal memilih makanan, makanan yang ia makan itu-itu saja, nasi, ayam, ikan, tempe, mie terkadang kalau ibu nya sedang malas masak.                 “Mau makan apa Celine?” Tanya Al, sejak tadi ia terus menahan dirinya untuk tidak menanyakan hal itu kepada Celine, namun, ia takut salah pilih dan berujung tidak di nikmati oleh Celine.                 “Terserah.” Jawab Celine, gadis itu masih sama shock nya dengan tadi. Melihat warung Bakso di tepi jalan membuat Al ingin mengajak Celine makan di sana saja, ia pernah makan di tempat itu sekali saat ia masih coass dulu, mungkin makanan hangat bisa menenangkan Celine di tengah derasnya hujan seperti saat ini.                 “Ayo.” Ucap Al sembari membukakan pintu untuk Celine, lengkap dengan payung agar gadis itu tidak basah. Jantung Celine seakan berhenti sepersekian detik ketika ia berada di dekat pria itu dengan jarak yang terlalu dekat, Celine sadar Al adalah laki-laki yang baik, bahkan terlalu baik untuk nya. Pria itu selalu saja bersedia menjaga nya walau terkadang Celine suka seenak hati memperlakukan Al.                 “Kita makan dulu, habis itu saya antar pulang ya? Mobil nya di bawa ke bengkel dulu. Besok pagi saya jemput, pulang juga saya antar. Sampai mobil kamu betul-betul sudah normal lagi.” Ucap Al, dengan senyum tulus yang mengembang di pipi nya.                 “Mas… aku gak mau bawa mobil dulu kalaupun mobil ku udah normal lagi.” Balas Celine.                 “Maksudnya?” Tanya Al, ia tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh gadis di hadapannya itu.                 “Aku mau di anter jemput tiap hari, sama kamu.”                 “Dengan senang hati Celine.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN